Breaking News
Loading...
Minggu, 13 Juli 2014

Info Post


PENGGUNAAN MEDIA BERBENTUK KUIS GUNA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 12 SEMARANG DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh kemudahan. Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponennya, yaitu tujuan, subjek belajar, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan penunjang. Tujuan pembelajaran secara eksplisit berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. (Rifa’i, Achmad:2009).
Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika tujuan dari pembelajaran telah tercapai. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa secara umum ada dua, yaitu faktor interen (individu) dan faktor eksteren (sosial). Faktor individu antara lain faktor kematangan, kecerdasan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan faktor sosial antara lain faktor keluarga, guru serta cara mengajarnya, media yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Terdapat banyak cara bagi seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran agar siswa mudah memahaminya. Peran utama guru sebagai perencana sekaligus pelaksana proses belajar mengajar menuntut guru untuk selalu menigkatkan kualitas pengajarannya agar siswa dapat menguasai materi dengan baik. Diantaranya adalah dengan menerapkan metode yang tepat sehingga tercipta suasana yang menyenangkan selama proses belajar mengajar atau dengan menggunakan media yang dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 12 Semarang kelas X-2 menunjukkan bahwa aktivitas siswa masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari masih sedikitnya siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan guru pada saat proses pembelajaran. Hanya ada 4-5 siswa (dari total 35 siswa) yang bertanya dan menjawab pertanyaan saat guru bertanya secara klasikal.
Dariuraian di atas, maka kami mengusulkan sebuah judul penelitian tindakan kelas “PENGGUNAAN MEDIA BERBENTUK KUIS GUNA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 12 SEMARANG DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN.”
  1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang ada pada saat pembelajaran kimia di SMA Negeri 12 Semarang kelas X-2 adalah sebagai berikut:
  1. Kurangnya aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
  2. Kurangnya pemanfaatan sarana pembelajran yang ada di dalam kelas
  1. Rumusan Masalah
  1. Apakah penggunaan media berbetuk kuis dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?
  2. Apakah dengan media berbetuk kuis ini dapat memaksimalkan sarana penunjang yang ada di dalam kelas?
  1. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, dapat digunakan salah satu penerapan media pembelajaran berbentuk kuis dalam bentuk media presentasi powerpoint. Hal ini dapat diterapkan misalnya dalam tahap evaluasi di akhir pembelajaran.
  1. Tujuan Masalah
  1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari proposal Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
  1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penggunaan media berbentuk kuis.
  2. Memaksimalkan penggunaan media sebagai sarana penunjang dalam kegiatan pembelajaran.
  1. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari proposal Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
  1. 40% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
  2. Sarana penunjang dapat dimanfaatkan secara maksimal
  1. Manfaat Masalah
1. Bagi siswa
Memberikan suasana belajar yang berbeda, nyaman dan menyenangkan serta menumbuhkan kemandirian belajar dengan alat evaluasi berbasis kuis menggunakan media sehingga siswa dapat musatkan perhatian saat pembelajaran.
2. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dan calon guru kimia dalam memilih metode dan media pengajaran yang sesuai, efektif dan efesien dalam kegiatan belajar mengajar kimia sehingga dapat meningkatkan perhatian dan keaktivan siswa terhadap mata pelajaran kimia.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk perbaikan kondisi pembelajaran ilmu kimia kelas X sehingga membantu penciptaan panduan pembelajaran bagi mata pelajaran lainnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pengajaran yang akan diterapkan bagi perbaikan kualitas pendidikan dimasa yang akan datang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
  1. Kajian Tentang Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (event) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs, 1992). Seperangkat peristiwa itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika peserta didik melakukan self intruction dan di sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain dari pendidik. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar.
Gagne (1981) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memeproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aktivitas belajar yang dirancang disebut pembelajaran, dimana perolehan tujuan belajar akan dapat dicapai secara efektif dan efisien jika aktivitas belajar dirancang secara baik.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik, atau antar peserta didik. Dalam proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat pula secara nonverbal, seperti penggunaan media komputer dalam pembelajaran. Namun apapun media yang digunakan dalam pembeljaran, esensi pembelajaran ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi. Komunikasi dalam pembelajaran ditunjukan untuk membantu proses belajar.
Proses pembelajarn merupakan suatu sistem. Tujuan sistem adalah menghasilkan belajar, atau memberi sarana penting untuk mencapai tujuan belajar. Komponen-komponen sistem itu adalah pendidik. peserta didik, materi pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran. Komponen-komponen itu saling berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  1. Kajian Tentang Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas, media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik meperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai- nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana- mana. Udin Saripuddin dan Winataputra (199; 65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi 5 kategori yaitu manusia, buku/ perpustakaan, media massa, alam/ lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya.
Macam- Macam Media
Media yang dikenal tidak hanya terdiri atas dua jenis, melainkan sudah lebih dari dua. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam :
  1. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam dan lain sebagainya,.
  1. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar, atau lukisan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun.
  1. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.
Media pengajaran adalah suatu alat bantu yang tidak bernyawa. Alat ini bersifat netral. Peranannya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam belajar mengajar. Nana Sudjana (1991) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, sebaagi berikut :
  1. Penggunaan media dalam proses belajar-mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempuyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar menngajar yang efektif.
  2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
  3. Media pengajaran memiliki penggunaan yang integral dengan tujuan dari isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
  4. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata- mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
  5. Penggunaan media dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
  6. Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain, melalui penggunaan media maka hasil belajar ayang dicapai siswa akan tahan lama diingat oleh siswa.
Nana Sudjana (1991) mengemukakan nilai-nilai praktis media pengajaran adalah :
  1. Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir. Karena itu dapat mengurangi verbalisme.
  2. Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar
  3. Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
  4. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
  5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
  6. Membantu tumbuhnya pemikiran dan berkembangnya kemampuan berbahasa.
  7. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
  8. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik
  9. Metode mengajar akan lebiuh bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata- kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
  10. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain- lain.
Interaksi Siswa dengan Media
Dalam proses pembelajarn, media yang digunakan oleh guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sehingga mampu merangsang dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Dengan demikian akan tumbuh interaksi antara media pembelajaran dan siswa dalam belajar. Adanya interaksi positif antara media pembelajaran dan siswa pada akhirnya akan mampu mempercepat proses pemahaman siswa terhadap isi pembelajaran. Itulah sebabnya komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan- kegiatan belajar tersebut (Degeng, 1989).
  1. Kajian Tentang Aktivitas
Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 19) berarti giat bekerja atau berusaha, sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Menurut Moh User Usman (2002:26) cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut:
  1. Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon yang aktif dari siswa
  2. Masa transisi antara kegiatan dalam mengan=jar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes
  3. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai
  4. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa
Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan aktif mengerjakan soal yang diberikan guru.
  1. Kerangka Berfikir
Upaya yang diperlukan untuk menciptakan suatu kegiatan siswa di dalam kelas bergantung pada pendidik. Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran di dalam kelas yang masih kurang, akan berdampak terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan peserta didik cenderung bersifat pasif. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu peserta didik agar dapat mengikuti proses pembelajaran secara aktif sehingga tujuan dari pembeljaran akan tercapai.
Pengunaan media yang berbentuk kuis akan mendorong keaktifan, tanggungjawab, dan kerjasama dalam diri peserta didik. Melalui penggunaan media berbentuk kuis diharapkan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik kelas X-2 SMA Negeri 12 Semarang dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Hasil akhir
Tindakan
Keadaan awal
Peningkatan aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran yang juga akan mempengaruhi keaktifan peserta didik.
Pengunaan media dalam bentuk kuis yang dilakukan setelah penjelasan materi selesai.
Peserta didik masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Evaluasi akhir
Evaluasi efek
Evaluasi awal
  1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
  1. Penggunaan media dalam bentuk kuis akan meningkatkan aktivitas peserta didik kelas X-2 SMA Negeri 12 Semarang selama proses pembelajaran.
  2. Penggunaan media dalam bentuk kuis akan memaksimalkan penggunaan sarana pembelajaran yang tersedia di sekolah tersebut.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
  1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 12 Semarang pada semester gasal bulan Oktober sampai Desember 2012.
  1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Negeri 12 Semarang tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa di kelas tersebut adalah 35 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Melibatkan tiga siklus pembelajaran dengan 2 topik, yaitu ikatan kimia dan stoikiometrti, dengan menyesuaikan jam pelajaran kimia kelas X-2 SMA Negeri 12 Semarang.
  1. Cara Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
  1. Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi keaktifan siswa dan observasi pelaksanaan evaluasi pembelajaran menggunakan metode kuis. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi yang diajarkan, yaitu ikatan kimia dan stoikiometri.
  1. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kimia menggunakan metode kuis.
  1. Tes
Tes digunakan berupa kuis yang berfungsi untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa setelah mempelajari materi ikatan kimia dan stoikimetri dengan menggunakan metode kuis.
  1. Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, catatan lapangan, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
  1. Instrumen Penelitian
  1. Lembar observasi
Dalam penelitian ini terdapat pedoman observasi yaitu observasi keaktifan siswa. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi yang diajarkan, yaitu ikatan kimia dan stoikiometri.
Lembar Observasi Keaktifan Siswa
No
Aspek
Nilai
1
Interaksi siswa dengan guru

2
Interaksi siswa dengan kelompok

3
Menyelesaikan soal

4
Aktifitas guru

5
Aktifitas siswa

  1. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa berisi :
No
Aspek
Nilai
1
Kerjasama siswa dalam kelompok

2
Interaksi siswa dengan siswa

3
Interaksi siswa dengan guru

4
Mengerjakan soal secara berkelompok

5
Ketertarikan siswa terhadap metode yang digunakan

  1. Tes
Kisi-kisi soal kuis materi ikatan kimia
No
Indikator
Tujuan
Materi Pokok
Jenis Soal
Jumlah
1
Menjelaskan peranan elektron pada pembentukan ikatan kimia
Siswa mampu menjelaskan peranan elektron pada pembentukan ikatan kimia
Aturan oktet
Objektif
3
2
Menjelaskan dan menggambarkan struktur lewis
Siswa mampu menjelaskan dan menggambarkan struktur lewis
Struktur lewis
Objektif
3
3
Menjelaskan terjadinya ikatan ion dan contohnya
Siswa mampu menjelaskan terjadinya ikatan ion dan contohnya
Ikatan ion
Objektif
3
4
Menjelaskan terjadinya ikatan kovalen dan contohnya
Siswa mampu menjelaskan terjadinya ikatan kovalen dan contohnya
Ikatan kovalen
Objektif
3
5
Menjelaskan perbandingan sifat senyawa ion dan senyawa kovalen
Siswa mampu menjelaskan perbandingan sifat senyawa ion dan senyawa kovalen
Senyawa ion dan senyawa kovalen
Objektif
3
6
Menjelaskan terjadinya ikatan kovalen koordinasi dan contohnya
Siswa mampu menjelaskan terjadinya ikatan kovalen koordinasi dan contohnya
Ikatan kovalen koordinasi
Objektif
3
7
Menjelaskan senyawa yang menyimpang kaidah oktet
Siswa mampu menjelaskan senyawa yang menyimpang kaidah oktet
Penyimpangan kaidah oktet
Objektif
3
8
Menjelaskan terjadinya ikatan logam dan contohnya
Siswa mampu menjelaskan terjadinya ikatan logam dan contohnya
Ikatan logam
Objektif
4
Kisi-kisi soal materi stoikiometri
No
Indikator
Tujuan
Materi Pokok
Jenis Soal
Jumlah
1
Menuliskan rumus kimia (rumus molekul dan rumus empiris)
Siswa mampu menuliskan rumus kimia (rumus molekul dan rumus empiris)
Rumus kimia
Objektif
4
2
Menuliskan nama senyawa baik anorganik maupun organik
Siswa mampu menuliskan nama senyawa baik anorganik maupun organik
Tata nama senyawa
Objektif
4
3
Menyetarakan reaksi
Siswa mampu menyetarakan reaksi
Persamaan reaksi
Objektif
2
4
Menjelaskan dan menerapkan hukum dasar kimia (Hukum Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan Tetap, Hukum Kelipatan perbandingan, Hukum Perbandingan Volume)
Siswa mampu menjelaskan dan menerapkan hukum dasar kimia (Hukum Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan Tetap, Hukum Kelipatan perbandingan, Hukum Perbandingan Volume)
Hukum dasar kimia
Objektif
2
5
Menentukan Ar, Mr, mol, massa, volume, kadar, perekasi pembatas, dan hidrat melalui perhitungan kimia
Siswa mampu menentukan Ar, Mr, mol, massa, volume, kadar, perekasi pembatas, dan hidrat melalui perhitungan kimia
Perhitungan kimia
Objektif
8
  1. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar nilai kognitif dan afektif, daftar kelompok, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
  1. LANGKAH PENELITIAN
  1. Tahapan Penelitian Siklus I
  1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, media kuis, lembar observasi keaktifan siswa yang kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Siklus I direncanakan menggunakan dua kali pertemuan. Masing- masing pertemuan menggunakan waktu dua jam pelajaran. Pada pertemuan pertama, kelas dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi soal latihan untuk diselesaikan bersama-sama setelah sebelumnya diberi sedikit penjelasan oleh guru mengenai materi Ikatan Kimia. Selanjutnya, guru memberikan kunci jawaban soal agar dapat dipelajari dan dipahami siswa di rumah untuk kemudian soal-soal akan disajikan dalam media kuis pada pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan kedua, guru masih membagi kelas dalam beberapa kelompok. Guru menyajikan media kuis untuk diselesaikan tiap kelompok dengan materi kuis bertipe sama dengan soal latihan pada pertemuan sebelumnya. Dari metode kuis ini, direncanakan ada peningkatan keaktivan dari para siswa. Keaktivan ini dapat dinilai dari aktivitas belajarnya (bertanya, menjawab, berdiskusi, dsb).
  1. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam dua kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan metode kuis. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran kimia kelas X-2. Materi yang akan diberikan adalah ikatan kimia.
Skenario pelaksanaan kegiatan adalah guru menyampaikan pengantar dan materi,kelas dibagi dalam lima kelompok, kemudian setiap kelompok mendiskusikan materi tentang ikatan kimia. Guru memberikan soal-soal kepada kelompok untuk didiskusikan. Kemudian, soal-soal ini akan diujikan pada kuis berkelompok pada pertemuan selanjutnya. Di sela-sela siswa mengerjakan soal berkelompok, guru menyampaikan konsep materi ikatan kimia. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal, guru menyampaikan jawaban. Kemudian siswa diharapkan dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Pada pertemuan kedua, guru menyajikan soal-soal melalui media kuis. Setiap kelompok bekerjasama menyelesaikan soal kuis yang diberikan.
Sebagai kegiatan penutup, guru mengevaluasi nilai individu maupun kelompok pada siklus I.
  1. Observasi
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
  1. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan seterusnya.
  1. Tahapan Penelitian Siklus II dn Siklus III
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I. Sedangkan kegiatan pada sikulus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaiakan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan siklus II dan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I
  1. ANALISA DATA
  1. Analisis Data Observasi Keaktifan Siswa
Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa yang berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Presentase diperoleh dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus, presentase diperoleh dari rata-rata presentase keaktifan siswa pada tiap pertemuan.Hasil data observasi ini dianalisis dengan pedoman criteria sebagai berikut.
  1. Tabel 1. Kriteria Keaktifan Siswa
Presentase
Kriteria
>75% – 100%
Sangat tinggi
>50% – 75%
Tinggi
>25% – 50%
Sedang
0% – 25%
Rendah
Cara menghitung presentase keaktifan siswa berdasarkan lembar observasi untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut:
Presentase = x 100%
  1. Analisis Angket Respon Siswa
Angket respon siswa terdiri atas 14 butir pertanyaan dengan rincian 12 butir pertanyaan positif dan dua butir pertanyaan negatif. Data hasil angket dibuat kualifikasi dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Respon Siswa
Presentase
Kriteria
75% – 100%
Sangat tinggi
50% – 74,99%
Tinggi
25% – 49,99 %
Sedang
0% – 24,99%
Rendah
Presentase = x 100%
  1. Analisis item tes
  1. validitas
Keterangan :
Xp = rerata skor kelompok yang menjawab benar pada butir soal tertentu
Xt = Rerata skor total dari semua kelompok
p = Proporsi kelompok yang menjawab benar
q = proporsi
Thitung> Ttabel = Valid
  1. tingkat kesukaran
Keterangan :
IK = tingkat kesukaran
B = jumlah jawaban benar
N = jumlah siswa
Jika, IK =
0 – 0,1 = sangat sukar
>0,1 – 0,3 = sukar
>0,3 – 0,7 = sedang
>0,7 – 0,9 = mudah
>0,9 = sangat mudah
  1. Daya pembeda
Keterangan :
BA = banyaknya jawaban benar dari kelompok atas
BB = banyaknya jawaban benar dari kelompok bawah
JA = banyaknya kelompok atas
JB = banyaknya kelompok bawah
Jika D =
0,0 – 0,20 = jelek
0,21 – 0,40 = cukup
0,41 – 0,70 = baik
0,71 – 1 = baik sekali
NEGATIF = sangat tidak baik
  1. Reliabilitas
Keterangan:
K = banyaknya butir soal
M = skor rata-rata
Vt = varians total
Reliabel ≥ 0,6

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
Suleiman, Amir H. 1981. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan. Jakarta : PT Gramedia
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara
Widodo, A. Tri dkk. 2007. Laporan Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah (PIPS). Semarang : Universitas Negeri Semarang

0 komentar: