MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN DAN BERBICARA SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII-A SMP SWASTA TEGAKAN DI TAHUN AKADEMIK 2012/2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENDENGARKAN DAN BERBICARA
SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN METODE
DEMONSTRASI DI KELAS
VII-A SMP SWASTA TEGAKAN DI
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BAB
I
Pendahuluan
Sebagai guru pelajaran bahasa Inggris, peneliti
menemukan masalah berupa kesulitan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa
Inggris baik dalam proses belajar mengajar apalagi di luar lingkungan kelas.
Setiap rangsangan yang diberikan guru berupa pertanyaan yang harus dijawab atau
penugasan untuk melakukan dialog tidak mendapatkan respon seperti yang
diharapkan.
Dari pengamatan peneliti, siswa sepertinya tidak punya
keberanian untuk mengungkapkan yang dipikirkannya dalam bahasa Inggris.
Sedangkan bila ada yang mencoba untuk berbicara dalam bahasa Inggris, mereka
mengalami kesulitan dalam mengungkapkannya dengan ungkapan yang dianggap benar.
Oleh karena itu mereka selalu ragu untuk berbicara dalam bahasa Inggris.
Bagi peneliti, masalah ini sangat penting dan
memerlukan penyelesaian yang tepat dan cepat karena terlihat dari keadaan ini
adalah tidak berjalannya kegiatan pembelajaran listening dan speaking di dalam
kelas. Apalagi bila mengingat bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris ditujukan
pada pengembangan kemampuan mendengarkan berkomunikasi dalam bahasa Inggris
melalui keterampilan membaca, mendengar, berbicara dan menulis secara seimbang.
Karena hal ini dibutuhkan dalam era globalisasi dan informasi abad 21 saat ini.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah di atas, diantaranya :
1. Rendahnya penguasaan siswa terhadap
cara mengungkapkan pikiran dalam bahasa Inggris.
2. Minimnya sarana dan kesempatan/waktu
bagi siswa untuk berbicara dalam bahas Inggris.
3. Langkanya model/contoh ungkapan
bahasa Inggris yang sangat mereka butuhkan untuk berkomunikasi dalam bahasa
Inggris.
4. Kurangnya minat siswa untuk berlatih
karena minimnya rangsangan atau tantangan yang mengharuskan mereka menggunakan
bahasa Inggris.
Faktor-faktor di atas sebenarnya telah disadari oleh guru sejak lama dan
berbagai usaha telah dilakukan untuk megatasinya. Misalnya dengan menerapkan
model "Communicative
Approach" yang dianggap
paling sesuai dalam pengajaran bahasa Inggris. Namun usaha tersebut masih belum
menunjukkan hasil yang diharapkan. Mungkin bukan metodenya yang dianggap lemah,
melainkan penerapannya yang harus lebih kreatif. Apalagi metode ini sangat
fleksibel dalam penentuan target pembelajaran dan sumber ajar.
Di SMP Swasta Meranti, banyak siswa khususnya kelas
VII-A yang merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris
khususnya pada aspek listening
dan speaking. Sebagai contoh, pada waktu
diberi tugas mendengar dan mengikuti conversation yang sudah ditentukan tema
atau judulnya, serta teks percakapannya, kebanyakan
siswa tidak segera melaksanakan, bahkan malah ditinggal ngobrol dengan teman di
dekatnya. Nampak tidak serius dan malas mengerjakannya.
Ada kemungkinan kesulitan itu dikarenakan bahwa selama ini, kebanyakan
siswa menganggap mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai momok atau mata
pelajaran yang sulit dan tidak menarik. Karena sulit dan tidak menarik, siswa
cenderung tidak suka, malas dan ingin menghindarinya. Akibatnya, siswa malas
mengikuti pelajaran itu atau kurang serius dan malas mengerjakan tugas yang
dibebankan oleh gurunya. Kamus, sebagai sarana pendukung yang penting dalam
belajar bahasa asing, juga jarang yang memilikinya. Ada yang memiliki, tapi
malas membawanya karena berat. Itu semua terjadi karena kurangnya motivasi dan
kurang minatnya terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris. Ada siswa yang sudah
mulai listening
dan speaking, kemudian macet di tengah
jalan, hal ini dikarenakan kesulitan memunculkan ide, padahal tema atau judul
sudah ditentukan. Akibatnya tugas conversation banyak yang tidak dikumpulkan. Bahkan sudah dibuat Pekerjaan Rumah, masih banyak yang tidak mengumpulkan. Sampai suatu saat, peneliti
pernah memaksa, bahwa semua siswa harus mengumpulkan tugas conversation. Apa yang
terjadi? Semua siswa benar-benar mengumpulkan tugas itu. Tapi setelah
diperiksa, ternyata banyak pekerjaan siswa yang sama persis. Itu berarti banyak
siswa yang tidak mengerjakan, melainkan hanya menyontek pekerjaan temannya.
Sepertinya, masalah yang dihadapi kebanyakan siswa kelas VII SMP Swasta
Meranti pada pembelajaran aspek listening and speaking ini cukup kompleks. Mulai dari kurangnya minat, kurangnya sarana,
kurangnya motivasi sehingga kurang serius dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa
Inggris sehingga berdampak pada lemahnya penguasaan kosa kata dan tata bahasa
yang sangat diperlukan dalam pembelajaran aspek listening
and speaking ini.
Benar-benar memprihatinkan. Terlebih lagi, Bahasa Inggris termasuk mata
pelajaran Ujian Nasional. Kalau tidak ada hal yang
dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris, entah itu
metode, strategi, ataupun approach, nampaknya
mereka akan semakin jauh atau benci dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Yang
pada gilirannya akan menurunkan kompetensi dan prestasi Bahasa Inggris mereka.
Seperti itulah gambaran betapa beratnya tugas guru Bahasa Inggris menghadapi
tantangan Ujian Nasional dan siswa yang seperti itu
kondisinya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, peneliti mencoba
menggunakan metode demonstrasi untuk mengatasi sebagian dari permasalahan-permasalahan itu. Peneliti
mencoba metode ini karena peneliti pernah mengikuti Diklat Guru Bahasa Inggris
yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera
Utara yang bekerjasama dengan Neuroscience Super Learning Sumatera Utara, yang di dalamnya ada materi metode demonstrasi ini. Berdasarkan pemahaman peneliti, dari materi metode demonstrasi yang disampaikan oleh instruktur, beliau mengatakan bahwa metode ini dapat memunculkan ide, dapat
mengembangkan ide dan menarik.
Dengan digunakannya metode ini diharapkan para siswa menjadi lebih
tertarik untuk mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris. Kalau siswa sudah
merasa tertarik, guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Yang akibatnya diharapkan siswa tidak lagi merasa kesulitan dalam mengikuti
pelajaran Bahasa Inggris khususnya pada kompetensi atau aspek listening dan speaking ini.
Rumusan
Masalah
Dari penjelasan tentang latar belakang masalah di atas, diketahui bahwa
ruang lingkup penelitian ini meliputi kajian pembelajaran, khususnya pada
implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran Bahasa
Inggris pada aspek listening
and speaking. Selanjutnya dalam penelitian
ini dibahas tata cara
penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada aspek listening
and speaking.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
- Apakah implementasi metode demonstrasi dapat menarik minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris dalam pembelajaran aspek listening and speaking?
- Apakah implementasi metode demonstrasi dalam pelajaran bahasa Inggris, dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi listening and speaking siswa?
- Bagaimana respon siswa terhadap implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya aspek listening and speaking?
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
alasan-alasan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai
berikut:
- Jika siswa belajar bahasa inggris dengan metode demonstrasi, maka kemampuan listening siswa akan meningkat.
- Jika siswa belajar bahasa inggris dengan metode demonstrasi, maka kemampuan speaking siswa akan meningkat.
Tujuan Penelitian
Implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran bahasa inggris ini dilakukan dengan tujuan
untuk :
- Meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris.
- Meningkatkan kompetensi dan prestasi listening dan speaking siswa.
- Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran bahasa inggris.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini adalah :
- Bagi Siswa :
a.
Dapat
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris.
b.
Dapat
memunculkan atau menumbuhkan daya kreatifitas siswa.
c.
Dapat
meningkatkan kompetensi dan prestasi listening
dan speaking siswa.
- Bagi Guru :
a.
Dapat
meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru dalam pembelajaran
b.
Dapat memacu
kreatifitas dan daya inovatif guru dalam merancang program pembelajaran (RPP).
c.
Memperoleh
pengalaman yang sangat berarti.
- Bagi Sekolah :
a.
Dapat
digunakan sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran.
b.
Dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
c.
Dapat
meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan
kinerja guru.
Defenisi Operasional
Untuk memperjelas
permasalahan yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan definisi operasinal
sebagai berikut:
1.
Peningkatan
adalah suatu usaha untuk menjadikan lebih baik atau lebih bermutu, lebih
berdaya guna dan berhasil guna.
2.
Kemampuan Menurut Mohammda Zain dalam
Milman Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan,
kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
3.
Listening
adalah
usaha memperoleh suatu pengertian terhadap suatu berita atau suatu pesan dengan
mempergunakan indera pendengar.
4.
Speaking
adalah Penyampain
informasi yang di lakukan secara lisan,melalui ucapan kata-kata atau kalimat.
5.
Metode Demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang
dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata
atau tiruannya (Syaiful, 2008:210).
BAB
II
Kajian
Pustaka
1.
Kemampuan Mendengarkan Dan Berbicara Siswa Dalam
Belajar Bahasa Inggris
a.
Kemampuan Listening Siswa Dalam Belajar
Bahasa Inggris
Keterampilan mendengar bahasa
Inggris biasanya berkembang bersamaan dengan keterampilan berbicara. Misalnya,
dalam kelas percakapan bahasa Inggris, mau tak mau kita harus mengasah
keterampilan mendengar bahasa Inggris supaya kita dapat melakukan percakapan
dengan orang lain.
Lalu, bagaimana cara belajar
mendengar bahasa Inggris yang baik dan benar? Tentunya keterampilan mendengar
ini agak sulit untuk dipelajari secara terpisah, namun tetap dapat dilatih.
Misalnya, dengan menonton film bahasa Inggris dan juga dengan mendengar lagu
atau siaran radio bahasa Inggris. Jika kita melakukan ini secara rutin, maka keterampilan
mendengar bahasa Inggris pun akan semakin terasah dan meningkat.
b.
Kemampuan Speaking Siswa Dalam Belajar
Bahasa Inggris
Berbicara
merupakan sebuah bentuk penyampaian informasi dengan menggunakan kata-kata atau
kalimat. Dengan kata lain, berbicara berarti menggunakan bahasa untuk
bermacam-macam tergantung dari para penuturnya. Keterampilan berbicara adalah
kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang
atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.
Harmer (1983) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami
antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk
tingkah laku sosial. Lebih jauh lagi Harmer (1983) menyatakan bahwa
keterampilan berbicara adalah
kemampuan
menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat
untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang
berbeda.
Keterampilan
berbicara merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan berkaitan dengan
berbagai keterampilan mikro (Brown, 2001) seperti (1) menghasilkan
ujaran-ujaran bahasa yang bervariasi, (2) menghasilkan fonem-fonem dan
varian-varian alophon lisan yang berbeda dalam bahasa Inggris, (3) menghasilkan
pola-pola tekanan, kata-kata yang mendapat dan tidak mendapat tekanan, struktur
ritmis dan intonasi, (4) menghasilkan bentuk-bentuk kata dan frasa yang
diperpendek, (5) menggunakan sejumlah kata yang tepat untuk mencapai
tujuan-tujuan pragmatis, (6) menghasilkan pemberbicaraan yang fasih dalam
berbagai kecepatan yang berbeda, (7) mengamati bahasa lisan yang dihasilkan dan
menggunakan berbagai strategi yang bervariasi, yang meliputi pemberhentian
sementara, pengoreksian sendiri, pengulangan, untuk kejelasan pesan, (8)
menggunakan kelas kata (kata benda, kata kerja, dll.) sistem (tenses,
agreement dan plural), pengurutan kata, pola-pola, aturan-aturan dan
bentuk ellipsis, (9) menghasilkan pemberbicaraan yang menggunakan elemen-elemen
alami dalam frasa, stop, nafas dan kalimat yang tepat, (10) mengekspresikan
makna tertentu dalam bentuk-bentuk gramatika yang berbeda, (11) menggunakan bentuk-bentuk
kohesif dalam diskursus lisan, (12) menyelesaikan fungsi-fungsi komunikasi
dengan tepat menurut situasi, partisipan dan tujuan, (13) menggunakan register,
implikatur, aturan-aturan pragmatik dan fitur-fitur sosiolinguistik yang tepat
dalam komunikasi langsung, (14) menunjukkan hubungan antara kejadian dan
mengomunikasikan hubungan- hubungan antara ide utama, ide pendukung, informasi
lama, informasi baru, generalisasi dan contoh, (15) menggunakan bahasa wajah,
kinetik, bahasa tubuh dan bahasa-bahasa nonverbal yang lainnya bersamaan dengan
bahasa verbal untuk menyampaikan makna, dan (16) mengembangkan dan menggunakan
berbagai strategi berbicara, seperti memberi tekanan pada kata kunci,
parafrase, menyediakan konteks untuk menginterpretasikan makna-makna kata,
meminta pertolongan dan secara tepat menilai seberapa baik interlokutor
memahami apa yang dikatakan.
Richard
(1986: 21-28) membagi fungsi berbicara menjadi tiga, antara lain : (1)
berbicara sebagai interaksi (talk as interaction), (2) berbicara sebagai
transaksi (talk as transaction), dan (3) berbicara sebagai penampilan (talk
as performance).
Fungsi
berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan yang biasa
dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus utamanya adalah kepada si
penutur dan bagaimana mereka menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa
tuturannya bisa formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan dalam kegiatan
berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain: (1) membuka dan menutup
percakapan, (2) memilih topik, (3) membuat percakapan-percakapan kecil/ringan,
(4) bergurau, (5) menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi, (6) dilakukan
secara bergantian, (7) adanya interupsi/menyela percakapan, (8) vbreaksi
terhadap satu sama lain, dan (9) menggunakan gaya berbicara yang sesuai.
Dalam
pembelajaran bahasa, menurut Bygate (1995:5-6) ada dua cara mendasar yang kerap
kita lakukan yang dapat dikategorikan sebagai skill (keterampilan)
yaitu:
a. Motor-perceptive skill yang mencakup mengartikan,
menghasilkan, dan mengucapkan bunyi dan struktur bahasa secara benar.
b. Interaction skill yang
mencakup membuat keputusan tentang sebuah komunikasi misalnya ingin
mengungkapkan apa, bagaimana mengatakannya, mengembangkannya sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh orang lain.
Belajar
bahasa Inggris berarti memiliki kemampuan untuk memproduksi ujaran grammatikal
dari sebuah bahasa dan tahu bagaimana menggunakannya dengan benar untuk dapat
berkomunikasi secara efektif. (Harmer, 1983:13). Dalam mempelajari bahasa di
kelas, siswa lebih cenderung memberi perhatian untuk menjadi lebih teliti (accuracy)
akan tetapi pada dasarnya mereka juga harus berlatih untuk menggunakan bahasa
secara fasih (fluency).
Ada
beberapa alasan tentang dilakukannya latihan berbicara selama pelajaran
berlangsung di kelas antara lain (Baker dan Westrup, 2003:5) antara lain:
(1) Kegiatan berbicara
akan menguatkan pemerolehan kosakata baru, tata bahasa, dan bahasa secara
fungsional.
(2) Memberikan
kesempatan siswa untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya.
(3) Memberikan
kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk mencoba bahasa yang telah mereka
ketahui dalam situasi dan topik yang berbeda.
(4) Memberikan
kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk mencoba bahasa yang telah mereka
ketahui dalam situasi dan topik yang berbeda.
Dengan
demikian, untuk memudahkan guru dalam merancang program pengajaran yang baik
demi mencapai tujuan komunikasi, maka guru diharuskan mengetahui fungsi bahasa
yang akan dipakai siswa untuk berinteraksi dalam sebuah komunikasi.
2.
Metode
demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan
urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan” (Muhibbin Syah, 2000:22).
Sementara
menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa “metode demonstrasi
adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara
kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.
Menurut
Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan
bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun
hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik
berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang
terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
diharapkan.
a. Tujuan metode demonstrasi
Tujuan pengajaran menggunakan metode
demonstrasi
adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi
ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam
pengajarn kelas.
b. Manfaat psikologis dari metode
demonstrasi adalah :
- Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
- Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
- Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
c. Kelebihan dan
kekurangan metode demonstrasi
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi
adalah sebagai berikut :
1)Kelebihan metode demonstrasi
- Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya.
- Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
- Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.
- Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya.
- Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banysk
- Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
2)Kekurangan metode demonstrasi
- Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol.
- Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.
- Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik.
- Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas.
- Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.
- Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.
- Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran.
Dengan
metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih
berkesan secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan
selama pelajaran berlangsung.
Metode
demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
hal-hal yang berhubungan dengan proes mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu,
proses bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau menggunakannya,
komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara engan cara
lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
3.
Penelitian
yg relevan
Penelitian PUJI WIYANTI (2007), dengan hasil pengamatan selama penelitian, menunjukkan bahwa siswa nampak
antusias begitu metode demonstrasi diperkenalkan hingga diterapkan untuk menulis description. Waktu mengerjakan tugaspun, yang mula-mula dilakukan
dalam kelompok, semua kelompok mengumpulkan tugas. Dan pada waktu ulangan
individu, semua siswa dapat menyelesaikan tugas pada waktunya. Dan hasilnya, 92
% siswa dari 36 siswa, berarti ada 33 orang siswa dapat mencapai nilai KKM.
Sedangkan hasil pretes, siswa yang dapat
mencapai KKM ada 29 siswa atau 81%.Ada kenaikan sebesar 13%.
4.
Kerangka
Berpikir
Kondisi
Awal
|
|
Guru
belum menggunakan metode Demonstrasi
|
Kemampuan
listening dan Speaking masih rendah
|
Tindakan
(Action)
|
Guru
menggunakan Metode Demonstrasi
|
SIKLUS
I
|
SIKLUS
II
|
Terjadinya
peningkatan Kemampuan listening dan speaking
|
Kondisi
Akhir
|
5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam proposal
penelitian ini adalah :
1.
Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran bahasa inggris lebih sesuai
dengan karakteristik dan
perkembangan kognitif siswa kelas VII-A SMP Swasta Meranti sehingga
diharapkan dapat meningkatkan Kemampuan
listening dan speaking siswa.
2.
Peningkatan
keaktifan siswa dalam penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran bahasa inggris diharapkan
dapat berdampak positif terhadap proses pembelajaran sehingga dapat memicu
peningkatan belajar siswa kelas VII-A SMP Swasta Meranti.
BAB III
Metode Penelitian
1.
Setting
Penelitian
a. Tempat Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis mengambil lokasi di kelas VII-A SMP Swasta Meranti.
Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bahwa peneliti bekerja
pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu
yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
b. Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan
penulis menentukan menggunakan
waktu penelitian selama 3 bulan dari
4 September 2012 sampai dengan 23 November 2012.
2.
Subjek penelitian
Subjek pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa kelas VII-A SMP Swasta Meranti Tahun Pelajaran 2012/2013. Umur anak-anak kelas VII rata-rata 13
tahun, dimana karakteristik anak usia 13 tahun masih senang bermain, bekerja
dengan berkelompok serta melakukan kegiatan yang berbau tantangan. Hal ini
merupakan modal yang cukup baik untuk melaksanakan pembelajaran yang bermutu,
karena siswa-siswa di SMP tempat penulis melakukan penelitian tergolong penurut
dan mudah untuk diarahkan.
3.
Teknik
dan alat pengumpulan data
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP
Swasta Meranti dan teman sejawat.
b. Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif
yang terdiri atas:
1). Proses belajar
mengajar
2). Data hasil belajar / tes
formatif
3). Data keterkaitan
antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan
c. Teknik Pengumpulan dan
Analisis Data
1). Data proses belajar
mengajar diambil saat pelaksanaan perbaikan tindakan kelas dengan menggunakan
lembar observasi.
2). Data hasil belajar diambil
dengan mengadakan tes formatif.
3). Data tentang
keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan diambil dari RPP dan lembar
observasi.
4). Dari hasil pengambilan
data baik data proses belajar mengajar, tes formatif dan data keterkaitan
kemudian dianalisis untuk mencari alternatif pemecahan pada perbaikan
pembelajaran berikutnya.
4.
Analisis
Data
Data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan beberapa tekhnik untuk memperoleh
mutu yang memuaskan, analisis data yang dilaksanakan diantaranya :
a. Analisis motivasi siswa
b.
Analisis biodata dan latarbelakang siswa
c. Analisis
kemampuan siswa
d. Analisis
guru mengajar oleh teman sejawat
5.
Indikator
Penelitian
Penelitian difokuskan pada hal berikut ini :
a.
Meningkatkan kemampuan listening and speaking siswa dalam mata Pelajaran bahasa
inggris sehingga mampu memperoleh nilai maksimal dengan rata-rata minimal 7,00
b.
Memotivasi siswa agar memiliki kemauan belajar dengan mencapai angka keaktifan
minimal 75% siswa termotivasi.
6.
Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal
ini antara lain :
a.
Perencanaan
1)
Membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada
tiap pertemuan,
2)
Menyiapkan alat bantu pengajaran yang diperlukan,
3)
Membuat lembar observasi untuk mengemati kondisi pembelajaran ketika
pelaksanaan tindakan sedang berlangsung,
4)
Membuat soal tes untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
sederhana,
5)
Mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dengan teman sejawat.
b. Tindakan Kegiatan,
mencakup
1)
Siklus I, meliputi : Kegiatan
awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir.
2)
Siklus II ( sama dengan I )
3)
Siklus III ( sama dengan I dan II )
c. Refleksi,
hasil yang dicapai pada tahap
observasi dan evaluasi, selanjutnya dikumpulkan dan dianalisis. Refleksi yang
dimaksudkan adalah mengoreksi atau mengkaji ulang hal-hal yang sudah dicapai
dan yang belum dicapai, apa kendalanya dan bagaimana cara mengatasinya serta
apa yang perlu dilaksanakan pada siklus berikutnya sesuai dengan yang
diharapkan.
7.
Jadwal
Penelitian
No
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Pelaksana
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
4-9
September 2012
11
September 2012
20
- 22 September 2012
23
Sep. – 25 Sept. 2012
26
September 2012
27
Sep.-11 Okt. 2012
27
September 2012
29
September 2012
30 September 2012
2 Oktober 2012
4 Oktober 2012
6 Oktober 2012
9 Oktober 2012
11 Oktober 2012
12
– 31 Oktober 2012
Minggu
ke 1,2 Nov
Minggu
ke 3 Nov. 06
|
Identifikasi masalah
Mengajukan Izin ke Kepala Sekolah
Pembuatan Proposal Penelitian
Pembuatan RPP, LKS, Instrumen Observasi, penggandaan
perangkat pembelajaran dan lain- lainnya
Pertemuan Tim Kolaboratif untuk membahas pelaksanaan
tindakan Siklus I.
Pelaksanaan Tindakan:
Siklus I :
- Pertemuan I
- Pertemuan II
Rencana Tindakan Siklus II
Siklus II :
- Pertemuan III
- Pertemuan IV
Rencana Tindakan Siklus III
Siklus III :
- Pertemuan V
- Pertemuan VI
Penulisan Laporan PTK
Persiapan Seminar
Seminar hasil PTK
|
Peneliti
Peneliti dan KS
Peneliti
Peneliti
Tim Peneliti
Tim Peneliti
Tim Peneliti
Tim Peneliti
Tim Peneliti
Tim Peneliti
Tim Peneliti
Tim Peneliti
Tim Peneliti
Peneliti
Peneliti
Peneliti
|
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembehasan
1.
Pelaksanaan
Siklus Penelitian
a. Perencanaan
proses pembelajaran direncanakan
dilaksanakan dalam 6 kali
pertemuan seperti dalam jadwal kegiatan penelitian berikut :
No
|
Tanggal
|
Juml jam
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Keterangan
|
1
|
27
September 2012
|
2
|
Pengisian agket dan pretes
|
Klasikal
|
2
|
29
September 2012
|
2
|
Pengenalan metode demonstrasi dan penerapannya dalam
meningkatkan kemampuan listening and speaking. Ada PR
|
Klasikal
|
3
|
2 October 2012
|
2
|
Melakukan
Conversation.
|
Klasikal
|
4
|
4 October 2012
|
2
|
Pembentukan kelompok untuk
mengerjakan latihan soal yang mendukung kemampuan listening and
speaking.
|
Tugas kelompok
|
5
|
9 October 2012
|
2
|
Ulangan Harian conversation dengan metode demonstrasi
|
Ulangan
Individu
|
6
|
11 October 2012
|
2
|
Refleksi dengan siswa
|
Klasikal
|
Semua kegiatan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut di atas.
b.
Pelaksanaan
Proses pembelajaran dilakukan seperti biasanya. Diawali dengan pemberian
motivasi, apersepsi dan penyampaian tujuan belajar hari itu. Kemudian sebelum
tindakan dilaksanakan, kepada siswa dibagikan angket yang harus diisi dengan
jujur. Agar supaya benar-benar jujur, identitas siswa tidak perlu dicantumkan.
Dengan asumsi, kalau nama siswa dicantumkan, siswa akan kurang leluasa dalam
mengisi angket, karena takut akan mempengaruhi nilai Bahasa Inggris mereka.
Sedang kalau tanpa nama, siswa akan lebih leluasa dalam mengisi angket sesuai
dengan kenyataan. Setelah pengisian angket selesai, lalu dikumpulkan. Ketika
menyerahkan angket, kebanyakan siswa memilih diletakkan di bawah, supaya tidak
kelihatan. Hasil angket dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
HASIL ANGKET SEBELUM TINDAKAN
Isilah tabel ini dengan memberi tanda silang (X)
sesuai dengan pendapatmu. Isian ini tidak ada sangkut pautnya dengan nilai
Bahasa Inggris kalian. Mohon diisi dengan jujur !
SS =
Sangat Setuju
S =
Setuju
TS =
Tidak Setuju
STS =
Sangat Tidak Setuju
No
|
Apa pendapat kalian
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1
|
Bahasa
Inggris adalah mata pelajaran yang mudah
|
1
|
9
|
21
|
5
|
2
|
Bahasa
Inggris adalah mata pelajaran yang menarik
|
6
|
13
|
15
|
2
|
3
|
Saya
malu kalau nilai Bahasa Inggris saya jelek.
|
16
|
15
|
2
|
3
|
4
|
Saya
senang kalau diberi Pekerjaan Rumah Bahasa Inggris
|
2
|
18
|
13
|
3
|
5
|
Kalau
ada Pekerjaan Rumah Bahasa Inggris saya selalu mengerjakan
|
3
|
16
|
17
|
0
|
6
|
Saya
akan bertanya kepada teman kalau menemui kesulitan dalam Bahasa Inggris
|
12
|
17
|
5
|
2
|
7
|
Saya
bangga kalau ada teman bertanya tentang Bahasa Inggris Kepada saya
|
6
|
10
|
17
|
3
|
8
|
Saya
mencoba belajar Bahasa Inggris di rumah
|
6
|
23
|
4
|
3
|
9
|
Saya
senang dengan cara mengajar guru Bahasa Inggris saya
|
3
|
19
|
12
|
2
|
10
|
Saya
setuju kalau jam pelajaran Bahasa Inggris ditambah / ada les Bahasa Inggris
di sekolah
|
7
|
8
|
15
|
6
|
|
Jumlah Isian = 36 siswa x
10 isian =
360
|
62
|
148
|
121
|
29
|
Hasil
angket sebelum tindakan dilaksanakan :
dari 36 siswa, ada 3 siswa yang sangat berminat terhadap mata
pelajaran Bahasa Inggris dengan skor 33, 34 dan 35. Yang berminat ada 20
siswa, dengan skor mulai dari 25 sampai dengan 32. Yang kurang berminat
ada 12 siswa dengan skor 21, 22, dan 23. Dan yang tidak berminat ada 1 siswa dengan skor 16.
Setelah diberi motivasi,
apersepsi dan disampaikan tujuan pelajaran hari itu, kemudian diperkenalkan
metode demonstrasi. Di sini dijelaskan tentang apa itu metode demonstrasi, kegunaannya, aturan-aturannya serta cara pembuatannya. Semua siswa
nampak tertarik dan memperhatikan ketika metode baru ini diperkenalkan. Mungkin
karena sebelumnya belum pernah diperkenalkan suatu metode, atau karena ada
kolaborator Lalu diikuti dengan
implementasi metode tersebut dalam mempelajari conversation
yang
langsung dipraktikkan dalam bentuk listening dan speaking.
2.
Pembahasan
Hasil Penelitian
Dalam rangka
meningkatkan hasil belajar harus melalui peningkatan proses pembelajaran.
Peningkatan proses pembelajaran dilakukan melalui tindakan kelas dan saat ini
lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto, 2006).
Setiap guru tidak pernah lepas dari
permasalahan pembelajaran di kelasnya. Untuk mengatasinya diperlukan ide-ide
untuk mengatasinya. Namun dalam menentukan suatu strategi pembelajaran guru
perlu ingat pendapat yang mengatakan bahwa, seseorang mampu mengingat 90% dari
apa yang ia lakukan (De Porter Bobbi, 2006). Jadi dalam menyusun strategi
pembelajaran guru harus berfikir apakah yang harus siswa lakukan agar mereka
dapat menguasai kompetensi dasar yang dikehendaki.
Dalam penelitian ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan siswa
dan bagaimana pengaruh kegiatan tersebut terhadap peningkatan proses
pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat diikuti
pembahasan berikut ini.
Penelitian ini berangkat dari
permasalahan di kelas VII-A SMP Swasta Meranti, yaitu siswa tidak bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris dan berakibat pada kemampuan
listening and speaking siswa. Kondisi awal hasil belajar yang dicapai hanya 50%
siswa yang tuntas mencapai nilai 60 - >60 dengan rerata 57,8. Setelah
dilakukan tindakan oleh guru yang dilakukan oleh siswa berupa belajar klasikal
dan metode demonstrasi yang dilakukan melalui tiga siklus dan hasil pengamatan
menunjukkan peningkatan dari siklus ke siklus yang dapat ditunjukkan oleh
gambar berikut ini:
Gambar Peningkatan Pembelajaran klasikal Siklus I, II,
dan III
Gambar
di atas menunjukkan data hasil pengamatan pembelajaran klasikal dari siklus
I mencapai 54,22%, siklus II mencapai
66,15%, dan siklus III mencapai 84,61%. Peningkatan tersebut menunjukkan
peningkatan semangat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa inggris.
Untuk mengetahui gambaran peningkatan proses pembelajaran melalui metode
demonstrasi dapat dilihat gambar grafik berikut ini:
Gambar Peningkatan Pembelajaran metode demonstrasi Siklus
I, II, dan Siklus III
Gambar di atas menunjukkan data hasil pengamatan
pembelajaran metode demonstrasi dari siklus I
mencapai 91,66%, siklus II mencapai 92,85%, dan siklus III mencapai
97,91%. Peningkatan tersebut menunjukkan peningkatan semangat belajar siswa
dalam mengikuti pembelajaran bahasa inggris. Dari dua gambar tersebut
membuktikan bahwa belajar dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan proses
pembelajaran dan meningkatkan semangat belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran bahasa inggris. Maka dari rumusan masalah pertama yang diajukan yaitu: Bagaimana pembelajaran metode
demonstrasi dapat mendorong siswa untuk belajar bahasa inggris lebih
bersemangat ? dapat terjawab dengan data di atas. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat mendorong siswa untuk
belajar bahasa inggris lebih bersemangat.
BAB V: Kesimpulan dan Saran
- Kesimpulan
Hasil analisis data dan pembahasan dapat menunjukkan
beberapa kemajuan yang dicapai selama pembelajaran melalui metode demonstrasi.
Maka hasil penelitian tindakan kelas ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pembelajaran metode demonstrasi dapat
mendorong siswa untuk belajar bahasa inggris lebih bersemangat, meningkatkan
kemampuan listening dan speaking, dan hasil belajar.
b.
Beberapa temuan lain yang diperoleh adalah munculnya kreatifitas siswa dalam
membuat soal dan jawabannya, banyaknya pertanyaan yang diajukan siswa, adanya
tanggung jawab menyelesaikan tugas, hilangnya keluhan bosan, bahkan siswa lebih
senang menyelesaikan tugas daripada beristirahat.
Hasil
penelitian tindakan kelas ini hanya berlaku pada kelas VII SMP Swasta Meranti
tentang peningkatan kemampuan listening dan speaking dalam pembelajaran bahasa
inggris.
- Saran
Berdasarkan
beberapa kemajuan yang dicapai dan hasil simpulan penelitian ini, maka perlu
disampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil penelitian
tindakan kelas yang menerapkan
pembelajaran Metode demonstrasi. Beberapa sara yang perlu disampaikan adalah:
1.
Bagi
teman-teman guru, untuk mengatasi permasalahan pembelajaran bahasa inggris yang
cenderung tidak disukai oleh siswa , maka sebagai alternatif penyelesaiannya
adalah menerapkan metode demonstrasi.
2. Juga untuk teman-teman guru, untuk menerapkan
metode demonstrasi seperti pada penelitian ini diperlukan persiapan yang
matang, terutama pada saat penilaian kelompok penjawab diperlukan bantuan dari
siswa yang pandai untuk membantu guru mengerjakan soal-soal yang dibuat oleh
temannya.
3. Bagi peneliti
yang ingin melakukan penelitian lanjutan sesuai dengan penelitian ini juga
disarankan agar membuat persiapan yang lebih sempurna terutama dalam
mempersiapkan instrumen pengamatan beserta rubrik-rubrik yang jelas pada saat
kegiatan kuis. Juga disarankan agar tim pengamat minimal dua orang, karena
menurut pengalaman peneliti tim pengamat sangat sibuk dalam menilai soal dan
jawaban yang dibuat siswa pada saat kegiatan latihan.
Komentar