Breaking News
Loading...
Jumat, 07 Desember 2012

Info Post

INTEGERASI MAHASISWA & ORGANISASI

Hal                              : Ujian Akhir Semester
Hari/ Tanggal              : Selasa, 28 Juni 2011
Nama                           : Sefri Wandana Hasibuan
Nim                             : 39.09.27478
Mata Kuliah                : Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan
Jur/ Sem                      : MPI/ IV
Dosen Pembimbing     : Sutan Harahap, M.Pd

A.      PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Seyogiyanya, Universitas (Kampus) adalah tempat belajar para peserta didik, yang dalam hal ini disebut “Mahasiswa”. Namun, tak jarang kita temui sebahagian besar mahasiswa lebih senang mengikuti organisasi dari pada belajar, yang dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan organisasi adalah prioritas utama dari pada belajar. Hal ini juga dapat diartikulasikan bahwa kampus memiliki multifungsi. Pada dasarnya, mengikuti organisasi adalah sarana yang diperuntukkan kepada Mahasiswa sebagai bekal dikemudian hari ketika berkecimpung di masyarakat. Akan tetapi kalaupun begitu keadaan yang sebenarnya, esensi utama mahasiswa ketika menginjakkan kaki ke sebuah universitas adalah belajar dan bukan untuk mengikuti sebuah organisasi.
Pada dasarnya, sebahagian besar orang tua yang anak mereka memasuki ranah perguruan tinggi, tak pernah menginginkan anaknya lebih ahli dalam berorganisasi dari pada belajar. Terbukti ketika seorang mahasiswa tersebut pulang ke kampung halamannya, maka hal utama yang dipertanyakan orang tua tersebut adalah “bagaimana nak?, kapan kalian wisuda? Atau bagaimana hasil ujianmu?” dan saya yakin bahwa tak satu pun orang tua yang menanyakan “bagaimana organisasimu nak?, kapan masuk TV lagi ikut Demonstrasi?, atau sudah jadi ketua organisasi kau nak?” dan lain sebagainya. Segelintir orang tua memang benar ada yang menanyakan tentang keadaan organisasinya. Akan tetapi pertanyaan tersebut akan ditanyakan setelah keadaan kuliahnya, dan bukan pertanyaan utama yang dipertanyakan oleh orang tua, dan pertanyaan itu pun muncul melihat basic orang tua tersebut.
Hal tersebut di ataslah yang menjadi sebuah masalah yang pelik bagi sebahagian besar para dosen guna memberikan nilai pada mahasiswa yang lebih senang berorganisasi tersebut. sangat disayangkan bahwa seorang mahasiswa tersebut lebih mengutamakan organisasinya, dan dampak dari perbuatannya tersebut akan terwujud ketika penerimaan KHS (Kartu Hasil Semester) apabila mahasiswa tersebut diberikan nilai yang buruk. Protes demi protes dilancarkan oleh mahasiswa tersebut, dengan argumen yang berbagai macam, tanpa menyadari dan menelaah serta mengkoreksi dirinya terlebih dahulu.
Esensinya adalah Emotional Question yang berada dalam diri mahasiswa tersebut, karena sebahagian besar dosen memiliki karakter yang lebih mengutamakan kehadiran dibandingkan dengan Intelegent Question anak tersebut. hal inilah yang diutarakan oleh bapak (Sutan Harahap) bahwa ketika seorang mahasiswa tersebut hadir saja di dalam kelas belum tentu dapat memahami materi yang disampaikan oleh dosen pembimbing tersebut, apalagi mahasiswa tersebut tidak hadir.
2.        Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian latarbelakang masalah yang ada, maka sebagai suatu rumusan masalah bahwa “Bagaimanakah motif (paradigma) mahasiswa yang lebih senang berorganisasi tersebut dibandingkan belajar, serta apaka mahasiswa/i tersebut pantas memperoleh nilai E?.”
B.       KAJIAN ANALISA
Mahasiswa, Universitas, Belajar, dan Organisasi pada hakikatnya merupakan sebagai suatu sistem. Akan tetapi hal tersebut memiliki esensi yaitu “ide” sebagai sebuah sistem. Maka, apapun yang membuat karakter mahasiswa tersebut dalam memilih kegiatannya di kampus, kesemuanya itu tak terlepas dari ide pemikiran, paradigma, atau sudut pandang mahasiswa tersebut.
Oleh karena itu jatuhnya pilihan mahasiswa tersebut untuk memilih mengikuti  sebuah organisasi dibandingkan dengan mengikuti proses belajar mengajar di kelas seperti yang diprioritaskan, memiliki beberapa faktor penyebab yang nantinya akan saya uraikan pada halaman berikutnya guna memenuhi jawaban rumusan masalah. Zulkifli Nasution, salah seorang dosen yang pada saat wisuda dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik mengatakan bahwa “Antara  kuliah dengan berorganisasi tak dapat disatukan!”, alasannya karena segala kegiatan antara kuliah dengan organisasi berbeda, disebabkan ketika kita mengikuti proses perkuliahan memiliki disiplin ilmu tersendiri yang sudah menjajaki ranah organisasi. Akan tetapi ketika kita mengikuti kegiatan organisasi, tidak memiliki disiplin ilmu karena yang diprioritaskan lebih berorientasi kepada pembentukan karakter yang memprioritaskan kepada materialistik.
Dengan mengikuti proses perkuliahan, berarti kita telah mematuhi keinginan orang tua kita sendiri yang sudah bersusah payah mencari uang guna mengkuliahkan anaknya. Akan tetapi terkadang anak tersebut lebih memaksakan keinginan dirinya sendiri dibandingkan mengingat amanah yang telah diberikan kepadanya. Sebab, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang lebih memprioritaskan kuliah dari pada berorganisasi akan lebih dahulu wisuda dibandingkan dengan mahasiswa yang lebih senang berorganisasi dari pada kuliah.
Ketika seorang mahasiswa yang lebih mngutamakan kuliah dibandingkan dengan organisasi, dapat dikatakan sudah memenuhi keinginan orang tuanya, karena tak berlama- lama di kampus dan lebih meringankan orang tuanya dari sudut pandang ekonomi dibandingkan sebaliknya terhadap mahasiswa yang lebih senang berorganisasi dari pada kuliah.
Seorang mahasiswa yang lebih senang berorganisasi dari pada kuliah bukan berarti lebih pintar dari pada mahasiswa sebaliknya. Misalnya, ketika seorang mahasiswa yang lebih mengutamakan kuliah tersebut sudah wisuda lebih dahulu, maka mahasiswa tersebut bisa mengimplementasikan ilmu yang didapatnya tersebut kedalam organisasi, dalam arti kata bahwa mahasiswa tersebut sudah mampu berorganisasi ria, minimal paling tidak adalah organisasi yang ada di desanya seperti STM (Serikat Tolong Menolong), PERWIRITAN, atau lain sebagainya. Nah, di sini dapat kita lihat bahwa betapa meruginya seorang mahasiswa yang tadinya lebih mengutamakan organisasi dari pada kuliah?.
C.      MOTIF MAHASISWA YANG LEBIH MENGUTAMAKAN BERORGA-NISASI DARI PADA KULIAH
1.        Mahasiswa
Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Sepanjang sejarah, mahasiswa di berbagai bagian dunia telah mengambil peran penting dalam sejarah suatu negara. Miasalnya, di Indonesia pada Mei 1998, ribuan mahasiswa berhasil memaksa Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya.
Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978) adalah merupakan insane-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannyadengan perguruan tinggi ( yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-clon intelektual.
Dari pendapat di atas bias dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual.

2.        Organisasi
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
3.        Dampak Positif dan Negatif Organisasi Pada Mahasiswa
a)        Dampak Positif Organisasi
Ø  Menambah pengalaman
Dengan menjadi anggota panitia suatu kegiatan, kita mendapat pengalaman berorganisasi. Bagaimana bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-individu majemuk, beraneka ragam latar belakang dan pola pikir. Ada yang berpikir cepat dan nyambung dengan pikiran kita, namun ada juga yang lemot dan enggak nyambung-nyambung.
Dengan kesibukan tambahan ini, mau tidak mau kita harus belajar strategi menyatukan visi, membagi kerja, dan menjalankan tugas. Istilah kerennya, job description masing-masing tugas harus jelas. Berbagai benturan yang mungkin terjadi saat menyatukan visi, tentu akan menjadi tambahan pengalaman tersendiri. Begitu pula saat pembagian kerja, kita menjadi terbiasa untuk bekerja secara team work, saling membahu, mendukung satu dengan lainnya.
Selain memperoleh pengalaman berorganisasi, kita juga mendapatkan pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang yang kita kerjakan. Misalnya, bila bertugas sebagai seksi publikasi, kita akan mendapat pengalaman bagaimana berhubungan dengan orang lain di luar kelompok sendiri, bagaimana mempromosikan kegiatan yang kita buat dan media yang akan digunakan. Bergabung dengan kepanitiaan suatu kegiatan tentu membuat kita harus berinteraksi dengan banyak orang. Proses interaksi ini membuat kita menjadi kenal dan dikenal banyak orang. Dengan kata lain, melalui pergaulan yang luas, kita akan memiliki banyak teman.
Ø  Sikap mental
Kegiatan di luar kampus juga membentuk sikap mental positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri. Setiap kerja pasti ada target waktu (deadline) yang harus dicapai. Dengan adanya job description kita harus bisa memimpin diri sendiri, menentukan skala prioritas dan disiplin dalam menjalankan rencana kerja agar selesai sebelum target waktu (deadline) yang ditentukan.
Selain kedisiplinan, ketekunan kita juga terasah. Tidak semua tugas yang menjadi tanggung jawab, mudah dilaksanakan. Kadangkala ada tugas yang membutuhkan ketekunan, seperti mewawancarai orang penting yang sulit ditemui. Bila tidak tekun tugas kita tidak terselesaikan.
Ø  Keuntungan tambahan
Di luar semua itu, ternyata masih ada keuntungan tambahan yang bisa kita dapatkan dari kegiatan berorganisasi di kampus. Keuntungan tambahan itu adalah suvenir-suvenir yang dapat kita koleksi untuk dikenang di masa depan. Suvenir-suvenir itu dapat berupa kaus, kartu kepanitian, bandana, topi dan lain-lain. Benda – benda yang sekilas tidak berharga itu mungkin bisa menjadi berharga karena menyimpan kenangan yang tidak tergantikan.
b)     Dampak Negatif Organisasi
Organisasi tidak selalu berbuah manis bagi anggotanya. Bahkan, jika anggota dalam suatu organisasi tersebut tidak dapat mengatur waktu dengan baik, maka organisasi tersebut malah akan membuahkan dampak yang buruk bagi anggotanya. Misalnya jika seorang Mahasiswa terlalu fokus dalam organisasi maka waktu belajarnya akan berkurang, atau bahkan ia mengalami banyak kesulitan dalam masalah pelajaran.
Atau sebaliknya, jika ia salah satu anggota suatu organisasi tapi ia tidak fokus terhadap organisasinya tersebut maka ia akan mendapat pandangan yang buruk olehteman-teman berorganisasinya. Bahkan tidak hanya di Kampus, organisasi juga dapat menyita waktu seseorang, sehingga terkadang mereka harus merelakan waktu untuk belaja, bermain, atau berkumpul dengan keluarga hanya karena keperluan berorganisasinya.
Selain masalah di atas, terkadang organisasi juga membutuhkan dana. Misalnya dalam pembelian seragam, atribut, dan lain- lain.
Kemampuan berorganisasi hendaknya disertai dengan kemampuan mengatur waktu dengan baik, agar kita dapat mendapatkan semua manfaat berorganisasi tanpa mengorbankan prestasi.
4.        Tipe- tipe Mahasiswa
Terinspirasi dari pembicaraan dengan dosen Manajemen Organisasi, saya teringat dengan sebuah pernyataan yang disampaikan dosen saya sewaktu saya kuliah, ketika beliau ditanyakan mengenai tipe-tipe mahasiswa. Menurut beliau, ada empat tipe mahasiswa yaitu sebagai berikut:
a)         Study-Oriented: Mahasiswa tipe seperti ini lebih banyak meluangkan waktunya untuk belajar. Datang ke kampus hanya untuk belajar, begitu selesai kuliah, segera pulang. Sampai rumah belajar lagi. Hanya tiga kegiatan yang sering dilakukannya, belajar, belajar, dan belajar.
b)         Business-Oriented: Mahasiswa tipe seperti ini lebih banyak meluangkan waktunya untuk mencari uang. Datang ke kampus hanya memenuhi kewajiban kehadiran, kalau dosen tidak strict, dia hampir pasti tidak akan ditemukan di ruang kelas dosen ybs karena sudah melanglang buana mencari uang. Baik buat usaha kecil-kecilan, ngajar les private, dll.
c)         Organization-Oriented: Ruang Senat Mahasiswa, atau Ruang Himpunan Mahasiswa, atau ruang-ruang organisasi adalah tempat dimana mahasiswa tipe seperti ini berada. Hampir semua waktunya diluangkan untuk kegiatan berorganisasi. Rapat, mengadakan seminar, rapat lagi, dialog, dll adalah bentuk-bentuk kegiatan yang sering dilakukannya.
d)         Fun-Oriented: Jangan sampai kuliah mengganggu jam bermain, kira-kira begitulah motto mahasiswa dengan tipe serperti ini. Sehari-hari jarang terlihat di kampus, kalaupun ada di kampus, tidak pernah terlihat sedang membawa buku. Seringkali juga terlihat asik berdiskusi, yang ternyata apabila disimak sedang mendiskusikan trik bermain game yang terbaru. Hanya sebentar dalam keseluruhan waktu di kampus mahasiswa tipe seperti ini terlihat serius, yaitu pada saat-saat ujian.
Pada tiap-tiap kampus, biasanya keempat tipe mahasiswa di atas ada, hanya komposisinya saja yang berbeda.
Dengan teori yang sudah saya paparkan di atas dapat kita ketahui bebrapa hal mengenai motif sebahagian besar para mahasiswa lebih senang berorganisasi dari pada mengikuti proses perkuliahan. Di antara motif- motifnya tersebut dapat disimpulkan kembali, di antaranya adalah:
1.         Salah jurusan pada saat kuliah
2.         Berkepribadian sosialistis
3.         Otak kiri lebih dominan dari pada otak kanan
4.         Taqlid karena sahabat
5.         Memiliki keinginan buat ikut demonstrasi
6.         Dengan berorganisasi mendapatkan uang
7.         Pengaruh dosen
D.      MENJATUHKAN NILAI “E” PADA MAHASISWA YANG LEBIH SE-NANG BERORGANISASI DARI PADA KULIAH.
Bercerita tentang menjatuhkan nilai A, B, C, D, maupun E kepada seorang mahasiswa oleh dosen, saya sendiri tidak terlalu tahu banyak akan hal tersebut, berhubung saya masih “Cados (Calon Dosen)” itu pun masih terlalu jauh. Berhubung saya kuliah di Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, jadi sedikit banyaknya saya bisa berhipotesa mengenai pemberian nilai oleh seorang dosen.
Di antara syarat- syarat untuk memberikan nilai kepada mahasiswa/i yang belajar di IAIN secara umum adalah:
a)        Absen harus terpenuhi 75%
b)        Keaktifan di kelas
c)        Mengikuti Quis
d)       Mengerjakan setiap tugas yang diberikan dari dosen seperti makalah dan lain- lain
e)        Mengikuti ujian Mid Semester
f)         Mengikuti ujian Semester
Kriteri di atas yang saya paparkan adalah bentuk umum penilaian yang diberikan oleh seorang dosen, akan tetapi banyak juga dosen yang tidak terlalu mengikuti kriteria- kriteria di atas, akan tetapi lebih mengarah kepada karakter dosen tersebut.misalnya saja ada seorang dosen yang lebih mengutamakan kehadiran, dari pada kepintaran mahasiswa tersebut. Inilah karakter dari seorang dosen yang lebih mengutamakan atau lebih beresensi kepada Emotional Question Mahasiswa tersebut dibandingkan Intelegent Question Mahasiswa tersebut.
Menyikapi tentang para mahasiswa yang lebih dominan mengikuti organisasi dari pada kuliah, pada dasarnya mahasiswa/i tersebut bisa mendapatkan nilai yang bagus. Namun, terkadang kita melihat para mahasiswa tersebut tidak pandai memanajemen waktu dengan efektif dan efesien, maka hal inilah yang lebih menjadi pertimbangan. Karena sebagian besar karakter para dosen lebih mengutamakan kehadiran dari pada kepintaran mahasiswa, maka dosen tersebut tanpa merasa enggan langsung saja memberikan nilai C, D, bahkan E.
Jadi, bagaimana dengan mahasiswa yang aktif di organisasi dengan tak mengindahkan kegiatan perkuliahan yang dampaknya membuat mahasiswa tersebut akan terjerembab kepada kehadirannya. Menurut saya mahasiswa tersebut pantas diberikan nilai “E”. Karena pada dasarnya orang tua kita memasukkan anak- anaknya ke bangku perkuliahan, agar anak tersebut mengikuti proses perkuliahan dengan baik, bukannya untuk mengikuti organisasi.
Kalau kita lebih menganalisa lagi, maka banyak kita lihat orang- orang yang memasuki ranah organisasi tanpa harus kuliah. Dari tukang becak dengan organisasinya Persatuan Abang Becak, tukang angkot, para anak muda yang sehari- harinya narkoba, bahkan tukang botot juga ada organisasinya.
Memang tidak kita pungkiri manfaat dari organisasi tersebut, namun pertimbangkan lagi dengan manfaat mengikuti proses belajar di kampus, agar kita tahu mau kemana kita bawa badan kita in ke depannya. Maka dari itu antara kuliah dan oranisasi harus lebih mengutamakan kuliah.

0 komentar: