UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI NO. 071039 ONOZIKHO



UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI NO. 071039 ONOZIKHO


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar calistung (baca tulis hitung), pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis” maka peranan pengajaran Bahasa Indonesia di SD menjadi sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya pada tahap keberwacanan (di kelas I dan kelas II) tetapi juga pada tercapainya kemahiran wacanan (di kelas-kelas tinggi atau kelas III sampai kelas VI SD).
Hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi, oleh sebab itu pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis (Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas II, 1994:20).
Belajar Bahasa Indonesia siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) yang mempunyai peran penting adalah aspek keterampilan menulis (Zuchdi, 1997:100). Sedangkan menurut Ary (2004) kegiatan berbahasa tersulit adalah menulis. Sebab, menulis ini tidak hanya melibatkan representasi grafis pembicaraan, tetapi juga pengembangan dan presentasi pemikiran secara terstruktur.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasaan yang harus dimiliki oleh para siswa yang sedang belajar mulai tingkat pendidikan dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Keterampilan menulis sifatnya fungsional bagi pengembangan diri untuk kehidupan masyarakat. Menurut Harris (1988) membuat kalimat termasuk ke dalam kegiatan untuk keterampilan menulis, karena itu membuat kalimat juga berarti mengungkapkan ide dan berkomunikasi dengan orang lain melalui simbol-simbol bahasa. Dalam membuat kalimat perlu memperhatikan dua hal, yaitu substansi dari hasil tulisan (ide yang diekspresikan) dan aturan struktur bahasa yang benar (grammatical form and syntactic pattern). Unsur-unsur pembentuk kalimat seperti subyek, predikat, obyek dan keterangan dengan benar dan jelas bagi pembaca, mengungkapkan gagasan utama secara jelas, membuat teks koheren, sehingga orang lain mampu mengikuti pengembangan gagasan serta memperkirakan pengetahuan yang dimiliki target pembaca.
Ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar.
Rendahnya minat belajar  siswa dalam pelajaran bahasa indonesia Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: kurangnya latihan yang diberikan guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurang mengesankan serta kurangnya tugas yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan melakukan PTK dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI NO. 071039 ONOZIKHO”. Peneliti ingin mencoba mengubah tradisi lama ke arah yang lebih baru, kondusif dan komunikatif.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis pada latar belakang masalah dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah yang akan digunakan sebagai fokus perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
Apakah Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok Dapat Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD NEGERI NO. 071039 ONOZIKHO?
C.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Meningkatkan  minat belajar  siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode pembelajaran diskusi kelompok.
D.  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan konstribusi dan manfaat.
1.      Bagi Siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa . Selain itu, melalui metode pembelajaran diskusi kelompok dapat menumbuhkan minat belajar siswa  dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Menghilangkan anggapan bahwa belajar bahasa itu membosankan.
1.      Bagi Guru
Penelitian ini dapat memacu guru agar lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran dan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran.
1.      Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sekolah dapat meningkatkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan siswa dan guru.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.     PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu waktu tertentu. Perubahan yang itu harus secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan (kematangan).
B.     HASIL BELAJAR SISWA
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru),  seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh  kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
C.    Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menurut M. Ngalim Purwanto (1997:4) dalam metodologi pengajaran Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari orang lain, memahami orang lain, menyatakan diri, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, mempertinggi kemampuan berbahasa, dan menumbuhkan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia.
Achmad Alfianto (2006) menyebutkan bahwa pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Indonesia diibaratkan seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.
M. Ngalim Purwanto (1997:4) juga menyebutkan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia meliputi:
1.      Penguasaan Bahasa Indonesia;
2.      Kemampuan memahami;
3.      Keterampilan berbahasa/menggunakan bahasa untuk segala macam keperluan;
4.      Apresiasi sastra.
D.    MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK
Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras, bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan argumentasi yang tepat.
Apabila beberapa pengertian di atas digabungkan, maka akan memberikan suatu kesimpulan umum bagi pengertian metode diskusi kelompok, yakni Cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama memberikan argumentasi dan ide-ide dalam kelompok-kelompok kecil atau kelompok besar secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang hiterogen dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan teman sejawat (peserta didik lain) sebagai rekan dalam memecahkan masalah atau mendiskusikan materi-materi yang telah ditentukan kepada kelompok-kelompok tersebut, dan mereka dapat saling membantu dan tukar menukar pendapat dan ide yang pada akhirnya dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar, dan dalam sistem ini guru sebagai fasilitator dan pengarah efektifitas pembelajaran.
1.      Syarat-syarat Metode Diskusi
Adapun syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi adalah:
-          Pendidik menguasai masalah yang didiskusikan secara utuh
-          Pokok-pokok masalah yang didiskusikan agar dipersiapkan lebih awal.
-          Memberikan kesempatan secara bebas kepada peserta didik untuk mengajukan  pikiran, pendapat atau kritikannya
-          Masalah yang didiskusikan diusahakan agar tetap pada pokoknya.
2.      Kelemahan dan Keunggulan Metode Diskusi
Ada beberapa kelemahan metode diskusi antara lain:
-          Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara
-          Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur
-          Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan
-          Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak dikontrol akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
Disamping memiliki kelemahan metode diskusi juga memiliki keunggulan, antara lain:
-          Mempertinggi peran serta secara perorangan
-          Mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan
-          Memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.
Dalam berdiskusi tidak semua persoalan patut didiskusikan, persoalan yang patut didiskusikan kehendaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
-          Menarik perhatian peserta didik
-          Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
-          Memiliki lebih dan satu kemungkinan pemecahan atau jawaban, bukan kebenaran lunggal, dan
-          Pada umumnya tidak mencari mana jawaban yang benar, melainkan menggunakan pertimbangan dan perbandingan.
Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak:
-          Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para peserta didik.
-          Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing.
-          Memperoleh umpan balik dan para peserta didik tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai.
-          Membantu para peserta didik belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata peserta didikan dan kegiatan sekolah.
-          Membantu para peserta didik belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
-          Membantu para peserta didik menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat baik dan pengalaman sendiri maupun dalam peserta didikan sekolah.
-          Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat penting dalam rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi.
3.      Macam-Macam Diskusi
-          Diskusi Informal
-          Diskusi Formal
-          Diskusi panel
-          Diskusi symposium
Dalam buku Civic Education digambarkan  beberapa model rancangan tata kelas yang memakai metode diskusi:
-          Model lingkaran
-          Model Konferensi
-          Model Corak Tim
4.      Langkah-langkah Penggunaan Metode Diskusi
Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Langkah Persiapan
-          Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap peserta didik sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.
-          Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
-          Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi peserta didikan sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
-          Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.
2.      Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
-          Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi
-          Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
-          Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan
-          Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya
-          Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
3.      Menutup Diskusi
Akhir dan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sehagai berikut:
-          Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi
-          Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Dari uraian di atas dapat dipahami metode diskusi merupakan teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, dan di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Subjek Penelitian
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan dalam pembelajaran  BAHASA INDONESIA  di  Kelas I SDN 11286 Tanjung Siram Kec. Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Dengan jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 30 orang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan  17 orang siswa perempuan.
B.     Sumber Data
  1. Siswa: Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi yang diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus kedua, hasil evaluasi dan hasil wawancara guru.
  2. Guru: Sumber data guru berasal dari lembar observasi aktivitas guru dalam Model Pembelajaran Demonstrasi .
  3. Data Dokumen: Sumber data dokumen berasal dari data awal hasil tes, hasil pengamatan, catatan lapangan selama proses pembelajaran dan hasil foto.
C.    Prosedur Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam perencanaan ini meliputi sebagai berikut:
  1. Menetapkan  peneliti  mitra  (observer)  yaitu  Kepala  Sekolah  SD.
  2. Menelaah materi mata pelajaran Tematik serta menelaah indikator bersama tim kolaborasi.
  3. Menyusun RPP sesuai sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario Model Pembelajaran Numbered Heads Together.
  4. Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran berupa gambar.
  5. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis, dan lembar kerja siswa.
  6. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, guru dan angket.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama yaitu bulan  Juni 2013 dan siklus kedua yaitu bulan Juli 2013.
Penelitian dipusatkan pada pelaksanaan serangkaian pembelajaran yang dipilah kedalam  2  siklus  tindakan.  Pada  setiap  siklus  tindakan  diobservasi, dievaluasi  dan direfleksi data-data atau temuan yang berhubumgan dengan kinerja guru dalam  menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together, dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati aktivitas siswa dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran Tematik yang menerapkan Model Pembelajaran Numbered Heads Together. Observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan Model Numbered Heads Together.
d. Refleksi
Setelah mengkaji proses pembelajaran yaitu aktivitas siswa dan guru, serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran Tematik, apakah sudah efektif dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus pertama, serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama, kemudian bersama tim kolaborasi membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya sampai mencapai indikator kinerja.
4.   Siklus Penelitian
4.1. Siklus Pertama
a.  Perencanaan
1). Menyusun RPP Tematik.
2).Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa gambar.
3). Menyiapkan lembar kerja siswa.
4).Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
5).Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
b.   Pelaksanaan Tindakan
1)    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tematik. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah pembelajaran tematik.
2)    Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan Tematik (menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
3)    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen tentang pembelajaran tematik untuk mendapatkan penjelasan dan peemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah.
4)    Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan pembelajaran tematik dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5)    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan terhadap pembelajaran tematik dan proses-proses yang mereka gunakan
c.         Observasi
1).        Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Tematik (dilakukan oleh observer).
2).        Memantau penerapan Model pembelajaran Numbered Heads Together.
3).        Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran (dilakukan oleh observer).
d.        Refleksi
1).        Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus 1.
2).        Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1.
3).        Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1.
4).        Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2.
4.2.      Siklus Kedua
a.        Perencanaan
1). Menyusun RPP Tematik.
2).Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa gambar.
3). Menyiapkan lembar kerja siswa.
4).Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
5).Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
b.        Pelaksanaan Tindakan
1)    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tematik. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah pembelajaran tematik.
2)    Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan Tematik (menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
3)    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen tentang pembelajaran tematik untuk mendapatkan penjelasan dan peemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah.
4)    Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan pembelajaran tematik dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5)    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan terhadap pembelajaran tematik dan proses-proses yang mereka gunakan
c.         Observasi
1).        Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Tematik (dilakukan oleh observer).
2).        Memantau penerapan Model pembelajaran Numbered Heads Together.
3).        Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran (dilakukan oleh observer).
d.        Refleksi
1).        Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus 2.
2).        Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 2.
3).        Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 2.
D.    Jadwal Penelitian
No
KEGIATAN
Siklus I
Bulan Juni
Siklus II
Bulan Juli


1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perencanaan








2
Proses Pembelajaran








3
Evaluasi








4
Pengumpulan Data








5
Analisis Data








6.
Penyusunan Hasil








7
Pelaporan Hasil








 E.      Desain Penelitian 
F.     Teknik analisis Data
G.    INDIKATOR KEBERHASILAN
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah
1) Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran BAHASA INDONESIA sebanyak ≥ 80 %.
2) Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran BAHASA INDONESIA ≥ 70 %.



DAFTAR PUSTAKA
Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. (1991/1992). Pendidikan BAHASA INDONESIA, Hal 7-11 Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Hernawaty Damanik. (2004). Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi  FKIP- Universitas Terbuka.
Irwanto, dkk (1991). Membaca Permulaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kemmis, S. dan MC. Toggart.R. (Ed.1988). The Action Resesarch Planner. Deakin. Deakin University: Australia  
Sobry Sutikno, (2004). Model Pembelajaran Demonstrasi. NTP Press. Mataram
Slavin, RE.(1994). Educational Psychology : Theory Research and Practice. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Ahmad Sabri, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta; Quantum Teaching, 2005).

Komentar