Breaking News
Loading...
Jumat, 07 Desember 2012

Info Post

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Manajemen Supervisi Kepala Sekolah  Dalam Rangka Pemberdayaan Pegawai  pada Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara”.
Salawat dan salam kepada Nabi yang mulia Rasulullah SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para penerus perjuangannya hingga hari kiamat kelak. Mudah- mudahan kita mendapatkan safa`at beliau dari kita hidup di dunia ini hingga akhirat kelak. Amin ya Rabbal Alamin.
Melihat pentingnya pemahaman tentang pelaksanaan manajemen supervisi kepala sekolah, maka itulah saya memilih judul ini sebagai tugas proposal penelitian ini agar mudah kiranya nanti untuk mengimplementasikan ilmu tersebut.
Terima Kasih Banyak atas bantuan moril dari bapak R. Sembiring, selaku kepala sekolah Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dan para staf pengajar yang berada di Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara yang tak dapt saya paparkan satu persatu diproposal penelitian saya ini.
Sebagai manusia, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini belum sempurna sebagaimana idealnya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca yang diharapkan mampu membuat proposal penelitian ini lebih baik dan sempurna. Akhir kata, penulis menyampaikan semoga laporan proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita umumnya dan bagi penulis khususnya.
Amin.

Medan,      Juni 2011
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan Indonesia boleh dibilang selamanya tidak memberikan nilai apalus dan kegembiraan masyarakat di bangsa yang besar ini, kalaupun ada itu hanya musiman misalnya; lomba atau olympiade dan beberapa iven lainnya. Yang mana selama ini yang menjadi penyebab terhadap rendahnya mutu pendidikan di negeri secara nacional seringkali sangat bersifat secara material atau secara nyata seperti; kurangnya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, bangunan yang kurang memadai, perpustakaan yang kurang ketersediaan, laboratorium sebagai gudang ilmu nyata yang kurang, sistem pengajaran sebagai upaya nyata yang kurang, tenaga edukasi sebagai pelaku, anggaran pendidikan sebagai operasional pendidikan yang kurang. Sehingga khalayak banyak menyatakan bahwa penyebab utama rendahnya mutu pendidikan yang terlihat dari perolehan dalam UN secara rata-rata minim setiap tahunnya bahkan menurun secara grafik.
Sadar atau tidak, bahwa pemberdayaan dan pengelolaan SDM dalam sebuah institusi tertentu yang tidak dikelolah secara optimal dan benar hingga berdampak pada daya saing sumber daya manusia yang terutama pada tingkatan pendidikan yakni tenaga edukasi yang profesional. Pemberdayaan sumber daya manusia perlu dilakukan dalam manajemen supervisi kepala sekolah yang secara baik yang merupakan satu faktor utama yang bmenentukan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan di negeri ini. Memberikan perhatian yang besar pada kualitas sumber daya manusia pendidikan berarti meletakan suatu tanggung jawab di atas pundak pesonil sekolah dalam hal ini seorang kepala sekolah sebagai bagian yang perlu diberikan beban dalam meletakan kemampuan profesionalnya. Mengingat peran kepala sekolah yang sangat strategis sebagai tenaga bantú pendidik, manajer sekolah, administrator dan supervisi pada satuan yang dipimpinnya. Salah satu fungsi seorang manajer yang blangsung berkaitan dengan usaha peningkatan mutupendidikan sekolah yaitu mengoptimalkan perannya sebagai seorang supervisor yang efektif.
Kurangnya manajemen supervisi pendidikan lebih banyak disebabkan kurangnya keinginan dan motivasi, serta mengabaikan dan bisa dipastikan kualitas pendidikan dalam suatu pendidikan itu akan menurun bahkan jalan ditempat. Bagaimana seorang guru memerlukan layanan profesional untuk meningkatkan profesinya, upaya tersebut seorang guru sebagai tenaga pengajar dikelas membutuhkan layanan supervisi yang paling efektif yakni pelayanan supervisi yang dilakukan oleh seorang manajer sekolah yakni kepala sekolah. Hal ini dibutuhkan kesiapan seorang kepala sekolah secara mutu dan kualitas, yang mana terpatri dalaqm kepemikikan pengetahuan dan pengalaman memfasilitasi supervisi atau pendidikan yang dialaminya. Sehingga dibutuhkan kesadaran dan tanggungjawab yang tinggi bagi para sekolah sebagai pelaksana pengambil kebijakan tertinggi untuk memotivasi diri agar lebih menjiwai pekerjaannya dan menyadari betapa pentingnya peran kepemimpinannya diwujudkan guna memfasilitasi hubungan kerjasama yang manusiawi dan bijaksana.
Hal demikian akan membawa paradigma guru-guru pada keadaan dan kondisi seorang guru akan bertanya, berdiskusi, dan berkomunikasikan tentang berbagai permasalahannya. Serta juga memberikan masukan dan saran-saran yang bersifat membangun dan fositif didalam pengembangan sekolah yang dilakoninya. Pelaksanaan manajemen supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan sekolah sehingga tercapai kegiatan belajar mengajar yang sebaik-baiknya. Hal yang menarik dalam pembahasan materi ini adalah sikap seorang kepala sekolah yang meragukan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen supervisinya sehingga banyak di antara mereka menyibukkan diri dan tersita waktunya untuk mengurusi administrasi kantor saja.
Atas beberapa latar belakang dan pandangan tersebut di atas, sehingga saya tertarik untuk meneliti dan menarik untuk dikaji secara ilmiah mengenai “Pelaksanaan Manajemen Supervisi Kepala Sekolah Dalam Rangka Pemberdayaan Pegawai pada Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara”.
B.       IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: Bagaimana pengawasan manajemen supervisi dalam rangka pemberdayaan pegawai pada Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?, Bagaimana bimbingan dan pengarahan di dalam manajemen supervisi dalam rangka pemberdayaan pegawai pada Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?, Bagaimana pengembangan profesi manajemen supervisi dalam rangka pemberdayaan pegawai pada Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?.
C.    PEMBATASAN MASALAH
Mengingat banyaknya fungsi dari sebuah manajemen, sehingga begitu luas dan kompleksitasnya cakupan pembahasannya, maka perlu diadakan pembatasan masalah agar penelitian ini mencapai sasaran yang tepat. Dengan demikian masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan manajemen supervisi kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai.
D.    PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Manajemen Supervisi Kepala Sekolah Dalam Rangka pemberdayaan pegawai di Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara”.
E.     KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan arti yang mengarah pada sikap pembangunan dan pengembangan manajemen supervisi pendidikan seorang kepala sekolah di dalam pemberdayaan pegawai pada satuan pendidikan tertentu, dan secara praktis akan dapat dimanfaatkan oleh kepala sekolah senagai landasan untuk mengembangkan manajemen supervisinya dalam pemberdayaan pegawainya. Langkah tersebut diperlukan seiring dengan perkembangan manajemen supervisi pendidikan menuju terwujudnya sekolah yang bermoral dan mandiri.
1.      Untuk pengembangan ilmu manajemen khususnya berkaitan dengan manajemen supervisi seorang kepala sekolah dalam pendidikan;
2.      Memberikan umpan balik bagi yang disupervisi, siswa, dan karyawan dalam melaksanakan manajemen supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara;
Bermanfaat untuk pengembangan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan supervisi pendidikan.

BAB II
ACUAN TEORITIK
A.      MANAJEMEN SUPERVISI
Supervisi sering dikatagorikan sebagai sebuah pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen[1]. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Seperti terlihat dalam kenyataan, langkah awal proses pengawasan adalah perencanaan, penetapan tujuan, estándar atau sasaran pelaksanaan atau suatu kegiatan. Sehingga terkadang sulit untuk membedakan antara rencana, estándar dan pengawasan, maka perlu dipahami terlebih dahulu pengertian-pengertian pengawasan. Fungsi pengawasan manajemen juga berhubungan erat dengan fungsi-fungsi manajerial lainnya. Harold Koonts dan Cyrill O’Donnel, menyatakan bahwa pengawasan adalah pengukuran, dan koreksi atas pelaksanaan kerja dengan maksud untuk mewujudkan kenyataan atau menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan rencana yang disusun dapat atau telah dilaksanakan dengan baik. Sementara Ibrahim Lubis menyatakan pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau dengan hasil yang dikehendaki.
James A.F. Stonner menyatakan Manajemen Kontrol adalah proses seorang manager yakin bahwa kegiatannya sesuai dengan kegiatan yang direncanakan. Sementara pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J. Mockler berikut ini telah memperjelas unsur-unsur esencial proses pengawasan: Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan estándar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi unpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan estándar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mangambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan.[2] Hakikat pengawasan seperti dikemukakan terdahulu pada bab sebelumnya adalah pencegahan sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan kegiatan dalam pencapai tujuan, sehingga hasil yang diharapkan dalam pengawasan, antara lain adalah menghentikan penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan yang terjadi, mencegah tidak terulangnya tindakan penyimpangan, penyelewengan dan pemborosan.
Penyelenggaraan supervisi ditinjau dari sudut etimologi berasal dari kata super dan visi yang masing-masing berarti atas dan lihat sehingga menurut tata bahasa berarti melihat dari atas. Pengertian tersebut hanya bentuk kiasan yang ingin menggambarkan suatu posisi atau kedudukan dimana yang melihat lebih tinggi dari yang dilihat. Selanjutnya, istilah supervisi dilihat dalam konteks supervisi mempunyai makna yang sama dengan menilik, mengontrol atau mengawasi.[3] Dalam hal perlakuan supervisi itu, diterapkan di instansi atau lembaga kependidikan yakni sekolah dan digunakan untuk meningkatkan mutu pengajaran, maka supervisi yang dilakukan disebut supervisi pendidikan. Pengertian supervisi pendidikan yang lebih sederhana diartikan sebagai supervisión in an administratif process with an educational purpose.[4] Pandangan ini menekankan bahwa supervisi merupakan proses yang melibatkan fungsi-fungsi yang berhubungan dengan administrasi pengajaran. Lebih spesifik pengertian supervisi dilihat sebagai upaya memberi bantuan dalam membangun situasi mengajar yang semakin baik. Yang mana peran supervisor menjadi pemberi semangat, penolong dan saling berbagi (sharing) dari pada pengatur atau pemerintah(directing).
Sergiovanni merangkup pertanyaannya bahwa; (1) supervisi lebih bersifat proses dari pada peranan, (2) supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh pegawai (personalia) sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada pegawai (personalia) yang lain untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.[5] Pernyataan tersebut memandang supervisi sebagai suatu proses yang terjadi antara individu tertentu (seorang yang bertanggungjawab terhadap pencapai tujuan) untuk mendorong para pegawai lainnya dalam usaha mencari dan menyelesaikan tujuan-tujuan pendidikan. Mereka ini (kepala sekolah, dan guru), saling bergantung untuk bekerja sama mencapai tujuan pendidikan. Jadi, supervisi merupakan suatu perilaku bekerja melalui orang-orang untuk mengusahakan pencapaian tujuan-tujuan sekolah.
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.[6] Pendapat senada dikemukakan Suharsimi, supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-hal yang sudah, mana yang belum benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan pembinaan.[7] Definisi itu menunjukan bahwa supervisi di bidang pendidikan itu merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan terus menerus dilakukan untuk membina dan mengarahkan kerja guru dan tenaga administrasi secara efektif dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor, ada beberapa prinsip dasar supervisi yang harus diterapkan yaitu, (1) pengawasan bersifat membimbing dan membantu mengatasi kesulitan; (2) bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung; (3) balikan ata usaran perlu segera diberikan; (4) pengawasan dilakukan secara periodik; (5) pengawasan dilaksanakan dalam suasana kemitraan.
Uraian di atas, menunjukkan bahwa tugas supervisi pendidikan bukanlah hanya mencari kesalahan guru, tenaga administratif dan pegawai lainnya, melainkan juga membina para guru, tenaga administrasi agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Pelaksanaan tugas yang baik adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Para peneliti teori pendidikan sepakat bahwa kegiatan supervisi mengubah pengajaran menjadi menjadi lebih meningkat dan senada dengan itu Olivia dalam “Supervisión for today’s School” yang dikutip oleh Neagley dan Evans, mengatakan : Supervisión is conceived as service to teachers, both as individuals and in  groups. Supervisión is a jeans of offering to teachers specialized help in improving instruction”.[8] Disini dijelaskan tugas Kepala Sekolah hádala memberi pelayanan kepada guru. Supervisi yang dilakukan hanya alat alat yang ditawarkan lepada guru khususnya dalam membantu meningkatkan pengajaran.
Dari beberapa yang dikemukakan para ahli tersebut tentang supervisi, mempunyai kesamaan, diantaranya : (1) supervisi diadakan untuk pengembangan dalam peningkatan situasi relajar mengajar, (2) supervisi sebagai statu proses selalu ditekankan pada upaya memberikan bantuan, pelayanan, memberi semangat, saling berbagi, dan menghindari tindakan yang bersifat mencari kesalahan, mengatur, memerintah dan sebagainya. Oleh karenanya dibutuhkan kemampuan seorang Kepala Sekolah dalam melaksanakan supervisi, mengingat tujuan supervisi tidak lain dari pada bagaimana meningkatkan keterampilan guru dalam pekerjaannya dan melakukan kosneling untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat atau meningkatkan hasil-hasil yang sidah dicapai. Disampaikan oleh Hart, Whether the supervisor’s puepose in to improve a supervisee’sskills, or to ensure accuracy, actual counselor - client interaction must be examined. Dalam hal ini kepala sekolah bukan saja meningkatkan keterampilan para guru tetapi juga dengan cermat melihat hubungan yang terjadi dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan lepada para guru untuk mencari solusi permasalahannya dibidang peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
B.       PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan secara umum ditengah masyarakat adalah sebuah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat (mandari, swadaya, mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir maju) masyarakat sesuai situasi dan kondisi serta potensi yang dimilikinya. Oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa: “ as the process by which the efforts of the people themselves are united with those of govemmental authorities to improve the economic, sosial and cultural conditions of communities, to integrade these communities into the life of the nations, and to enable the tio contribute fully to national progress” bahwa pembangunan masyarakat suatu “proses” dimana usaha atau potensi-potensi yang dimiliki masyarakat di integrasikan dengan sumber  daya yang dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki kondisi ekonomi, social, dan kebudayaan, dan mengintegrasikan masyarakat di dalam konteks kehidupan berbangsa serta bernegara sehingga pemberdayaan mereka agar mampu memberikan kontribusi secara penuh untuk mencapai tujuan. US International Cooperation Administration  juga menyebutkan  pemberdayaan adalah “a process of social action in which the people of a community organized themselves for planning action, define their common and individual needs and problem; make group and individual plans with a maximum of reliance upon community resources; and supplement  the resources when necessary with service and material from govemment  agencies outside the community” [9] yang mana  menyebutkan bahwa merupakan suatu aksi sosial dimana masyarakat mengorganisir  diri mereka dalam merencanakan yang akan dikerjakan; merumuskan masalah dan kebutuhan-kebutuhan baik yang sifatnya untuk kepentingan individu maupun yang sifatnya untuk kepentingan bersama; membuat rencana-rencana tersebut didasarkan atas kepercayaan  yang tinggi terhadap  sumber-sumber yang dimiliki masyarakat, dan bilamana perlu dapat melengkapi dengan bantuan teknis dan material dari pemerintah dan badan-badan nonpemerintah di luar masyarakat.
Athur Dunham, mengatakan lebih jauh tentang pemberdayaan itu sendiri adalah pembangunan pemberdayaan dalam kelompok tertentu adalah merupakan usaha-usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan kelompok tersebut, dan memperdayakannya untuk mampu bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pemberdayaan tersebut kemudian bekerja terutama melalui peningkatan dari organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari individu-individu didalam masyarakat atau kelompok, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.[10]  lebih lanjut Arthur membedakan “Community Develomment” dengan “Community Organization” sebagai berikut: pertama Community development is concemed with economic life, roads, buildings, and education, as well as health and welfare, ini the narrower sense; kedua Community welfare organization is concemend with adjustment of social welfare needs and resources in cities, states, and nations as in ruralvilages. Jadi community development lebih berkonotasi dengan pembangunan masyarakat desa sedangkan community organization identik dengan pembangunan masyarakat perkotaan.
Ada empat unsur-unsur community  development, oleh Durham yakni sebagai berikut : (1) pemberdayaan merupakan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan. Artinya kegiatan itu dilaksanakan secara terorganisir dan dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada tahap kegiatan tindak lanjut dan evaluasi follow-up activity and evaluation; (2) pemberdayaan bertujuan memperbaiki –to improve- kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik; (3) pemberdayaan memfokuskan kegiatannya melalui pemberdayaan potensi-potensi yang memiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, sehingga prinsip to help the community to help themselves dapat menjadi kenyataan; dan (4)  pemberdayaan memberikan penekanan pada prinsip kemandirian. Artinya partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama group action di dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dilakukan berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat.
Kaitannya dengan pemberdayaan pegawai di atas tidak terlepas dari apa yang diperdayakan dan apa yang menjadi parameter pemberdayaan pegawai tersebut, hal ini dilihat bagaimana kinerja pegawai tersebut? Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance. Kinerja (prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya).[11] Sedangkan Marihot mengartikan kinerja sebagai unjuk kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi.[12] Pengertian kinerja di sebut menunjukkan kinerja identik dengan prestasi kerja, dengan demikian bagaimana untuk melakukan pemberdayaan dalam pegawai? Pada dasarnya, prestasi kerja seorang karyawan adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya estándar, target/sasaran, atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.[13] Unjuk kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peranannya dalam organisasi, unjuk kerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya. Whitmore secara sederhana mengemukakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang.[14] Pengertian menurut whitmore merupakan pengertian yang menuntut kebutuhan paling minim untuk berhasil oleh karena itu Whitmore mengemukakan pengertian kinerja yang dianggapnya representatif maka tergambarnya tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seseorang. Berdasarkan pengertian tersebut, kinerja yang nyata jauh melampaui apa yang berdasarkan pengertian tersebut, kinerja yang nyata jauh melampaui apa yang diharapkan adalah kinerja yang menetapkan stándar-estándar  tertinggi orang itu sendiri, selalu estándar-estándar yang melampaui apa yang diminta atau diharapkan orang lain. Dengan demikian menurut Whitmore kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan yang nyata.[15]
Bertolak dari pandangan Whitmore diatas, kinerja menurut adanya pengekspresian potensi seseorang, dan tanggung jawab atau kepemilikan yang menyeluruh. Jika tidak, maka hal ini tidak akan terjadi potensi seseorang, tetapi sebagian akan menjadi milik orang lain. Oleh karenanya pengarahan dari pimpinan suatu organisasi akan menjadi penting dalam rangka mengoptimalkan potensi seseorang. Pengarahan pimpinan misalnya dalam bentuk memerintah, menuntut, memberikan instruksi, membujuk dengan ancaman-ancaman yang jelas atau tersembunyi tidak bisa menghasilkan kinerja optimum yang tahan lama, walaupun mungkin bawahan bisa menjalankan pekerjaan itu. Pandangan lain seperti dikemukakan King bahwa kinerja adalah aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya.[16] Mengacu dari pandangan ini, dapat diinterprestasikan bahwa kinerja seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya. Sebagai seorang guru, misalnya : tugas rutinnya adalah melaksanakan PBM. Hasil yang dicapai secara optimal dari tugas mengajar itu merupakan kinerja seseorang guru. Berbeda dengan King, ahli lain Galton dan Simon memandang bahwa kinerja atau “performance” merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motiavasi (m), kemampuan (k) dan persepsi (p) pada diri seseorang.[17]
Memang banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja. Semuanya mempunyai visi yang agak berbeda, tetapi secara prinsip mereka setuju bahwa kinerja mengarah pada suatu upaya dalam rangka mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Maier sebagaimana yang dikutip oleh As’ad misalnya, mengatakan bahwa kinerja merupakan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan.[18] Senada dengan hal tersebut Lawyer dan Porter seperti dikutip oleh As’ad berpendapat bahwa kienrja merupakan “Succesfull Role Achievement” yang diperoleh seseorang dari perbuatannya.[19] Pengertian ini menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.
Pandangan ini dikemukakan oleh McDaniel bahwa kinerja adalah interaksi antara kemampuan seseorang dengan motivasinya.[20] Berdasarkan pandangan ini dapat ditegaskan bahwa pemberdayaan kinerja merupakan penjumlahan antara kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki seseorang. Dalam kaitan dengan kinerja guru sekolah dasar, kinerja mereka dapat terefleksi dalam tugasnya sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang pelaksana administrator kegiatan mengajarnya. Atau dengan kata lain kinerja guru dapat terlihat dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi etos kerja, dan disiplin profesional guru.
Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa pemberdayaan kinerja pegawai atau individu merupakan unjuk kerja seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan pada jangka waktu atau periode tertentu berdasarkan norma atau ukuran yang berlaku untuk pekerjaan itu. Dengan demikian prestasi kerja atau kinerja sangat erat hubungannya dengan produktivitas kerja seorang tenaga kerja, karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi sekolah. Bila sekelompok tenaga kerja dan atasannya mempunyai kinerja yang baik, maka akan berdampak pada kinerja organisasi yang baik pula. Tinggi rendahnya kinerja seseorang mempengaruhi produktivitas kerjanya. Menurut Anoraga terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Ada 10 faktor yang diingini oleh pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, yaitu : (1) pekerjaan yang menarik, (2) upah yang baik, (3) keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, (4) penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan, (5) lingkungan atau suasana kerja yang baik, (6) promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan, (7) merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi, (8) pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi, (9) kesetiaan pada diri si pekerja, (10) disiplin kerja yang keras.[21]
Vroom, seperti dikutip As’ad, mengatakan bahwa tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas pekerjaannya disebut tingkat kinerja.[22] Suprihanto menyebutkan aspek-aspek yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja atau prestasi kerja ditunjukkan pada aspek-aspek : (1) kemampuan kerja; (2) kerajinan; (3) disiplin; (4) hubungan kerja; (5) prakarsa; (6) kepemimpinan atau hal-hal khusus yang dikuasai dengan bidang dan level pekerjaan yang dijabatnya.[23] Sedangkan Martoyo menyusun penilaian prestasi kerja seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) didasarkan pada golongannya. Untuk golongan I dan II penilaian diarahkan pada : (1) kecakapan kerja; (2) kualitas kerja; (3) pengembangan; (4) tanggung jawab; (5) prakarsa; (6) ketabahan; (7) kejujuran; (8) tingkat kehadiran; (9) kerjasama; dan (10) tingkah laku. Untuk golongan III ke atas, penilaian diarahkan pada (1) tanggungjawab; (2) prakarsa; (3) ketabahan; (4) kejujuran; (5) kerjasama; (6) tingkah laku; (7) perencanaan; (8) pengawasan dan pengendalian; (9) pengambilan keputusan; dan (10) pembinaan staf.[24]
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulka bahwa pemberdayaan kinerja pegawai atau individu dalam melaksanakan tugas adalah memberikan potensi dalam peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, ketabahan, perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan uspervisi atau pembinaan staf. Tiap-tiap unsur ini masih bisa dipecah menjadi unsur yang lebih kecil sehingga bisa dilihat lebih rinci lagi. Rincian yang lebih kecil disesuaikan dengan bidang yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
Pelatihan dan pengembangan didefinisikan Michael Harris sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai.[25] Sedangkan pendapat Andrew Sikula, pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. Pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang mempergunakan prosedur sistematis dan teroganisir dimana pegawai menajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai tujuan yang umum.[26] Jika diperhatikan kedua definisi diatas, istilah pelatihan ditujukan pegawai pelaksana dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan pengembangan diperuntukkan bagi pegawai tingkat manajerial dalam rangka meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan keputusan, dan memperluas human relation.
Seorang manajer sumber daya manusia dalam hal ini kepala sekolah harus dapat mengembangkan program pelatihan dan pengembangan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan program pelatihan dan pengembangan yang efektif, yaitu : (1) menganalisa kebutuhan pelatihan organisasi need analysis atau need assessment, (2) menentukan sasaran dan materi program pelatihan, (3) menentukan metode pelatihan dan prinsip-prinsip belajar yang digunakan, (4) mengevaluasi program pelatihan.[27]
Dengan demikian dapat dikatakan dalam hal pemberdayaan pegawai oleh seorang kepala sekolah begitu dapat memperhatikan potensi sumber daya manusia yang ada sehingga jelas parameter yang diambil baik itu berupa prestasi, maupun senioritasnya.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.      TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam Bab I, yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen supervisi kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Secara khusus penelitian ini bertujuan :
a)         Untuk mengetahui perencanaan manajemen supervisi yang dilakukan seorang kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara;
b)        Untuk mengetahui proses pengorganisasian manajemen supervisi kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara;
c)         Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara;
d)        Untuk mengetahui pengontrolan manajemen supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.


B.       TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1.        Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Beberapa alasan mengapa peneliti menjadikan objek penelitia pada sekolah ini; pertama adalah Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski merupakan salah satu sekolah yang tergolong tua dan menjadi sekolah unggulan di Kabupaten Deli Serdang, kedua adalah Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski adalah sekolah yang tergolong pengelolaan pendidikan secara profesional disamping para staf pengajar semua terkategori berstrata pendidikan S1, yang ketiga Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski juga merupakan sekolah yang peneliti dekat secara geografi adalah tempat kelahiran dan selanjutnya banyak alumni bahkan dekat secara alumnus.
2.        Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan bulan Juni 2011, hingga dari persiapan dalam bentuk penyusunan proposal penelitian, memilih lokasi penelitian, penyelesaian persayaratan penelitian, perekaman data, análisis data sampai dengan penyusunan laporan proposal penelitian.
C.      METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini yaitu penelitian ini bersifat deskriptif. Maksudnya mendeskripsikan karakteristik yang melekat pada variabel Manajemen Supervisi yang dilkaukan oleh Kepala Sekolah terhadap bawahannya dalam rangka pemberdayaan pegawai di SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Dengan kata lain metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan keadaan penelitian sebagaimana adanya, dengan menjadikan peneliti sebagai instrument penelitian. Cara ini digunakan dalam upaya mengungkap gejala secara menyeluruh, namun kontekstual dengan permasalahan penelitian. Lebih lanjut Nawawi menjelaskan bahwa metode deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan menyusun data, tetapi juga análisis dan interprestasi tentang arti data itu sendiri. Metode deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan representasi obyektif tentang gejala-gejala yang terdapat dalam masalah yang diselidiki.[28] Selanjutnya metode ini akan mendeskripsikan karakteristik yang terkandung dalam variabel penelitian ini.
D.      INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara tidak terstruktur, yakni pedoman yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.[29] Dalam hal ini kreativitas pewawancara sangat diperlukan. Pedoman wawancara dari salah satu fungsi manajemen tersebut yakni pelaksanaan manajemen supervisi kepala sekolah dalam rangka pemebrdayaan pegawai pada Sekolah Dasar Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara
Beberapa panduan istrumen penelitian tentang manajemen supervisi pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, beberapa yang akan dikemukakan di tempat penelitian adalah :
1.      Bagaimana perencanaan manajemen supervisi dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?
2.      Bagaimana pengorganisasian terhadap manajemen supervisi kepada sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?
  1. Bagaimana pelaksanaan manajemen supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?
  2. Bagaimana proses pengontrolan manajemen supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?
Rambu-Rambu Wawancara :
No
Pertanyaan Penelitian
Aspek yang ditanyakan
Sumber Data
Teknik Pengambilan Data
1
Bagaimana perencana-an manajemen supervisi dalam rangka pember-dayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?

1.     Mekanisme
2.     Langkah
3.     Program
4.     Rumusan 
1.      Kepsek
2.      Waksek
3.      Guru
Wawancara

Observasi
2
Bagaimana pengorgani-sasian terhadap mana-jemen supervisi kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara?

1.      Distribusi aturan
2.      Pola pengaturan
3.      Model
1.      Kepsek
2.      Wakasek
Wawancara
Observasi
3
Bagaimana pelaksanan manajemen supervisi yang dilakukan oleh kepala Sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara

1.      Kedisiplinan
2.      Ketaatan
3.      Kepatuhan
4.      Umpan balik
1.      Dewan guru
2.      Kepsek
3.      Wakasek
4.      Siswa
Wawancara

Observasi
4
Bagaimana proses pengontrolan manajemen supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai pada SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara

1.      Mekanisme
2.      Hasil
3.      Pencapaian
4.      Tantangan
5.      Keberhasilan
1.      Kepsek
2.      Wakasek
Wawancara
Observasi

E.       PROSEDUR PENGUMPULAN DAN PEREKAMAN DATA
Data informasi dikumpulkan melalui kegiatan observasi pada latar, studi dokumentasi dan wawancara. Wawancara pada umumnya dilaksanakan secara informal mengingat subyek lebih mengenal peneliti, sehingga memungkinkan kegiatan ini dapat berlangsung secara alamiah. Disamping itu dilakukan análisis dokumentasi yang digunakan untuk mencatat data yang terdapat dalam dokumen tersebut. Lalu dilakukan triagulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik Triagulasi yang digunakan adalah triagulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat yang berbeda dari materi deskriptif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan : (1) Membandingkan dengan data hasil wawancara; (2) Membandingkan apa yang dikatakan seseorang dengan yang lainnya; (3) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
F.     TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik análisis data yang digunakan adalah deskriptif, yang bermaksud menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ini. Ada tiga tahap yang dilakukan dalam análisis data ini (1) data reducation, maksud penulis semua data dan merangkum hal-hal yang pokok dari data tersebut, (2) data display, maksudnya memilah-milah data berdasarkan kartu atau bagan dan (3) conclusión drawing or verification, artinya menyimpulkan dan memberikan taksiran atau memaknai data yang terkumpul. Dengan demikian akan dilakukan pengolahan dan perekaman data selanjutnya dengan pembenahan dokumentasi dan mencocokannya dengan data akurat.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.      DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN
Penelitian tentang pemberdayaan pegawai khususnya guru adalah langka. Data penelitian ini diuraikan berdasarkan urutan fungsi manajemen supervisi kepala sekolah dalam rangka pemberdayaan pegawai di SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Urutan fungsi manajemen supervisi dimaksud meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengontrolanan. Deskripsi ini dibuat berdasarkan jawaban responden penelitian, yaitu 40 orang guru di SD Negeri 105268 Telaga Sari Diski, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara tersebut.
1.         Perencanaan 
Tabel 4.1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Supervisi
Pertanyaan
Jawaban
Ya
%
Tidak
%
Tidak tahu
%

Menurut Saudara, apakah kepala sekolah membuat  jadwal rencana pelaksanaan supervisi di sekolah ini?


26

65,0

6

15,0

8

20,0

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa hanya 65% kepala sekolah telah membuat jadwal pelaksanaan supervisi. Sementara 15,0 persen menyatakan tidak ada jadwal supervisi, dan 20,0 persen guru menyatakan tidak tahu. Ini berarti bahwa hanya sekitar 2/3 dari guru yang mengakui bahwa kepala sekolah telah membuat jadwal pelaksanaan supervisi di sekolah tersebut.
2.         Pelaksanaan
Tabel 4.2. Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Sekolah
Pertanyaan
Jawaban
Ya
%
Tidak
%
Tidak tahu
%

Apakah pelaksanakan tugas supervisi kepala sekolah sesuai dengan jadwal yang telah dibuat?


31

77,5

5

12,5

4

10,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa 77,5 persen guru di sekolah ini menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah telah sesuai dengan jadwal yang dibuat. Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah pada dasarnya adalah supervisi tentang “proses pembelajaran” atau PBM. Namun demikian, ada 12,5 persen guru yang menyatakan bahwa jadwal pelaksanaan supervisi kepala sekolah tidak sesuai jadwal. Ketika ditelusuri  oleh peneliti, ternyata penyebab ketidak sesuaian tersebut terjadi karena kepala sekolah pada saat itu memiliki tugas yang lain.


3.         Pengontrolan
Tabel 4.3. Mengontrol Semua Pekerjaan Guru
Pertanyaan
Jawaban
Ya
%
Tidak
%
Tidak tahu
%

Apakah kepala sekolah sebagai supervisor mengontrol semua pekerjaan guru?


35

87,5

2

5,0

3

7,5

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa 87,5 persen guru menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai supervisor telah mengontrol semua pekerjaan guru. Jika hal ini dilihat dari konsep pemberdayaan guru, maka alangkah baiknya jika kondisi ini dapat dipertahankan terus di masa yang akan datang.
B.       Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian sebagaimana diuraikan di atas dan disertai dengan sedikit penjelasan, maka pada bagian berikut ini peneliti mencoba membahasnya. Jika dilihat dari seluruh jawaban responden atas 20 pertanyaan yang diajukan, maka diperoleh gambaran persentase untuk jawaban ”Ya” pada Tabel 4.4 berikut.



Tabel 4.4. Persentase Jawaban ”Ya”
No
Pertanyaan
Ya
(%)
Rata-rata
Perencanaan


65,0
59,37
Pelaksanaan


Apakah pelaksanakan tugas supervisi kepala sekolah sesuai dengan jadwal yang telah dibuat?
77,5
74,37
Pengontrolan


Apakah kepala sekolah sebagai supervisor mengontrol semua pekerjaan guru?
87,5
81,25
Rata-rata
73,25


Untuk menetapkan baik tidaknya pelaksanaan supervisi di sekolah ini maka peneliti menggunakan kriteria sebagai berikut:
Kategori
Persen
Keterangan
1
86 - 100
Sangat baik
2
71 - 85
Baik
3
56 - 70
Kurang baik
4
  ≤ 55
Tidak baik

Berdasarkan kriteria di atas dan data pada tabel 4.4 maka rata-rata persentase yang diperoleh tentang pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah adalah 73,25 (berada diantara 71-85). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan supervisi dalam rangka pemberdayaan pegawai di sekolah ini berada dalam kategori ”baik”. Jika dilihat dari masing-masing fungsi manajemen supervisi dapat pula diketahui bahwa rata pencapaian masing-masing tahap adalah sebagai berikut: (1) tahap perencanaan, rata-rata =  59,37; berada pada kategori ”kurang baik; (2) tahap pelaksanaan, rata-rata =  74,37; berada pada kategori ”baik”; (3) tahap pengontrolan, rata-rata =  81,25; berada pada kategori ”baik”.
Hasil ini memiliki makna bahwa dari tiga fungsi manajemen supervisi, sebagaimana telah disebutkan di atas, tampak bahwa kelemahan yang paling menonjol berada pada fungsi perencanaan. Artinya, berdasarkan penelitian ini, kepala sekolah perlu membuat perencanaan supervisi yang lebih mantap di masa mendatang.



DAFTAR PUSTAKA
Alfonso, Robert J., Gerald R. Firth, and Richard F. Nevile. Instructional Supervision. Boston: Allyn and Bacon, 1981.
Amirin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: CV Rajawali, 1986.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Cormick, Triffin & Mc. Industrial Psychology, Sixth Edition. New Delhi: Prentice Hall, 1979.
Cusins, Peter. Be A Successful Supervisor: Kiat Menjadi Supervisor Andal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Gomes, Faustino Cardoso. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
Haiman, T and Reymond L. Hilgert. Supervisions: Concepts and Pravtices of Management. Cincinati, Ohio: South-Western, 1982.
Handoko, T. Hani. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 2000.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Mulianto, Sindu dkk. Supervisi Diperkaya Perspektif Syariah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1998.
Siagian, Sondang P. Organisasi, Kepemimpinan, dan Perilaku Administrasi. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1998.
Soetopo, Hendyat. Administrasi Pendidikan. Malang: IKIP Malang 1989.
.......... Supervisi Audit. Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2003.
STIA-LAN. Sistem Administrasi Negara. Jakarta: PT Gunung Agung, 1997.
Strauss, Syale &. Working Leader. New York: The Free Press, 1977.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2004.       
Wahjosumidjo. Kiat Kepemimpinan Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Harapan Masa, 1994.
INTERNET
Sembel, Roy dan Sandra, Supervisi Efektif, www.sinarharapan.co.id/ ekonomi/mandiri/2003.
Dewi, Elita, Hubungan Manajemen Perkantoran Dengan Pengawas (Supervisor), www.library.USU.ocid/Repository/2004
Gymnastiar, KH Abdullah, Tausiyah: Efektivitas Kerja, www.republika.co.id/ 2006






[1] Sentanoe Kertonegoro, Manajemen Organisasi (Jakarta : Widya Press, 1994), h. 157
[2] Robert J. Mockler, The Management Control Process, (Englewood Cliffs : Prentice-Hall, 1972, hal. 2; dalam James A. F. Stoner). Hal. 592
[3] Subari,  Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 1994), p. 1
[4] Margaret Williamson, Supervisi New Patternsand Processes (Broadway, New York : Association Press, 1961) p. 26.
[5] Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), p. 2.
[6] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Resa Karya, 2004), p. 76.
[7] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), p. 5.
[8] Ross L. Neagley, N. Dean Evans, Handbook of Effective Supervision of Instruction (Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall, Inc., 1980), p. 1.
[9] The Community Development Guidelines of the International, Coorperation Administration, Community Development review; Desember 1996, p. 3
[10] Arthur Dunham, Pemberdayaan Masyarakat; (1958) p. 3
[11] Anwar Prabu Mangkunegara, p. 67
[12] Marihot Tua Efendi, p. 195
[13] John Suprihatno, Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan (Yogyakarta : BPFE, 1996)
[14] Whitmore., h. 104
[15] Ibid, h. 108
[16] Patricia King, Performance Planning dan Appraisal; A How-To Book for Manager (New York; St. Louis San Fransisco: Mc Graw-Hill Book Company, 1993), h. 19.
[17] Maurice Galton dan Brian Simon, Progress and Performance in The Primary Classroom, (London : Routledge dan Kegan Paul, 1994), h. 15-17.
[18] Mohammad As’ad, Psikologi Industri (Yogyakarta : Liberty, 1995), h. 23.
[19] Ibid., h. 24.
[20] McDaniel, Theory: Strain Under Load, (2000), h. 2 (http://www.accelteam.com/motivation/index.html)
[21] Panji anoraga, Psikologi Kerja (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), p. 56-60.
[22] Mohammad As’ad, Psikologi Industri (Yogyakarta : Liberty, 1987), p. 47
[23] Suprihanto, op.cit., p. 2
[24] Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta : BPFE, 1998), p. 97-98
[25] Ibid, p. 168
[26] Anwar Prabu, op.cit, p. 44
[27] Marihot Tua Efendi, op.cit, p. 174
[28] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 63
[29] Farouk Muhammad, Metode Penelitian Sosial: Bunga (Jakarta: PTIK Press & Restu Agung, 2003) h. 29.

0 komentar: