Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SDN 071039 ONOZIKHO
Proposal PTK
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Interaktif Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SDN 071039 ONOZIKHO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatkan
mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan terutama bagi guru Skolah Dasar (SD) 071039 ONOZIKHO, yang merupakan
ujung tombak dalam pendidikan dasar guru Skolah Dasar (SD) 071039 ONOZIKHO
adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru
Skolah Dasar (SD) 071039 ONOZIKHO dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan
pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa
memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari
para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan
kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut
pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model
pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung
menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal
ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model
pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran
sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat
sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum
berbasis KTSP yang mulai diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila
proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki siswa, dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran IPA. Disamping
itu kurikulum berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru dalam
menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup
yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do),
belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar
menjadi diri sendiri (learning to be).
Untuk itu guru
perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran
yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang
diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui
proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai
daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai
tidak optimal.
Model
pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak.
Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban
pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun
anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan
tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus.
Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah
pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran
interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk
suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap
pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Salah satu
kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar
mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan
jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi
(penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan
aktif belajar.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikai masalah yang ada
adalah :
- Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di Skolah Dasar (SD) 071039 ONOZIKHO menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas.
- Model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
- Bagaimana meningkatkan mutu belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA ?
- Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA ?
- Bagaimana meningkatkan variasi pembelajaran melalui model pembelajran interaktif pada mata pelajaran IPA?
- Bagaimana hasil belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA?
D. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum
tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran interaktif
pada pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran. Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui peningkatan mutu
belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA
2. Meningkatkan motivasi belajar
siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA
3. Meningkatkan variasi
pembelajaran melalui model pembelajran interaktif pada mata pelajaran IPA
4. Hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA
E. MANFAAT PENELITIAN
Bagi siswa
pembelajaran interaktif memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan belajarnya. Siswa memiliki kesadaran bahwa
proses pembelajaran adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, karena
itu keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa. Disamping itu,
melalui penelitian ini siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah dengan
pendekatan ilmiah dan siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan emosi
dalam pembelajaran.
Bagi guru,
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional, dan
pembelajaran interaktif menjadi alternative pembelajaran IPA untuk meningkatkan
prestasi siswa. Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik
siswa, dan kondisi pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan dalam merancang model
pembelajaran interaktif yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya
dalam pembelajaran IPA.
Dengan
penelitian ini, kemampuan guru mengaktifkan siswa dan memusatkan pembelajaran
pada pengembangan potensi diri siswa juga meningkat, sehingga pembelajaran
lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya tarik. Disamping itu
penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri atas kinerjanya melalui
PTK.
Bagi kepala
sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya
meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi belajar
siswa serta perlunya kerjasama yang baik antar guru dan antara guru dengan
kepala sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar
merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan
lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup
(survived). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari
belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu waktu tertentu.
Perubahan yang itu harus secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak
hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi
juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut
terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini
membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan
(kematangan).
B. MOTIVASI BELAJAR
Telah banyak
penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan performasi calon
guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat hubungan ini masih
belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan penelitian karakteristik
kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya bahwa motivasi memberikan
ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah terhadap prilaku tersebut.
Kebutuhan penelitian yang
berhubungan dengan motivasi dalam dunia pendidikan guru telah diidentifikasi
oleh Turner sejak tahun1975 yang menyatakan bahwa:
Studies ... probe more deeply
into the motivational basis ... [of student teachers] are needed. An efficient
professional training system is one which invest substantial fund in the
training ... [of] ... the least ... motivated candidates. A more efficient
system would devote more intense and systematic training of the most talented
and well motivated aspirants (hal.108-109).
Pentingnya kebutuhan tersebut
juga telah dibahas oleh Howson (1976) dalam laporan The Bicentennial Commission
on Education for the Profession of Teaching,
yang menyatakan bahwa "society now demands a new breed
of teachers – a well prepared, high motivated
professional".
Teori motivasi Maslow (1954)
menyatakan bahwa:
An attempt to
formulate a positive theory of motivation which
will satisfy theoretical demands [while] confirming
to known facts (about human behavior), clinical
and observational, as well as experimental .
Teori yang digambarkan oleh
Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan
tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku manusia; dan tingkat
kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada individu masing-masing yang
memerlukan kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow
tersebut adalah kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa
memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality).
Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada
tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki
yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling
fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang)
tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar
kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari
kebutuhan dasar (fisiologis).
Teori Maslow
telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan
adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer
(1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon
guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer
menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow,
sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Para ahli
psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu: (a) sikap
terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan Gresene,
1965) yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi bahwa
variabel sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh dan
mengatur prilaku, tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.
Aspek motivasi dari sikap
dinyatakan oleh Young (1973):
As primary motives
(attitudes) arouse behavior; they sustain or
terminate an activity and progress, they regulate
and organize behavior ... and they lead
to the acquisition of motives, stable
dispositions to act.
Pernyataan
tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat membangkitkan, mengatur dan
mengorganisasikan prilaku individu terhadap sekumpulan objek. Walau pun
hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat diidentifikasi,
namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan prilaku manusia. Menurut Peak
(1955), sikap memiliki "the effect emphasizing objects
... with the result that their probability
of activation and of choice and selection
is increased". Dengan kata lain, sikap dapat mengatur apakah
seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu objek, misalnya
perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pilihan seseorang
terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah yang akan
diambil oleh individu yang bersangkutan.
C. MODEL PEMBELAJARAN
INTERAKTIF
Secara khusus,
istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatn. Sunarwan (1991) dalam Sobry Sutikno
(2004 :15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model
pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas
dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.
Model
pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak.
Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban
pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun
anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan
tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus.
Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah
pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran
interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk
suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap
pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Model
pembelajaran interaktif memiliki lima langkah. Langkah-langkah penerapan model
pembelajaran Interaktif diawali dengan (1) persiapan, sebelum pembelajaran
dimulai guru menugaskan siswa untuk membawa hewan peliharaannya dan
mempersiapkan diri untuk menceritakan tentang hewan peliharaannya
masing-masing. (2) kegiatan penjelajahan, pada saat pembelajaran di kelas siswa
lain boleh mengamati hewan-hewan peliharaan teman-temannya dari dekat (meraba,
mengelus, menggendong) dan mereka boleh mengajukan pertanyaan. (3) pertanyaan
siswa diarahkan guru sekitar proses pemeliharaannya. (4) penyelidikan, guru dan
siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi lebih jauh. Misalnya siswa diminta
mengamati keadaan hewan-hewan yang tidak dipelihara, seperti dari mana mereka
memperoleh makanannya, dimana mereka tidur, punya nama atau tidak, bagaimana
kebersihannya. (5) refleksi, pada pertemuan berikutnya di kelas dibahas hasil
penyelidikan mereka, dilakukan pembandingan antara hewan peliharaan dengan
hewan liar untuk memantapkan hal-hal yang sudah jelas dan memisahkan hal-hal
yang masih perlu diselidiki lebih jauh. Pada akhir kegiatan guru dapat
memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati benda-benda di sekitar siswa
untuk mengamati benda-benda di sekitar mereka seperti buku dan tas sekolahnya.
Salah satu
kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan
pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban
terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi
(penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan
aktif belajar.
D. KREATIVITAS
Dewasa ini
istilah kreativitas atau daya cipta sering digunakan dalam kegiatan manusia
sehari-hari, sering pula ditekankan pentingnya pengembangan kreativitas baik
pada anak didik, pegawai negeri maupun pada mereka yang berwiraswasta.
Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk
baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja
gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya,
kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau
hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas
terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara hal-hal atau obyek-obyek
yang sebelumnya tidak ada atau tidak tampak hubungannya. Seorang anak kecil
asyik bermain dengan balok-balok yang mempunyai bentuk dan warna yang
bermacam-macam, setiap kali dapat menyusun sesuatu yang baru, artinya baru bagi
dirinya karena sebelumnya ia belum pernah membuat hal yang semacam itu. Anak
ini adalah anak yang kreatif, berbeda dengan anak lain yang hanya membangun
sesuatu jika ada contohnya.
Mengembangkan kreativitas dalam
pembelajaran, Gordon dalam Joice and Weill (1996) dalam E. Mulyana (2005 : 163)
mengemukakan empat prinsip dasar sinektik tentang kraetivitas. Pertama,
kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir
semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui
seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh Gordon menekankan bahwa
kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung
sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal
tersebut dapat diekspresikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk
meningkatkan kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas didorong pleh kesadaran
yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan
yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif
sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa.
Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual.
Keempat, berpikir kraetif baik secara individu maupun kelompok adalah sama.
Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (1994). Pendekatan
Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja RoMadrasah Ibtidaiyah (MI)akarya.
Bandung.
Gagne, R.M (1985). The Conditions
of Learning Theory of instruction (4th Edition). New York : Holt, Rinehart
and Winston.
Hasibuan, J.J, Mudjiono (1988), Proses
Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.
Kemmis, S. dan MC. Toggart.R.
(Ed.1988). The Action Resesarch Planner. Deakin. Deakin
University: Australia
Lemlit-UT, (2003). Jurnal
Pendidikan Volume 4, nomor 2. Pusat Studi Lembaga Penelitian Universitas
Terbuka.
Muhadjir, Noeng ( 1989). Metodologi
Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.
Mulyasa, E (2005). Menjadi
Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
Remaja RoMadrasah Ibtidaiyah (MI)akarya. Bandung.
Poedjiadi, A. (1990). Pendidikan
Sains dan Teknologi di Masa yang akan datang.Disampaikan pada Seminar
Puskur Balitbang Dikbud, Jakarta.
Poedjiadi, A. (1993). Mewujudkan
literasi Sains dan Teknologi Melalui Pendidikan, hal 4-6. Disampaikan pada
seminar FPMIPA IKIP-Bandung.
Schegel, Stuart S. (1977). Grounded
Research di dalam ilmu-ilmu Sosial, Banda Aceh: PLPIIS
Slavin, RE.(1994). Educational
Psychology : Theory and Practice. Masschusetts: Allyn and Bacon Publisher.
Sobry Sutikno, (2004). Model
Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif dan Retorika. NTP
Press. Mataram
Slavin, RE.(1994). Educational
Psychology : Theory Research and Practice. Second Edition. Boston: Allyn
and Bacon.
Sutarno, N. (2004). Materi Dan
Pembelajaran IPA MADRASAH IBTIDAIYAH (MI). Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Komentar