Breaking News
Loading...
Minggu, 13 Juli 2014

Info Post


UPAYA  MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKN MATERI MENJAGA KEUTUHAN NEGARA INDONESIA KELAS VI SDN……… DENGAN MENGGUNAKAN METODE VARIASI

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
      Berdasarkan GBHN 1993 dinyatakan bahwa pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan membangun manusia Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dimana prioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang ekonomi, sekaligus dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia (Soeharto, 1994). Berangkat dari hal ini, maka pendidikan dapat dinyatakan memiliki peran yang teramat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan ditingkatan sekolah selanjutnya terletak dipundak guru. Hal ini merupakan  tugas dan tanggung jawab guru, sebab gurulah yang langsung membina siswa di sekolah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Layanan bimbingan di sekolah sangat diperlukan guna membantu siswa dalam mengatasi permasalahannya, dalam masalah belajar atau masalah pribadi siswa (Pedoman BP SD, 1994:17).
Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru Sekolah Dasar (SD) dituntut untuk menguasai semua bidang studi. Namun hasil perolehan nilai beberapa mata  pelajaran dalam kenyataannya  masih ada yang belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran PKN. Berdasarkan pengalaman peneliti hal ini disebabkan oleh, teknik mengajar yang masih relatif monoton. Sejauh ini pembelajaran PKN di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah. Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan interaksi belajar mengajar yang  lebih melemahkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pelajaran PKN, PKN dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Sehingga jangan disalahkan apabila disetiap jam pelajaran PKN siswa  cenderung merasa enggan  dan malas. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ada solusi  dalam penyampaian  mata pelajaran PKN  dengan menggunakan berbagai cara yang menarik  yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sunardi (2006:13) menyarankan untuk mengupayakan agar pelajaran PKN menyenangkan anak, sampaikan materi yang sudah dikenal anak hingga anak percaya diri.
Memperhatikan uraian di atas keadaan yang sama dialami juga oleh siswa SDN Pasrepan III, siswa masih merasa kesulitan, takut dan kurang berani bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahami,  sementara itu peneliti kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Keadaan ini jika  dibiarkan maka nilai pelajaran PKN akan semakin menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mampu memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas  yang menarik dan melibatkan siswa dalam menemukan konsep.
Pengalaman peneliti sebagai guru PKN di SDN Pasrepan III sebelum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan RPP, media hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas. Namun disisi lain peneliti sebagai guru memang masih cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton yaitu metode ceramah, kondisi ini ternyata membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak tertarik untuk belajar. Guru kurang mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga banyak diantara siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru bahkan sebagian diantaranya lebih sering mengerjakan tugas lain. Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar PKN, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan baik oleh siswa maupun guru. Guru hendaknya mengemas proses belajar mengajar dengan metode yang tepat dan menarik dalam penyajiannya. Salah satu langkahnya adalah menggunakan metode variasi dan bantuan alat peraga. Menurut Holstein (1986: 67) media akan memperjelas dan membuat pelajaran menjadi lebih konkrit dan jelas bagi siswa. Pembelajaran dengan metode variasi akan menciptakan suasana belajar lebih hidup sehingga anak lebih termotivasi untuk belajar.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah:
1.      Bagaimana penggunaan Metode Variasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKN materi Menjaga Keutuhan Negara Indonesia kelas V SDN Pasrepan III Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode variasi dapat meningkatkan hasil belajar PKN materi Menjaga Keutuhan Negara Indonesia siswa kelas V SDN Pasrepan III.
D.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:
a.       Bagi Guru
Dapat memilih metode dan alat bantu pembelajaran yang sesuai.
b.      Bagi Siswa
1)      Dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa bergairah belajar sehingga hasil belajar meningkat.
2)      Membangkitkan minat siswa untuk mempelajari PKN.
c.       Bagi lembaga (SD)
Memberikan masukan terhadap pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.

d.      Sebagai sarana pemberdayaan untuk meningkatkan kerjasama dan  kreatifitas guru dan siswa.

                    

BAB  II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Belajar

Belajar menurut Nana Sudjana (1988; 28), adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slamento (1995; 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan  tingkah laku yang baru secara keseluruhan  sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Pasaribu (1983;59) belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan  sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencangkup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan  sementara seperti mabuk. 
Belajar menurut Engkoswara (1988; 2) adalah suatu proses perubahan tingkah laku, yaitu dalam bentuk prestasi yang telah direncanakan terlebih dahulu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu pola penguasaan  terhadap suatu pengetahuan .
1.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi  Proses Belajar
Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.  Prinsip dari belajar adalah terjadinya perubahan terhadap diri seseorang. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada, diantaranya adalah: seperti yang dikemukakan   oleh A. Tabrani  ( 1992; 23-24 ) yaitu :
a)      Peserta didik yang belajar harus melakukan banyak kegiatan.
b)      Belajar memerlukan latihan dengan  Relearning, Recall,  dan Review, agar pelajaran yang  terlupakan dapat dikuasai, dan yang belum dikuasai  akan menjadi milik  peserta didik.
c)      Belajar akan lebih berhasil jika peserta didik merasa  berhasil dan  mendapat kepuasan.
d)     Peserta didik yang belajar mengetahui apakah ia gagal atau berhasil dalam belajar.
e)      Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar, antara yang lama dan yang baru secara berurutan diasosiasikan .
f)       Pengalaman masa lampau dan pengertian  yang dimiliki siswa  besar peranannya dalam proses belajar.
g)      Kesiapan belajar. Maksudnya peserta didik yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
h)      Minat dan Usaha.  Maksudnya adalah dengan minat dan usaha yang baik akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.
i)        Fisiologis.   Kondisi badan peserta didik sangat mempengaruhi proses belajar mengajar .
             

B.     Pembelajaran PPKN


 Karakteristik Pembelajaran PKn
Pada materi konsep dasar pendidikan kewarganegaraan telah dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran dengan keunikan tersendiri. PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengamndung konsekwensi bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu mempertahtikan karakteristik pembelajaran PKn itu sendiri.
Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
PKn dalam kurikulum perguruan tinggi juga tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang dijadikan arah pengembangan PKn sebagai mata kuliah. Kompetensi dasar mata kulaih PKn di PT adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplindan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (S-K Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006).
Dalam hal tujuan, PKN persekolahan memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a.  Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD 1945. Di sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk warganegara yang kritis, partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa.
Dalam naskah Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga Negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn.

C.    Pengertian Hasil Belajar

Untuk  mengetahui sejauh mana proses belajar  mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah   salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan  untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a)      Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari  dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional  yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
b)      Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
c)      Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
d)     Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah  suatu proses yang rumit  karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan ,  terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik .  

D.    Tipe Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran  adalah sebagai berikut  :
Tipe hasil belajar bidang kognitif
Tipe ini terbagi menjadi 6 poin,   yaitu  tipe hasil belajar :
a.       Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual.  Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.
b.      Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna  atau arti dari suatu konsep
c.       Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan  suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi  yang baru, misalnya  memecahkan persoalan  dengan menggunakan rumus tertentu.
d.      Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .
e.       Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
f.        Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

Tipe  hasil belajar afektif
Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini  didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif  tingkat tinggi.
Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe  hasil belajar dari  yang sederhana ke yang lebih komplek  yaitu :
a.       Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa,  baik dalam bentuk masalah situasi dan  gejala.
b.      Responding atau jawaban, yakni  reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .
c.       Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.
d.      Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan  prioritas yang dimilikinya .
e.       Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki seseorang  yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya

Tipe hasil belajar bidang psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :
a.       Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.
b.      Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c.       Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual ,  adaptif, motorik, dan lain-lain.
d.      Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.
e.       Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks .
f.       Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif, interpretative.

E.     Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu “sub-system” dalam “sistem pembelajaran”, yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa-siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Setiap mata pelajaran mempunyai metode tertentu sesuai dengan kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh sebab itu guru hendaknya dapat menentukan metode apa yang paling efisien bagi mata pelajarannya sehingga tujuan pengajaran tercapai secara maksimal dan efektif. Metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mengajar. Metode mengajar harus tepat, efisien dan efektif, sehingga siswa dapat menerima, memahami, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran.

F.     Metode Variasi

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode yang dapat dianggap lebih sempurna dari pada yang lain. Masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangannya. Karena itu dalam proses kegiatan pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode yang disebut Metode Variasi.
Dalam penelitian ini variasi metode yang digunakan yaitu :
1.      Metode Ceramah
Dalam metode ini guru sebagai pusat. Ia memberi ceramah tentang fakta, konsep, atau generalisasi yang diharapkan untuk dipelajari dan dihapalkan oleh siswa. Proses berfikir dilakukan oleh guru, sedangkan siswa belajar proses berfikir hanya jika mereka mampu mengalihkan (transfer) proses berfikir yang tersirat dalam ceramah guru dalam pekerjaan mereka. Guru menyiapkan semua petunjuk atau kunci jawaban.

2.      Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan salah satu metode pengajaran yang harus melibatkan dua pihak, antara pengajar/pendidik dan siswa. Metode ini berguna untuk menciptakan suasana yang aktif dan hidup di dalam kelas. Sekaligus memberikan informasi kepada pengajar/pendidik sejauh mana siswa yang dibimbingnya telah menguasai/memahami materi yang telah diberikan. Sekalipun demikian, metode tanya jawab ini tidak selalu berlangsung dengan pengajar/pendidik yang memberikan pertanyaan dan siswa yang menjawab. Namun bisa juga sebaliknya, siswa yang memberikan pertanyaan dan pengajar/pendidik yang memberikan jawaban, atau juga berlangsung dua arah secara bersamaan. Pengajar/pendidik pun dapat mengukur sejauh mana siswa termotivasi dengan materi yang disampaikan.

3.      Metode Pemberian Tugas
Metode tugas adalah pemberian tugas oleh guru kepada siswa sesuai dengan materi yangdiajarkan dalam rangka mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Jika dalam metode ceramah terjadi komunikasi satu arah, maka metode pemberian tugas terjadi uji koognitif siswa dengan tolok ukur keberhasilan pengerjaan soal yang ada. Biasanya tugas yang diberikan menghadapkan siswa pada suatu atau sejumlah masalah yang disodorkan oleh guru.


4.      Simulasi (demontrasi role playing)
Metode simulasi adalah metode yang mengharuskan siswa melakukan demontrasi dengan berlaku dengan peran yang telah ditentukan guru. Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui kemamapuan psikomotor siswa sekaligus kualitas pemahaman siswa terhadapa materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang bersangkutan.



DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1993. GBBP SD 1994. Jakarta : Depdikbud.

Eman Suherman dan Udin S. Winatapura. 1993. Materi Pokok Strategi Mengajar. Jakarta : Depdikbud.

Holstein. 1986. Murid Belajar Mandiri. Bandung : Remadja Karya.

IG.A.K. Wardani, Kuswaya W, Noehi Nasoetion. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sudiyono, Triyo Supriyatno, Padil. 2000. Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi. Malang : UIN Malang.

Syaodih, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.

Sunardi. 2006. Mengakrabkan PKN Pada Anak. Yogyakarta : Kedaul atan rakyat.

Wagiman, Setiyandoko, dkk. 2005. Belajar dan Bermain PKN untuk SD/MI Kelas 5. Malang : Universitas Negeri Malang

0 komentar: