Breaking News
Loading...
Rabu, 07 Januari 2015

Penulis: Sefri Wandana Hasibuan, S.Pd.I
Alumni IAIN-Sumatera Utara
Jurusan: Manajemen Pendidikan Islam
Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin ‘’Stingere’’ yang berarti ‘’keras‘’ (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu kewaktu dari straise, strest, stresce, dan stress.

Abad ke–17 istilah stress diartikan sebagai kesukaran, kesusahan, kesulitan, ataupenderitaan. Pada abad ke-18 istilah ini digunakan dengan lebih menunjukan kekuatan,tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada benda dan manusia,‘’terutama kekuatan mental manusia‘’.

DEFINISI STRES

Mc. Nerney dalam Grenberg (1984)
Menyebutkan stress sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, danmerisaukan seseorang.

Hardjana (1994)
Stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang ada padanya.

Hans Selye (1956)
Stress sebagai respon adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu (adanya stresor) atau reaksi individu terhadap stressor misalnya individu stress saat nilai ujiannya buruk, hal itu merupakan respon dari hilangnya kebutuhan untuk dianggap pandai, diakui, diperhitungkan atau terganggunya kebutuhan aktualisasi diri.

Hans Selye (1982)
‘’stress is the nonspecific result of any demand upon the body be the mental or somatic’’, tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan yang di jumpai dalam hidup kita berdasarkan adanya perubahan biologi dan kimia dalam tubuh.

Lazarus and Folkman (1984)
Stress sebagai transaksi, stres adalah hubungan tertentu antara individu dan lingkungannya yang dinilai oleh individu sebagai sesuatu yang melebihi sumber daya dan membahayakan kesehatannya.

Lyon and Werner (1987)
Stress sebagai stimulus yaitu setiap kejadian/perubahan di dalam kehidupan atau serangkaian situasi yang menyebabkan respon yang meningkatkan resiko terjadinya sakit.

Prof. Dr. Dadang Hawari
Istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang (stresor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh (faal).

Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan stress dan manakala fungsi organ-organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan depresi adalah reaksi kejiwaan seseorang terhadap strestor yang dialaminya. Oleh karena dalam diri manusia itu antara fisik dan psikis (kejiwaan) tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya (saling mempengaruhi).

Stress sebagai ciri-ciri dari stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak, model yang digunakan pada dasarnya adalah stressor eksternal akan menimbulkan reaksi stres atau strain dalam diri individu.

Pendekatan ini menepatkan stres sebagai sesuatu yang dipelajari dan menekankan pada stimulus apa yang merupakan diagnosa stress.
Hal ini memandang stres tanpa suatu tuntutan yang berasal, pasti mendatangkan stres tanpa memandang bagaimana sumber daya individu.

PENYEBAB STRESS 
STRESOR PSIKOSOSIAL
Banyak faktor yang dapat menimbulkan stres, faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres ini disebut ”stressor”. Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stress pada diri seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang itu melampauinya, maka keadaan demikian disebut distress. Stress dalm kehidupan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa harus mengalami distress.

MACAM-MACAM STRESOR 
(PENYEBAB STRES)

Stresor yang bersumber dari pribadi
Stresor pekerjaan
Stresor lingkungan
Stresor psikososial
Stresor  Pribadi

RESPON TERHADAP STRES

Respon/Reaksi Tubuh (fisiologis)
Pada umumnya tubuh akan bereaksi terhadap stresor, berupa respon darurat atau respon internal lainnya. Jika ancaman dapat diselesaikan maka respon darurat akan segera menghilang dan keadaan fisiologis tubuh menjadi normal. Ada dua jenis respon tubuh/fisiologis terhadap stres, respon tersebut berupa upaya tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap stress. Pertama adalah LAS (Local Adaptation Syndroma), yaitu reaksi tubuh yang bersifat lokal/penyesuaian lokal. Misalnya proses peradangan ditempat masuknya mikroorganisme. Kedua disebut GAS (General Adaptation Syndroma)yaitu adaptasi tubuh yang terjadi secara umum.

Respon/Reaksi Psikologis
Situasi stres menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan (jika peristiwamenuntut tetapi dapat diatasi), sampai emosi seperti kecemasan, kemarahan,kekecewaan, dan depresi. Jika situasi stres terus terjadi maka emosi mungkin akan berpindah dan bolak balik diantara emosi-emosi tersebut, tergantung pada keberhasilan kita mengatasinya. Terdapat reaksi kognitif sulit melakukan konsentrasi dan mengorganisasikan pikiran secara logis.

TINGKATAN STRES 
(Dr. Robert J. Van Amberg)

Stres tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
Semangat besar.
Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang menjadi bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
Stress tingkat II
Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut :
Merasa letih sewaktu bangun pagi
Merasa lelah sesudah makan siang
Merasa lelah menjelang sore hari
Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar
Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
Perasaan tidak bisa santai
Stress tingkat III
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala :
Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang)
Otot-otot terasa lebih tegang
Perasaan tegang yang semakin meningkat
Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali atau bangun terlalu pagi)
Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)
Pada tahapan ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi, guna memulihkan suplai energi.
Stress tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit
Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit
Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari.
Perasaan negativistik
Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa
Stress tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV diatas, yaitu :
Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion).
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu.
Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang airbesar atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang.
Perasaan takut yang semakin menjadi mirip panic.
Stress tingkat VI
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini di bawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan.
Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.
Nafas sesak
Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps.
Bilamana diperhatikan, maka dalam tahapan stres di atas, menunjukkan manifestasi pada elemen fisik dan psikis.
Fisik mengalami kelelahan, sedangkan elemen psikis mengalami kecemasan dan depresi.
Hal ini dikarenakan penyediaan energi fisik maupun mental yang mengalami defisit terus-menerus.
Sering buang air kecil dan sukar tidur merupakan pertanda dari depresi.

HUBUNGAN ANTARA 
STRES DENGAN SAKIT
Faktor-faktor tersebut meliputi: sistem saraf, hormonal, dan sistem imun, hal ini dapat terpacu kerjanya akibat kondisi stres dan reaksi emosional yang negatif.
Pelepasan hormon stres seperti adrenalin yang terjadi dengan cepat dan berulang kali dalam respon fight or flight pada kondisi stres akan menyebabkan organ tubuh tertentu menjadi rusak.
Diketahui bahwa beberapa hormon stres sebenarnya “memakan” sel-sel darah putih sehingga menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

BEBERAPA PENYAKIT YANG 
DISEBABKAN KONDISI STRES
  1. Sakit kepala karena tegang, terjadi karena kontraksi otot di dahi, mata, leher dan rahang
  2. Sakit kepala migrain, disebabkan karena peningkatan aliran darah dan sekresi biokimia ke bagian kepala. Pada sebagian kasus migrain dianggap berkaitan dengan ketidakmampuan menyalurkan marah dan frustasi.
  3. Masalah di lambung (ulcus dan colitis), disebabkan oleh sekresi cairan lambung (asam lambung) yang berlebihan yang mengikis lapisan dalam lambung danpenyebabkan peradangan.
  4. Penyakit jantung koroner, ada dua faktor yang mempengaruhi : Berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan adanya pelepasan kortisol (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal, dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah).
  5. Influenza, dapat disebabkan oleh kondisi stres akibat sistem imun yang melemah

6 PENYEBAB KEMATIAN UTAMA YANG HUBUNGAN ERAT DENGAN
STRESS & KECEMASAN
  1. Penyakit jantung koroner
  2. Kanker
  3. Paru-paru
  4. Kecelakaan
  5. Pengerasan hati
  6. Bunuh diri

0 komentar: