Breaking News
Loading...
Selasa, 06 Januari 2015



Penulis: Sefri Wandana Hasibuan, S.Pd.I 
(Alumni IAIN-Sumatera Utara, Jurusan: Manajemen Pendidikan Islam)

Dalam aktifitas manejemen, tak jarang dijumpai pula yang namanya konflik, baik itu konflik internal, maupun konflik eksternal. Namun dalam sudut pandang islam, ada beberapa cara yang dapat mengatasi konflik tersebut. Adapun beberapa cara yang dapat mengatasi konflik manajemen dalam islam, yakni:

1. TABAYYUN

Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya.
Tabayyun adalah akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan dalam pergaulan. Hadits-hadits Rasulullaah saw dapat diteliti keshahihannnya antara lain karena para ulama menerapkan prinsip tabayyun ini. Begitu pula dalam kehidupan sosial masyarakat, seseorang akan selamat dari salah faham atau permusuhan bahkan pertumpahan darah antar sesamanya karena ia melakukan tabayyun dengan baik. Oleh karena itu, pantaslah Allaah swt memerintahkan kepada orang yang beriman agar selalu tabayyun dalam menghadapi berita yang disampaikan kepadanya agar tidak meyesal di kemudian hari,” Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu”.

2. ISLAH

Islah adalah usaha untuk mendamaikan antara dua orang atau lebih yang bertengkar atau permusuhan atau mendamaikan dari hal-hal yang dapat menimbulkan permusuhan dan peperangan.

Dalam ajaran islam manusia itu bermacam-macam watak dan sifatnya. Ada yang pemaaf, ada yang pendendam, ada yang berani, ada yang penakut dan sebagainnya. Sebenarnya agama islam telah memberikan petunjuk yang jelas, misalnya seseorang harus bersikap berani, dan dalam saat tertentu bersikap takut.
Dengan demikian, orang yang pemberani, setelah ia mendalami dan menghayati ajaran-ajaran agama, keberaniannya itu akan tersalur kepada hal-hal yang sesuai dengan aturan agama sehingga dapat membuahkan sikap yang dapat memberikan manfaat kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain.

3. SILATURAHIM
Silaturahim berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah adalah bentuk mashdar dari kata washola-yashilu yang berarti ‘sampai, menyambung’. ar-Raghib al-Asfahani berkata, “yaitu menyatunya beberapa hal, sebagian dengan yang lain.” (al-Mufradat fi Gharibil Qur-an, hal. 525)

Adapun kata ar-rahim, Ibnu Manzhur rahimahullah berkata, “adalah hubungan kekerabatan, yang asalnya adalah tempat tumbuhnya janin di dalam perut.” (Lisanul ‘Arab)

Jadi, silaturrahim artinya adalah ‘menyambung tali persaudaraan kepada kerabat yang memiliki hubungan nasab’.

4. HARMONISASI
Harmonisasi (upaya mencari keselarasan) sesama umat manusia yang dalam hal ini adalah masyarakat, di antaranya adalah: Sikap saling tolong menolong, (QS al-Maidah: 2), saling memberikan kasih sayang dan saling berdamai (QS al-Hujarat: 10), dan toleransi beragama.

5. TA`AWUN
Ta’awun yang syar’iy di dalam kebajikan dan ketakwaan merupakan kalimat yang mencakup seluruh kebajikan, yang akan membawa kebaikan bagi masyarakat muslim dan keselamatan dari keburukan serta sadarnya individu akan peran tanggung jawab yang diemban di atas bahunya. Karena ta’awun di dalam kehidupan umat merupakan manifestasi dari kepribadiannya dan merupakan pondasi di dalam membina perabadan umat.

6. QUDWAH HASANAH
Menjadi Suri Tauladan

0 komentar: