Bab I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, kemaslahatan tentang organisasi semakin
dipertanyakan, karena sudah lari dari konsep dasar organisasi serta teori-
teori yang tak sesuai dengan pelaksanaannya. Pada dasarnya organisasi ada di
tengah- tengah masyarakat karena banyak aspek, namun prioritas paling utama
adalah karena rasa sosial yang ada dalam setiap diri manusia yang tak semua
pekerjaan bisa diselesaikan sendiri.
Manusia
adalah makhluk sosial (al-insānu madaniyyun bi at- thab’i atau zoon politicon).
Karenanya, setiap manusia akan saling memerlukan dalam memenuhi kebutuhannya.
Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling bekerja sama, saling
menghargai dan menghormati untuk mempertahankan hidupnya di muka bumi ini.
Adanya
alasan sosial (social reasons) di atas menjadi salah satu pendorong bagi
manusia untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut
"organisasi". Organisasi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan setiap
cita-cita yang disepakati oleh anggota organisasi secara bersama. Oleh karena
itu, organisasi tumbuh dan berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat.
Organisasi itu juga dibentuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
pemerintahan, perusahaan, politik, hukum, ekonomi, dan termasuk bidang
pendidikan.
Dalam
perkembangannya, organisasi telah menjadi disiplin ilmu tersendiri seiring
dengan berkembangnya pemikiran dan pengetahuan manusia. Teori-teori organisasi
yang terbangun dalam kajiannya sebagai suatu disiplin ilmu tertentu,
selanjutnya akan dibutuhkan oleh masyarakat dalam membentuk suatu organisasi
sesuai dengan bidang yang diinginkan. Demikian halnya di bidang pendidikan
Islam, teori-teori organisasi turut dibutuhkan untuk mewujudkan lembaga
pendidikan yang lebih profesional dan berkualitas. Makalah yang sederhana ini
akan mencoba menguraikan konsep-konsep organisasi, untuk menjadi bekal kita
semua baik sekarang ataupun nanti ketika kita berkecimpung dalam dunia
organisasi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah Pengertian
Organisasi dan Perbedaannya Dengan Pengorganisasian?
2. Bagaimanakah
Konsep Al- Qur`an tentang Organisasi?
3. Bagaimanakah
Prinsip Organisasi dan Apa Manfaat Organisasi?
4. Bagaimanakah
Konsep Kepemimpinan Organisasi?
Bab II
Pembahasan
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kami
akan menguraikan beberapa teori organisasi untuk pertanyaan pertama, lalu yang
kedua kami akan mencoba menganalisisnya dengan kacamata Islam. Karena
keterbatasan kemampuan dan referensi yang digunakan, khususnya yang berkenaan
dengan konsep pendidikan Islam tentang organisasi, maka dibutuhkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif nantinya terhadap makalah kami ini, untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
1.
Pengertian Organisasi
dan Pengorganisasian
Organisasi
(organization) dan pengorganisasion (organizing) memiliki hubungan yang erat
dengan manajemen. Organisasi merupakan alat dan wadah atau tempat manejer
melakukan kegiatan-kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi organik dari manajemen dan
ditempatkan sebagai fungsi kedua setelah perencanaan (planning). Dengan
demikian, antara organisasi dan pengorganisasian memiliki pengertian yang
berbeda.
James L. Gibson
c.s., sebagaimana yang dikutip oleh Winardi, berpendapat bahwa:
"...organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin dilaksanakan oleh individu-individu yang bertidak secara sendiri".
"...organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin dilaksanakan oleh individu-individu yang bertidak secara sendiri".
Organisasi-organisasi
yang dibentuk oleh sekelompok orang pada dasarnya menginginkan terwujudnya
suatu hasil atau tujuan tertentu. Tujuan yang diinginkan tersebut tidak dapat
diperoleh secara individu tetapi perlu dilakukan upaya secara bersama dan
terpadu.
Stephen R.
Robbins memberikan rumusan pengertian organisasi sebagai berikut:
"... An organization is a consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary, that functions on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goals". Entitas sosial yang dikemukakan dalam definisi di atas berarti bahwa kesatuan tersebut terdiri dari orang-orang atau kelompok orang yang saling berinteraksi. Pola-pola interaksi yang diikuti orang-orang di dalam suatu organisasi tidak muncul begitu saja, akan tetapi mereka dipertimbangkan sebelumnya. Mengingat bahwa organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas sosial, maka pola-pola interaksi para anggotanya perlu dipertimbangkan pula serta diharmonisasi guna tercapainya tujuan yang diinginkan.
"... An organization is a consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary, that functions on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goals". Entitas sosial yang dikemukakan dalam definisi di atas berarti bahwa kesatuan tersebut terdiri dari orang-orang atau kelompok orang yang saling berinteraksi. Pola-pola interaksi yang diikuti orang-orang di dalam suatu organisasi tidak muncul begitu saja, akan tetapi mereka dipertimbangkan sebelumnya. Mengingat bahwa organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas sosial, maka pola-pola interaksi para anggotanya perlu dipertimbangkan pula serta diharmonisasi guna tercapainya tujuan yang diinginkan.
Prajudi
Atmosudirdjo menyatakan bahwa organisasi adalah struktur tata pembagian kerja
dan struktur hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang
bekerjasama untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Barnad, seperti yang dikutip Asnawir, organisasi adalah
suatu sistem mengenai usaha kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa
definisi di atas dapat dipahami bahwa organisasi adalah tempat atau wadah
berkumpulnya beberapa orang yang secara sadar berinteraksi dan saling bekerja
sama untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati bersama. Meskipun terdapat
perbedaan definisi tentang organisasi, akan tetapi secara umum organisasi itu
memiliki ciri-ciri yang sama. Edgar H. Schein, seorang psikolog keorganisasian
terkemuka berpendapat bahwa semua organisasi memiliki empat macam ciri atau
karakteristik sebagai berikut.
1.
Koordinasi
Upaya; Para individu yang bekerja sama dan mengkoordinasi upaya mental atau
fisikal mereka dapat mencapai banyak hal yang hebat dan yang menakjubkan.
2.
Tujuan
Umum Bersama; Koordinasi upaya tidak mungkin terjadi, kecuali apabila pihak
yang telah bersatu, mencapai persetujuan untuk berupaya mencapai sesuatu yang
merupakan kepentingan bersama. Sebuah tujuan umum bersama memberikan anggota
organisasi sebuah rangsangan untuk bertindak.
3.
Pembagian
Kerja; Dengan jalan membagi-bagi tugas-tugas kompleks menjadi
pekerjaan-pekerjaan yang terspesialisasi, maka sesuatu organisasi dapat
memanfaatkan sumber-sumber daya manusianya secara efisien. Pembagian kerja
memungkinkan para anggota organisasi-organisasi menjadi lebih terampil dan
mampu karena tugas-tugas terspesia¬lisasi dilaksanakan berulang-ulang.
4.
Hierarki
Otoritas; Para teoretisi organisasi telah merumuskan otoritas sebagai hak untuk
mengarahkan dan memimpin kegiatan-kegiatam pihak lain. Tanpa hierarki otoritas
yang jelas, koordinasi upaya akam mengalami kesulitan, bahkan kadang-kadang
tidak mungkin diilaksanakan. Akuntabilitas juga dibantu apabila orang-orang be
kerja dalam rantai komando ((he chain of command).
Lebih lanjut,
Malayu S.P. Hasibuan menyimpulkan bahwa aspek-aspek penting dari berbagai definisi
organisasi adalah:
1. Adanya tujuan tertentu yang ingin
dicapai;
2. Adanya sistem kerja sama yang
terstruktur dari sekelompok orang;
3. Adanya pembagian kerja dan hubungan
kerja antara sesama karyawan;
4. Adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang
terintegrasi;
5. Adanya keterikatan formal dan tata
tertib yang harus ditaati;
6. Adanya pendelegasian wewenang dan
koordinasi tugas-tugas;
7. Adanya unsur-unsur dan alat-alat
organisasi;
8.
Adanya
penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan.
Untuk lebih
memahami hakikat organisasi, perlu diketahui pula unsur-unsurnya, yaitu:
1. Manusia (human factor), artinya
organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin dan
ada yang dipimpin (bawahan).
2.
Tempat
Kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukannya.
3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika
ada tujuan yang ingin dicapai.
4. Pekerjaan, artinya organisasi baru ada,
jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan.
5. Struktur, artinya organisasi baru ada,
jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
6. Teknologi, artinya organisasi baru ada,
jika terdapat unsur teknis.
7.
Lingkungan
(Environment External Social System), artinya organi¬sasi baru ada, jika ada
lingkungan yang saling mempengaruhi mi-salnya ada sistem kerja sama sosial.
Adapun
pengorganisasian, juga didefinisikan oleh para pakarnya. Asnawir mengemukakan
bahwa istitah "organizing mempunyai arti yaitu berusaha untuk menciptakan
suatu struktur dan bagian untuk dapat berinteraksi dan saling
pengaruh-mempengaruhi antara satu sama lainnya. Pengorganisasian tersebut juga
dapat diartikan sebagai penyusunan tugas dan tanggung jawab para personil dalam
organisasi.
George R. Terry,
seperti yang dikutip Malayu S.P. Hasibuan, menuliskan: Organizing is the
establishing of effective behavioral relationships among persons so that they
may work together efficiently and gain personal satisfaction in doing selected
tasks under given environmental conditions for the purpose of achieving some goal
or objective.
Dari dua definisi di atas jelaslah bahwa pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen setelah fungsi perencanaan sehingga masing-masing anggota organisasi mendapat tugas dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari dua definisi di atas jelaslah bahwa pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen setelah fungsi perencanaan sehingga masing-masing anggota organisasi mendapat tugas dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kemudian, proses
pengorganisasian juga mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
1.
Pembagian
kerja yang harus dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok tertentu.
2.
Pernbagian
aktivitas menurut level kekuasaan dan tanggungjawab.
3.
Pengelompokan
tugas menurut tipe dan jenisnya.
4.
Penggunaan
mekanisme koordinasi kegiatan individu /kelompok.
5. Pengaturan hubungan kerja antara anggota
organisasi.
Adapun
langkah-langkah pengorganisasian dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Tujuan,
manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai; apa profit
motive atau service motive.
2.
Penentuan
kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan
mengspesifikasikan kegiatan-kegiatan yang diper¬lukan untuk mencapai tujuan
organisasi dan menyusun daftar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
3. Pengelompokan kegiatan-kegiatan, artinya
manajer harus mengelompokkan kegiatan-kegiatan ke dalam beberapa kelompok atas
dasar tujuan yang sama; kegiatan-kegiatan yang bersamaan dan berkaitan erat
disatukan ke dalam satu departemen atau satu bagian.
4. Pendelegasian wewenang, artinya manajer
harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap
departemen.
5. Rentang kendali, artinya manajer harus
menetapkan jumlah karya¬wan pada setiap departemen atau bagian.
6. Perincian peranan perorangan, artinya
manajer harus menetapkan dengan jelas tugas-tugas setiap individu karyawan,
supaya tumpang-tindih tugas terhindarkan.
7. Tipe organisasi, artinya manajer harus
menetapkan tipe organisasi apa yang akan dipakai, apakah "line
organization, line and staff organization ataukah function organization".
8. Struktur organisasi (organization chart
= bagan organisasi), artinya manajer harus menetapkan struktur organisasi yang
bagaimana yang akan dipergunakan, apa struktur organisasi "segitiga
vertikal, segitiga horizontal, berbentuk lingkaran, berbentuk setengah
lingkaran, berbentuk kerucut vertikal/horizontal ataukah berbentuk oval".
Jika proses
pengorganisasian dalam suatu organisasi di atas dilakukan dengan baik dan
berdasarkan ilmiah, maka organisasi yang disusun akan baik, efektif, efisien
dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Dengan demikian,
antara organisasi (organization) dengan pengorganisasian (organizing) memiliki
hubungan yang sangat erat. Pengorganisasian yang baik akan menghasilkan
organisasi yang baik pula. Pengorganisasian diproses oleh organisator (manajer)
sehingga pengorganisasian itu bersifat dinamis dan hasilnya adalah organisasi
yang bersifat statis.
Akan tetapi, hakikat
organisasi juga bisa dipandang sebagai statis dan dinamis. Statis bila
organisasi sebagai wadah, tempat kegiatan administrasi dan manajemen. Sedangkan
dinamis ketika organisasi sebagai suatu proses, interaksi hubungan, formal
(nampak di bagan organisasi) dan informal (tidak diatur, tidak nampak dalam
struktur). Hubungan informal timbul, karena hubungan pribadi, kesamaan
kepentingan, dan kesamaan interest dengan kegiatan di luar.
2.
Konsep Al- Quran
Tentang Organisasi
Allah SWT berfirman dalam QS Ash Shaff 4, yang artinya:
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS
Ash Shaff 4).
Ketika
kita membuka kembali ayat-ayat yang terukir indah dalam surat Ash Shaff ini,
akan banyak sekali kandungan tentang manfaat serta konsep-konsep dalam
berorganisasi, bekerja dalam sebuah barisan yang teratur dan kokoh. Salah satu
surat Madaniyah ini mengupas secara rinci tentang konsep berjamaah di dalam Islam.
Hal ini memang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW pada masa berdakwah di
Madinah, saat surat ini diturunkan. Dimana, pengokohan organisasi dan
kejamaahan adalah titik tekan dakwah Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan
titik tekan dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan
aqidah dan ruhiyah ummat Islam masa itu. Dalam
surat ini, terdapat lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudakn
organisasi yang kokoh.Yaitu:
1. Kesesuaian
konsep dan pelaksanaan dalam organisasi,
2. soliditas
tim,
3. ketepatan
mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan,
4. konsep
kesungguhan dalam bekerja dan berjuang, serta
5. memiliki
kader yang militan (kader yang solid).
Pertama,
untuk mewujudkan organisasi yang kokoh diperlukan adanya kesesuaian konsep
(perkataan) dan pelaksanaan (at tawafuq bainal qouli wal amal). Hal ini
tercantum dalam ayat 1 – 3. Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa seruan-seruan ini
hanya ditujukan untuk orang-orang beriman dan tidak untuk semua orang. Artinya
bahwa, sebagai orang beriman harus memahami dan melaksanakan hal tersebut.
Selain itu, yang diseru di sini adalah orang-orang beriman bukan hanya satu
orang beriman.dan di sinilah pesan konsep kejamaahannya (keorganisasiannya).
Kesesuaian antara konsep (perkataan) dan pelaksanaan artinya tidak hanya lihai
merumuskan ide yang tidak diiringi dengan amal nyata. Justru keduanya harus
berjalan dengan sinergi antara konsep dan pelaksanaan. Organisasi itu harus
mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya sekedar mempunyai kemampuan bekerja
tetapi juga menguasai cara bekerja. Penguasaan cara bekerja akan memudahkan
bagaimana mencapai tujuan berkerja.
Kedua,
dalam ayat keempat surat ini disebutkan bahwa Allah SWT menyukai mukmin yang
berjuang dalam sebuah bangunan yang kokoh. Ciri dari bangunan yang kokoh adalah
seluruh komponen di dalamnya saling menguatkan satu dengan yang lain. Dapat
dirinci, bahwa soliditas organisasi memiliki tiga ciri, yaitu: masing-masing
komponen didalamnya bisa menguatkan satu dengan yang lain, bersinergi dalam
bekerja serta memiliki program yang jelas, termasuk pembagian pelaksanaan
program (pembagian potensi dan pemanfaatan kemampuan). Dalam hal ini,
diperlukan adanya ketepatan di dalam penempatan orang. Siapa yang harus jadi
tiang, jendela, atap, dsb.
Ketiga,
dalam ayat 5 – 9 dijelaskan tentang tantangan yang dihadapi oleh para nabi dan
rasul. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa perlunya untuk
mengukur tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam kerja-kerja organisasi.
Jika kita mengetahui ukuran tantangan itu, maka kita bisa membuat program yang
bisa mengatasi tantangan tersebut. Kegagalan dalam mengukur tantangan yang akan
dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan merumuskan tahap-tahap pelaksanaan
amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal yang bersifat asal-asalan.
Tantangan yang perlu diukur adalah semua tantangan baik dari dalam maupun luar
organisasi. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa visi kerosulan-lah yang bisa
digunakan untuk mengeliminir tantangan-tantangan tersebut.
Keempat,
dijelaskan bahwa untuk membangun sebuah organisasi yang kokoh diperlukan adanya
sebuah konsep perjuangan organisasi. Dan sebuah konsep perjuangan itu hendaknya
sebuah konsep yang mengandung motivasi serta makna optimisme yang jauh dari
konsep perjuangan yang ‘menakutkan’ (tidak realistis dan membuat komponen di
dalamnya ragu dapat melaksanakannya atau tidak). Hal ini dapat dilihat pada
ayat 10 -13 surat ini, yang menjelaskan indahnya sebuah konsep berjuang
besungguh-sungguh di jalan-Nya.
Kelima,
dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan bahwa keberhasilan suatu perjuangan dalam
organisasi juga ditentukan dengan ada tidaknya kader-kader militan di dalamnya.
Militan ini terkait dengan makna komitmen, konsistensi, keseimbangan
(tawazunitas), ketaatan serta kecintaan. Karena memang amal yang baik dari
seorang kader organisasi tidak akan bisa terwujud tanpa lima hal di atas. Dan
dengan memiliki kader yang militan, amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam
organisasi.
Di
dalam organisasi juga diperlukan adanya ruuh (semangat) organisasi. Dan ruuh
organisasi ditentukan oleh sistem yang ada dalam organisasi, kualitas sang
pemimpin, sejauh mana organisasa mempunyai semangat kompetisi dengan yang lain
serta sejauh mana memadukan semangat dan ilmu yang dimiliki.
3.
Prinsip Serta Manfaat
Organisasi
A. Prinsip
Organisasi
Suatu
organisasi bisa dikatakan solid jika memiliki sifat sebagai berikut:
1. Mempunyai
tujuan yang jelas .
2. Tujuan
organisasi harus di terima dan di fahami oelh setiap orang di dalam organisasi.
3. Memiliki
kesatuan arah.
4. Adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggungjawab.
5. Berkesinambungan.
6. Penempatan
orang harus sesuai ahlinya.
7. Adanya
pembagian tugas.
B.
Manfaat
Organisasi
1.
Menumbuhkan rasa
kebersamaan.
2.
Memperkuat tali
persaudaraan.
3.
Menyebarkan rasa tolong
menolong.
4.
Memperkaya informasi.
5.
Meningkatkan kualitas
pribadi.
6.
Membangkitkan semangat
juang..
7.
Meningkatkan kualitas
fakir.
8.
Mengurangi sifat
egoisme.
9.
Membina kesatuan
berfikir untuk menyamakan pemahaman mencapai tujuan.
10. Melatih
toleransi.
4.
Pemimpin Organisasi
Setiap
organisasi baik itu berupa perusahaan yang mencari keuntungan finansial,
yayasan, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi keagamaan selalu
mempunyai visi, misi, dan tujuan.Visi adalah cita-cita dan Misi adalah bidang
garap dan cita-cita, serta Tujuan adalah kongkritisasi atau target terukur
pencapaian visi dan misi organisasi di dalam suatu kurun waktu tertentu.
Dalam
rangka mencapai cita-cita tersebut, seluruh perangkat organisasi yang dimotori
oleh pimpinannya membuat strategi dan taktik serta analisa lapangan yang
dilanjutkan dengan perencanaan tugas lapangan, working plan meliputi
langkah-langkah kerja, jadwal serta penanggung jawab, di dalam organisasi
sering disebut sebagai Plan, Do, Check, Action (PDCA) atau Planning,
Organizing, Actuiting, Controling (POAC), dengan pengertian yang sederahana
adalah : ada perencanaan, ada organisasinya, dikerjakan, dievaluasi/dikontrol.
Namun
demikian, Islam mempunyai pandangan yang khas dalam masalah kepemimpinan sebuah
organisasi. Kepimpinan dalam kacamata Islam merujuk kepada kepribadian dan
segenap aspek tindakan yang dimiliki oleh Rasulullah s.a.w. Di antara ciri-ciri
kepemimpinan yang baik adalah:
1.
Berilmu pengetahuan.
Orang yang berilmu akan ditingkatkan taraf dan derajatnya. Demikian menurut
AlQuran. Sudah semestinya seorang pemimpin dalam sebuah organisasi harus
mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih, terutama dalam hal yang menyangkut
masalah teknis, dan juga pengorganisasian pengurus dalam organisasi.
2.
Mempunyai Aqidah yang
kukuh. Ini bermakna bahwa seorang pemimpin yang mempunyai aqidah yang kukuh
akan lurus dalam kepemimpinannya, karena dia selalu berpegang pada al Qur’an
dan hadis dalam setiap tindakan dan keputusannya.
3.
Seorang lelaki.
Disamping masalah kepemimpinan yang telah dicontohkan oleh Rasullulah saw,
secara alami pemimpin lelaki mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
wanita dari segi kepimpinan.
4.
Amanah. Sifat amanah
adalah sifat yang dimiliki oleh Rasulullah s.a.w. Seharusnya seseorang pemimpin
mewarisi sifat tersebut untuk mewujudkan sikap kerja yang baik dalam berbagai
urusan organisasi.
5.
Benar dalam perkataan
dan tindakan. Seseorang yang benar dalam perkataan dan tindakannya
menggambarkan ciri-ciri kepemimpinan yang baik dan patut menjadi teladan oleh
orang-orang yang dipimpinnya.
6.
Keadilan yang meliputi
segenap aspek yang dipimpin. Pemimpin yang adil adalah tonggak utama dalam
sebuah organisasi. Ciri kepimpinan yang adil mewarisi sifat-sifat utama
pemimpin Islam sebagai termaktub dalam perjuangan para nabi dan rasul. Pemimpin
yang adil juga dijamin keselamatannya di bawah naungan ‘Arash Allah
swt.
7.
Bersifat rahim. Sabda
Rasulullah s.a.w. ; perumpamaan seorang pemimpin dengan umatnya ialah seperti
orang yang menghalau kupu-kupu dan belalang yang berkerumun dekat api. Pemimpin
menarik umatnya dari belakang agar mereka tidak jatuh ke dalam api, tetapi
mereka selalu terlepas dari tangan pemimpin. Sabdanya lagi, “Sebaik-baik
pemimpin ialah yang kamu mencintai dan Dia mencintaimu, dan kamu mendoakan dan
ia mendoakanmu. Dan sejahat-jahat pemimpin ialah yang kamu benci dan membenci
kamu…”
8.
Bijak dalam menangani
masalah.
9.
Sentiasa menyampaikan
pesan-pesan dan perkara-perkara yang hak. Sabda Rasulullah s.a.w.,
“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”.
Khalifah
Abu bakar Assiddiq ra pernah berpidato saat dilantik menjadi pemimpin ummat
sepeninggalan Rasulullah Saw yang mana inti dari isi pidato tersebut dapat
dijadikan pegangan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Isi pidato
tersebut diterjemahkan sebagai berikut:
“Saudara-saudara,
Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara
kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku
berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan
kebohongan itu adalah pengkhianatan. ‘Orang lemah’ diantara kalian aku pandang
kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’
diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil
hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan
kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad,
sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt.
Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku
durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk
mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan sholat semoga Allah Swt melimpahkan
Rahmat-Nya kepada kita semua”.
Ada
7 poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu Bakar ra ini,
diantaranya:
1.
Sifat rendah
hati. Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu
tidak berbeda dengan kedudukan yang dipimpin. Ia bukan orang yang harus terus
di istimewakan. Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari
yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan mengemban
amanat. Ia seolah pelayan umat yang diatas pundaknya terletak tanggungjawab
besar yang mesti dipertanggungjawabkan. Kerendahan hati biasanya mencerminkan
persahabatan dan kekeluargaan, sebaliknya ke-egoan mencerminkan sifat takabur
dan ingin menang sendiri.
2.
Sifat terbuka
untuk dikritik. Seorang pemimpin
haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi umat dan terbuka untuk menerima
kritik-kritik sehat yang membangun dan konstruktif. Tidak seyogiayanya
menganggap kritikan itu sebagai hujatan, dan menganggap orang yang mengkritik
sebagai lawan. Tetapi harus diperlakukan sebagai “mitra”dengan kebersamaan
dalam rangka meluruskan dari kemungkinan buruk yang selama ini terjadi untuk
membangun kepada perbaikan dan kemajuan.
3.
Sifat jujur dan
memegang amanah. Kejujuran yang dimiliki
seorang pemimpin merupakan simpati umat terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan
dari seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan
amanat umat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan
4.
Sifat berlaku
adil. Keadailan adalah konteks real yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif.
Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu sebagai sikap yang esensial.
Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan
seadil-adilnya bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja atau berat sebelah.
5.
Komitmen dalam
perjuangan. Sifat pantang menyerah
dan konsisten pada konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting.
Teguh dan terus Istiqamah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Pantang
tergoda oleh rayuan dan semangat menjadi orang yang pertama di depan apabila
ada yang hendak mengganggu kelancaran jalannya organisasi.
6.
Bersikap
Musyawarah. Dalam term ini pemimpin
tidak sembarang memutuskan sebelum adanya musyawarah diantara orang-orang
disekelilingnya dan umat. Sebab dengan keterlibatan umat terhadap pemimpinnya
dari sebuah kesepakatan bersama akan memberikan kepuasan, sehingga apapun yang
akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama.
7.
Berbakti dan
mengabdi kepada Allah. Dalam hidup ini segala
sesuatunya takkan terlepas dari pandangan Allah, manusia bisa berusaha
semampunya dan sehebat-hebatnya namun yang menentukannya adalah Allah. Hubungan
seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah pentingnya yaitu dengan berbakti dan
mengabdi kepada Allah. Semua ini dalam rangka memohon pertolongan dan ridho
Allah semata. Dengan senantiasa berbakti kepada-Nya terutama dalam menegakkan
sholat lima waktu contohnya, seorang pemimpin akan mendapat hidayah untuk
menghindari perbuatan-perbuatan yang keji dan tercela.
Bab
IV
Penutup
A.
Simpulan
Banyak hal yang kami ungkapkan dalam makalah kecil kami ini, namun
kami coba untuk menyimpulkan beberapa hal, seperti:
1.
Organisasi
adalah tempat atau wadah berkumpulnya beberapa orang yang secara sadar
berinteraksi dan saling bekerja sama untuk mewujudkan tujuan yang telah
disepakati bersama.
2.
Pengorganisasian
merupakan salah satu fungsi manajemen setelah fungsi perencanaan sehingga
masing-masing anggota organisasi mendapat tugas dan tanggung jawab tertentu
sesuai dengan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.
Antara
organisasi (organization) dengan pengorganisasian (organizing) memiliki
hubungan yang sangat erat. Pengorganisasian yang baik akan menghasilkan
organisasi yang baik pula. Pengorganisasian diproses oleh organisator (manajer)
sehingga pengorganisasian itu bersifat dinamis dan hasilnya adalah organisasi
yang bersifat statis.
B.
Saran
Dengan adanya makalah kami ini semoga ilmu tentang Organisasi kita
semakin bertambah baik untuk ke depannya, dan kesemuanya itu takkan terjadi
tanpa adanya kesadaran dari diri kita sendiri dan seringnya memuhasabah diri
seiring berjalannya waktu, untuk membenahi organisasi yang mengalami
kehancuran, kefakuman serta masalah lainnya.
Daftar
Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar