UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKN MATERI MENJAGA KEUTUHAN NEGARA INDONESIA KELAS VI SDN……… DENGAN MENGGUNAKAN METODE VARIASI
UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKN MATERI
MENJAGA KEUTUHAN NEGARA INDONESIA KELAS VI SDN……… DENGAN MENGGUNAKAN METODE
VARIASI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan
GBHN 1993 dinyatakan bahwa pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan
membangun manusia Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Dimana prioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang
ekonomi, sekaligus dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia (Soeharto,
1994). Berangkat dari hal ini, maka pendidikan dapat dinyatakan memiliki peran
yang teramat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan ditingkatan
sekolah selanjutnya terletak dipundak guru. Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab guru, sebab gurulah
yang langsung membina siswa di sekolah melalui proses kegiatan belajar
mengajar. Layanan bimbingan di sekolah sangat
diperlukan guna membantu siswa dalam mengatasi permasalahannya, dalam masalah belajar
atau masalah pribadi siswa (Pedoman BP SD, 1994:17).
Tugas guru
yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada
anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru Sekolah Dasar (SD) dituntut untuk
menguasai semua bidang studi. Namun hasil
perolehan nilai beberapa mata pelajaran
dalam kenyataannya masih ada yang belum
memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran PKN. Berdasarkan
pengalaman peneliti hal ini disebabkan oleh, teknik mengajar yang masih relatif
monoton. Sejauh ini pembelajaran PKN di kelas mayoritas masih dilaksanakan
dengan metode ceramah. Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan interaksi
belajar mengajar yang lebih melemahkan
motivasi belajar siswa.
Motivasi
belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam
menerima pelajaran PKN, PKN dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.
Sehingga jangan disalahkan apabila disetiap jam pelajaran PKN siswa cenderung merasa enggan dan malas. Untuk mengantisipasi hal tersebut
perlu ada solusi dalam penyampaian mata pelajaran PKN dengan menggunakan berbagai cara yang
menarik yang ada kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Sunardi (2006:13) menyarankan untuk mengupayakan agar
pelajaran PKN menyenangkan anak, sampaikan materi yang sudah dikenal anak
hingga anak percaya diri.
Memperhatikan uraian di atas keadaan yang sama dialami juga oleh siswa SDN
Pasrepan III, siswa masih merasa kesulitan, takut dan kurang berani bertanya
terhadap hal-hal yang belum dipahami,
sementara itu peneliti kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Keadaan ini jika dibiarkan maka nilai
pelajaran PKN akan semakin menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan
minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru
harus mampu memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik dan melibatkan siswa dalam
menemukan konsep.
Pengalaman peneliti sebagai guru PKN di SDN Pasrepan III sebelum
melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan RPP, media hingga strategi pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Namun disisi lain peneliti sebagai guru memang masih cenderung menggunakan metode mengajar yang
monoton yaitu metode ceramah, kondisi ini ternyata membuat siswa menjadi bosan,
jemu dan tidak tertarik untuk belajar. Guru kurang mampu mengelola kelas dengan
baik, sehingga banyak diantara siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran
yang sedang dilakukan oleh guru bahkan sebagian diantaranya lebih sering
mengerjakan tugas lain. Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu
pembelajaran. Hal inilah yang diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami
konsep-konsep dasar PKN, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat
dilaksanakan baik oleh siswa maupun guru. Guru hendaknya mengemas proses
belajar mengajar dengan metode yang tepat dan menarik dalam penyajiannya. Salah
satu langkahnya adalah menggunakan metode variasi dan bantuan alat peraga.
Menurut Holstein (1986: 67) media akan memperjelas dan membuat pelajaran
menjadi lebih konkrit dan jelas bagi siswa. Pembelajaran dengan metode variasi
akan menciptakan suasana belajar lebih hidup sehingga anak lebih termotivasi
untuk belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, rumusan masalah yang
dapat disimpulkan adalah:
1.
Bagaimana penggunaan Metode Variasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKN materi Menjaga Keutuhan
Negara Indonesia kelas V SDN Pasrepan III Kecamatan Pasrepan Kabupaten
Pasuruan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, penelitian tindakan kelas ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode variasi dapat meningkatkan hasil
belajar PKN materi Menjaga Keutuhan Negara Indonesia siswa kelas V SDN Pasrepan
III.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
diantaranya:
a.
Bagi Guru
Dapat
memilih metode dan alat bantu pembelajaran yang sesuai.
b.
Bagi Siswa
1)
Dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa bergairah
belajar sehingga hasil belajar meningkat.
2)
Membangkitkan minat siswa untuk mempelajari PKN.
c.
Bagi lembaga (SD)
Memberikan
masukan terhadap pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar
siswa.
d. Sebagai sarana pemberdayaan untuk meningkatkan kerjasama dan kreatifitas guru dan siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar
menurut Nana Sudjana (1988; 28), adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slamento (1995; 2)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan
menurut Pasaribu (1983;59) belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan kegiatan,
reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar
apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau
disebabkan oleh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencangkup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan ini diperoleh melalui latihan
(pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan
kematangan atau karena keadaan sementara
seperti mabuk.
Belajar
menurut Engkoswara (1988; 2) adalah suatu proses perubahan tingkah laku, yaitu
dalam bentuk prestasi yang telah direncanakan terlebih dahulu. Dari definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu pola penguasaan terhadap suatu pengetahuan .
1.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar
Proses
belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. Prinsip dari belajar adalah terjadinya
perubahan terhadap diri seseorang. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor kondisional yang ada, diantaranya adalah: seperti yang
dikemukakan oleh A. Tabrani ( 1992; 23-24 ) yaitu :
a) Peserta didik yang belajar harus melakukan
banyak kegiatan.
b) Belajar memerlukan latihan dengan Relearning, Recall, dan Review, agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai, dan yang belum
dikuasai akan menjadi milik peserta didik.
c) Belajar akan lebih berhasil jika peserta
didik merasa berhasil dan mendapat kepuasan.
d) Peserta didik yang belajar mengetahui
apakah ia gagal atau berhasil dalam belajar.
e) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam
belajar, karena semua pengalaman belajar, antara yang lama dan yang baru secara
berurutan diasosiasikan .
f) Pengalaman masa lampau dan pengertian yang dimiliki siswa besar peranannya dalam proses belajar.
g) Kesiapan belajar. Maksudnya peserta didik
yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar lebih
mudah dan lebih berhasil.
h) Minat dan Usaha. Maksudnya adalah dengan minat dan usaha yang
baik akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.
i)
Fisiologis. Kondisi badan peserta didik sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar .
B. Pembelajaran PPKN
Karakteristik Pembelajaran
PKn
Pada materi konsep dasar pendidikan
kewarganegaraan telah dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
pelajaran dengan keunikan tersendiri. PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai dan
pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengamndung konsekwensi bahwa dalam hal
perancangan pembelajaran PKn perlu mempertahtikan karakteristik pembelajaran
PKn itu sendiri.
Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa
PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
PKn dalam kurikulum perguruan tinggi juga
tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang dijadikan arah pengembangan PKn
sebagai mata kuliah. Kompetensi dasar mata kulaih PKn di PT adalah menjadi
ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
demokratis berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing;
berdisiplindan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan sistem nilai Pancasila (S-K Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006).
Dalam hal tujuan, PKN persekolahan
memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
b. Berpartisipasi secara aktif dan
bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
c. Berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa
lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
Menyimak hal-hal di atas, dapat
dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai pendidikan nilai dalam hal ini
adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD 1945. Di sisi lain
adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk warganegara yang
kritis, partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa.
Dalam naskah Kurikulum 2006 dinyatakan
bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan
upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan
meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga Negara Indonesia. Pendekatan
belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1)
kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5)
eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving).
Metode-metode ini merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn.
C. Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui
sejauh mana proses belajar mengajar
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil
belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil
belajar adalah salah satu alat ukur
yang paling banyak digunakan untuk
menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk
menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan
tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur
apa-apa yang dipelajari dalam proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional
yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
b) Tes hasil belajar disusun sedemikian
sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar
hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
d) Tes hasil belajar hendaknya dapat
digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani
(1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari
guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan
, terutama bila diinginkan hasil yang
lebih baik .
D. Tipe Hasil Belajar
Menurut Nana
Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran
terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga
aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus
nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan
unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut :
Tipe hasil belajar bidang kognitif
Tipe ini
terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :
a.
Pengetahuan
hafalan (Knowledge),
yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual.
Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.
b.
Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap
makna atau arti dari suatu konsep
c.
Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan
dan mengabtraksikan suatu konsep. Ide,
rumus, hukum dalam situasi yang baru,
misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.
d.
Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai
suatu intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai
arti .
e.
Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau
bagian menjadi satu integritas.
f.
Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan
tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang
dipakainya.
Tipe hasil
belajar afektif
Bidang
afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikanoleh guru,
tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang
mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang
telah menguasai bidang kognitif tingkat
tinggi.
Beberapa
tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :
a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang pada siswa,
baik dalam bentuk masalah situasi dan
gejala.
b. Responding atau jawaban, yakni
reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .
c.
Valuing atau penilaian, yakni berhubungan
dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.
d.
Organisasi, yakni pengembangan nilai ke
dalam system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai
lainnya dan kemantapan prioritas yang
dimilikinya .
e.
Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni
keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya
Tipe hasil belajar bidang
psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk
ketrampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :
a.
Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak
sadar.
b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya
membedakan visual , adaptif, motorik,
dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya
kekuatan keharmonisan dan ketetapan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari
ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks .
f. Kemampuan yang berkenaan dan
komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif, interpretative.
E. Metode Pembelajaran
Metode merupakan salah satu “sub-system”
dalam “sistem pembelajaran”, yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode
adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan
suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa-siswa agar tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan
efektif. Setiap mata pelajaran mempunyai metode tertentu sesuai dengan
kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh sebab itu guru hendaknya dapat
menentukan metode apa yang paling efisien bagi mata pelajarannya sehingga
tujuan pengajaran tercapai secara maksimal dan efektif. Metode pembelajaran
merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mengajar. Metode mengajar harus
tepat, efisien dan efektif, sehingga siswa dapat menerima, memahami, menguasai,
dan mengembangkan bahan pelajaran.
F. Metode Variasi
Perlu
diketahui bahwa tidak ada satu metode yang dapat dianggap lebih sempurna dari
pada yang lain. Masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangannya. Karena
itu dalam proses kegiatan pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode
yang disebut Metode Variasi.
Dalam penelitian ini variasi
metode yang digunakan yaitu :
1.
Metode Ceramah
Dalam metode
ini guru sebagai pusat. Ia memberi ceramah tentang fakta, konsep, atau
generalisasi yang diharapkan untuk dipelajari dan dihapalkan oleh siswa. Proses
berfikir dilakukan oleh guru, sedangkan siswa belajar proses berfikir hanya
jika mereka mampu mengalihkan (transfer) proses berfikir yang tersirat dalam ceramah
guru dalam pekerjaan mereka. Guru menyiapkan semua petunjuk atau kunci jawaban.
2.
Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan salah satu metode pengajaran yang harus melibatkan
dua pihak, antara pengajar/pendidik dan siswa. Metode ini berguna untuk menciptakan
suasana yang aktif dan hidup di dalam kelas. Sekaligus memberikan informasi
kepada pengajar/pendidik sejauh mana siswa yang dibimbingnya telah
menguasai/memahami materi yang telah diberikan. Sekalipun demikian, metode
tanya jawab ini tidak selalu berlangsung dengan pengajar/pendidik yang
memberikan pertanyaan dan siswa yang menjawab. Namun bisa juga sebaliknya,
siswa yang memberikan pertanyaan dan pengajar/pendidik yang memberikan jawaban,
atau juga berlangsung dua arah secara bersamaan. Pengajar/pendidik pun dapat
mengukur sejauh mana siswa termotivasi dengan materi yang disampaikan.
3. Metode Pemberian Tugas
Metode
tugas adalah pemberian tugas oleh guru kepada siswa sesuai dengan materi
yangdiajarkan dalam rangka mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap
pembelajaran. Jika dalam metode ceramah terjadi komunikasi satu arah, maka
metode pemberian tugas terjadi uji koognitif siswa dengan tolok ukur
keberhasilan pengerjaan soal yang ada. Biasanya tugas yang diberikan
menghadapkan siswa pada suatu atau sejumlah masalah yang disodorkan oleh guru.
4. Simulasi (demontrasi role playing)
Metode simulasi adalah metode yang
mengharuskan siswa melakukan demontrasi dengan berlaku dengan peran yang telah
ditentukan guru. Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui kemamapuan
psikomotor siswa sekaligus kualitas pemahaman siswa terhadapa materi
pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1993. GBBP SD 1994. Jakarta : Depdikbud.
Eman Suherman dan Udin S. Winatapura. 1993. Materi Pokok Strategi Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
Holstein. 1986. Murid Belajar Mandiri.
Bandung : Remadja Karya.
IG.A.K. Wardani, Kuswaya W, Noehi Nasoetion. 2004. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sudiyono, Triyo Supriyatno, Padil. 2000. Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi. Malang : UIN Malang.
Syaodih, Nana. 2005. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.
Sunardi. 2006. Mengakrabkan PKN Pada
Anak. Yogyakarta : Kedaul atan rakyat.
Wagiman, Setiyandoko, dkk. 2005. Belajar
dan Bermain PKN untuk SD/MI Kelas 5. Malang : Universitas Negeri Malang
Komentar