KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa.
Yang telah melimpahkan anugerah yang tak terhingga kepada setiap hamba-Nya.
Yang telah memberikan pengetahuan kepada hamba-Nya untuk menjadi manusia yang
berilmu. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw
yang telah membawa umat manusia dari kegelapan hingga terang benderang, dari
zaman kebodohan sampai zaman teknologi sekarang ini. Alhamdulillah, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul : Hubungan Antara Pengawas Dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah Dengan Efektivitas Mengajar Guru SMK Teladan Rantau Prapat Kabupaten
Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Bapak Candiki Repantu, selaku
Dosen Pembimbing pada Mata Kuliah Supervisi Pendidikan II.
2.
Toni Sembiring, Kepala SMK
Teladan Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.
3.
Dewan guru dan karyawan
SMK Teladan Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara atas
bantuannya kepada penulis selama penelitian.
4.
Teman-teman MPI
angkatan 2009, teruslah berjuang kawan untuk mencapai cita-cita selama Allah
masih memberikan kesempatan untuk kita. Mudah-mudahan amal baik kalian diterima
Allah SWT.
Semoga Laporan Proposal Penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua sebagai pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
Medan, 01 Juni 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pendidikan
Indonesia boleh dibilang selamanya tidak memberikan nilai apalus dan
kegembiraan masyarakat di bangsa yang besar ini, kalaupun ada itu hanya musiman
misalnya; lomba atau olympiade dan beberapa iven lainnya. Yang mana selama ini
yang menjadi penyebab terhadap rendahnya mutu pendidikan di negeri secara
nacional seringkali sangat bersifat secara material atau secara nyata seperti;
kurangnya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, bangunan yang kurang
memadai, perpustakaan yang kurang ketersediaan, laboratorium sebagai gudang
ilmu nyata yang kurang, sistem pengajaran sebagai upaya nyata yang kurang,
tenaga edukasi sebagai pelaku, anggaran pendidikan sebagai operasional pendidikan
yang kurang.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Apabila kita perhatikan tujuan
pendidikan dalam Sistim Pendidikan Nasional, yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya
dalam arti
tersedianya
sumber daya manusia yang berkualitas, maka harus didukung oleh tenaga
pendidik yang berkinerja baik. Kinerja tenaga pendidik akan bisa
ditingkatkan bila didukung dengan adanya supervisi, motivasi dan
pemberian bimbingan yang baik.
Menurut Miner (1988 : 14) kinerja
adalah tingkat keberhasilan seorang karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan. Adapun beberapa
variabel
yang digunakan untuk penilaian
perilaku, yaitu : kwalitas pekerjaan, kwantitas pekerjaan, ketepatan waktu, dan
kerjasama dengan rekan
kerja. Jika
kinerja diartikan sebagai hasil kerja, maka kinerja dapat pula diartikan
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh seseorang
atau kelompok, dengan demikian kinerja guru adalah merupakan prestasi
kerja guru.
atau kelompok, dengan demikian kinerja guru adalah merupakan prestasi
kerja guru.
Supervisi merupakan suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif. Agar
supervisi dapat dilaksanakan
secara efektif, maka harus terdapat azas keyakinan dan prinsip supervisi. Jika azas dan
prinsip-prinsip
tersebut
diperhatikan dan benar-benar dilaksanakan oleh supervisor, maka diharapkan
guru dalam melaksanakan tugas cenderung dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi adalah keinginan di dalam
seseorang individu yang mendorong ia untuk bertindak (Moekiyat, 2002 : 5). Di dalam
organisasi
pemerintah
termasuk di
lingkungan
sekolah, motivasi sangat diperlukan guna mendorong pegawai dalam menjalankan
tugasnya, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pemberian motivasi
merupakan salah
satu tugas
pimpinan dalam rangka mengarahkan potensi dan sumber daya manusia untuk
pencapaian tujuan organisasi.
Pemimpin (leader/head) adalah seseorang yang
mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk
mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. (Khotler,
2009:123). Pelaksanaan kepemimpinannya cenderung menumbuhkan kepercayaan,
partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para bawahan dengan cara
persuasive. Hal ini semua akan diperoleh karena kecakapan, kemampuan, dan perilakunya.
Dari fenomena kepemimpinan diatas tidak
perlu diterapkan sekolah, karena pemimpin perlu mengetahui persoalan yang
sebenarnya pada
proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru, dengan demikian perlu diketahui
pentingnya supervisi, motivasi dan bimbingan kepada guru untuk
meningkatkan kinerja yang ada pada dirinya.
B.
PEMBATASAN MASALAH
Mengingat
banyaknya fungsi dari sebuah manajemen, sehingga begitu luas dan
kompleksitasnya cakupan pembahasannya, maka perlu diadakan pembatasan masalah
agar penelitian ini mencapai sasaran yang tepat. Dengan demikian masalah yang
diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada Hubungan
Antara Pengawas Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Efektivitas Mengajar
Guru.
C.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar
belakang masalah dan
pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Bagaimana Hubungan Antara
Pengawas Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Efektivitas Mengajar Guru di SMK Teladan Rantau
Prapat Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara”.
BAB
II
KAJIAN TEORI KERANGKA
BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A.
SUPERVISOR
SATUAN PENDIDIKAN
Tugas pokok pengawas sekolah/satuan
pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan
fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial.
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus
dilaksanakan pengawas yakni: (1) Melakukan pembinaan pengembangan
kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh
staf sekolah (2) Melakukan evaluasi dan monitoring
pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya
(3) Melakukan
penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif
dengan stakeholder sekolah
Mengacu pada SK Menpan nomor 118
tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, Keputusan
bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional
pengawas serta Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis
pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dapat
dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang
meliputi: (1) Melaksanakan pengawasan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD,
SLB, SLTP dan SLTA (2) Meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan.
Tugas pokok yang pertama merujuk
pada supervisi atau pengawasan manajerial sedangkan tugas pokok yang kedua
merujuk pada supervisi atau pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada
dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari
rencana program, proses, sampai dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan
kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau
penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar
siswa.
Sedangkan wewenang yang diberikan
kepada pengawas sekolah meliputi: (1) memilih dan menentukan metode kerja untuk
mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kode etik profesi, (2) menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga
lainnya yang diawasi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, (3) menentukan
atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan. Wewenang tersebut
menyiratkan adanya otonomi pengawas untuk menentukan langkah dan strategi dalam
menentukan prosedur kerja kepengawasan. Namun demikian pengawas perlu
berkolaborasi dengan kepala sekolah dan guru agar dalam melaksanakan tugasnya
sejalan dengan arah pengembangan sekolah yang telah ditetapkan kepala sekolah.
Berdasarkan kedua tugas pokok di
atas maka kegiatan yang dilakukan oleh pengawas antara lain: (1)
Menyusun program kerja kepengawasan
untuk setiap semester dan setiap tahunnya pada sekolah yang dibinanya.
(2) Melaksanakan
penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan
kemampuan guru. (3) Mengumpulkan dan mengolah data
sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang
berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.
(4) Melaksanakan
analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya pendidikan
sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah
(5) Memberikan
arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/bimbingan
yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan
siswa. (6) Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran
pendidikan di sekolah binaannya mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian
ijazah. (7) Menyusun laporan hasil pengawasan di
sekolah binaannya dan melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan
stakeholder lainnya. (8) Melaksanakan penilaian hasil
pengawasan seluruh sekolah sebagai bahan kajian untuk menetapkan program
kepengawasan semester berikutnya. (9) Memberikan bahan penilaian kepada
sekolah dalam rangka akreditasi sekolah. (10) Memberikan saran dan pertimbangan
kepada pihak sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan
dengan penyelenggaraan pendidikan.
Tugas pokok inspecting
(mensupervisi) meliputi tugas mensupervisi kinerja kepala sekolah, kinerja
guru, kinerja staf sekolah, pelaksanaan kurikulum/mata pelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya, manajemen sekolah, dan
aspek lainnya seperti: keputusan moral, pendidikan moral, kerjasama dengan
masyarakat.
Tugas pokok advising (memberi advis/nasehat)
meliputi advis mengenai sekolah sebagai sistem, memberi advis kepada guru
tentang pembelajaran yang efektif, memberi advis kepada kepala sekolah dalam
mengelola pendidikan, memberi advis kepada tim kerja dan staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja sekolah, memberi advis kepada orang tua siswa dan komite
sekolah terutama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
Tugas pokok monitoring/pemantauan
meliputi tugas: memantau penjaminan/ standard mutu pendidikan, memantau
penerimaan siswa baru, memantau proses dan hasil belajar siswa, memantau
pelaksanaan ujian, memantau rapat guru dan staf sekolah, memantau hubungan
sekolah dengan masyarakat, memantau data statistik kemajuan sekolah, memantau
program-program pengembangan sekolah.
Tugas pokok coordinating meliputi
tugas: mengkoordinir sumber-sumber daya sekolah baik sumber daya manusia,
material, financial dll, mengkoordinir kegiatan antar sekolah, mengkoordinir
kegiatan preservice dan in service training bagi Kepala Sekolah, guru dan staf
sekolah lainnya, mengkoordinir personil stakeholder yang lain, mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan inovasi sekolah.
Tugas pokok performing
leadership/memimpin meliputi tugas: memimpin pengembangan kualitas SDM di
sekolah binaannya, memimpin pengembangan inovasi sekolah, partisipasi dalam
memimpin kegiatan manajerial pendidikan di Diknas yang bersangkutan,
partisipasi pada perencanaan pendidikan di kabupaten/kota, partisipasi pada
seleksi calon kepala sekolah/calon pengawas, partisipasi dalam akreditasi sekolah,
partisipasi dalam merekruit personal untuk proyek atau program-program khusus
pengembangan mutu sekolah, partisipasi dalam mengelola konflik di sekolah
dengan win-win solution dan partisipasi dalam menangani pengaduan baik dari
internal sekolah maupun dari masyarakat. Itu semua dilakukan guna mewujudkan
kelima tugas pokok di atas.
B. KEPEMIMPINAN
Suatu
kenyataan kehidupan organisasional bahwa pemimpin suatu organisasi memainkan
peranan yang amat penting, dan sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Seorang pemimpin baik
individu maupun sebagai suatu kelompok tidak mungkin dapat bekerja dengan sendiri.
Pimpinan membutuhkan kelompok orang lain yang disebut bawahan yang digerakkan
sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya
kepada organisasi. Pengabdian tersebut dapat direalisasikan dengan cara
bekerja yang efisien, efektif, dan produktif.
Menurut
Kamus Bahasa Inggris kepemimpinan diambil dari kata lead yang berarti
memimpin, sedangkan leader adalah seorang pemimpin dan leadership adalah
kepemimpinan. Ngalim Poerwanto mengutip beberapa definisi kepemimpinan
dari Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut : Kepemimpinan dapat
dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan
keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohkannya atau
mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan
atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang mau
melakukan apa yang dikehendakinya. Kepemimpinan adalah suatu seni (art),
kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk
membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para
pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau mentaati
segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat
untuk mengikutinya atau bahkan berkorban untuknya. Kepemimpinan dapat
dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok
orang-orang tertentu, biasanya melalui .human
relation.
dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa
adanya rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami
dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan organisasi.
Hoy
dan Miskel mengutip beberapa definisi dari beberapa sumber (1) Ke-pemimpinan adalah kekuatan (power)
yang didasarkan atas tabiat /watak seseorang yang memiliki kekuasaan
lebih, biasanya bersifat normatif. (2) Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau
prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi untuk
mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi. (3) Ke-pemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju
kepada penentuan dan pencapai tujuan. Menurut Burhanuddin yang mengutip
pendapat Good, kepemimpinan adalah the ability and readiness to
inspire, guide, direct, or manage other.,
yang berarti kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan
seseorang untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan atau mengelola
orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan
bersama. Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Tetapi pada dasarnya
kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain. Sebagian besar perspektif
leadership memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin dalam
memimpin pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai
pihak yang dipengaruhi. Pada dasarnya pula kepemimpinan mengacu pada
suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu yang
telah ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi
mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan
kemampuannya seorang pemimpin yang baik mampu menggerakkan orang-orang
menuju tujuan jangka panjang dan benar-benar merupakan upaya memenuhi
kepentingan mereka yang terbaik juga. Selain itu kepemimpinan juga
merupakan suatu kemampuan untuk menjalankan pekerjaan melalui orang lain
dengan mendapatkan kepercayaan dan kerja sama.
Hampir
semua aspek pekerjaan dipengaruhi dan tergantung pada kepemimpinan. Dari
beberapa teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah sifat-sifat kepribadian seseorang termasuk didalamnya kewibawaan,
untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan yang dipimpinnya
agar mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
dengan rela, penuh semangat serta tidak merasa terpaksa. Suatu kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan
serta mengelola baik individu maupun kelompok dengan segala ilmu yang
ada agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya suatu tujuan bersama.
Robert
C. Bog sebagaimana dikutip oleh Dirawat dkk mengemukakan empat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yaitu : (1) Ke-mampuan
mengorganisasikan dan membantu staf di dalam merumuskan perbaikan
pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap. (2) Kemampuan
untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri sendiri, guru-guru
dan anggota staf sekolah lainnya. (3) Kemampuan untuk membina dan
memupuk kerja sama dalam mengajukan dan melaksanakan program-program
supervisi. (4) Kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta
segenap staf sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan
tanggung jawab berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha
sekolah untuk mencapai tujuan sekolah sebaik-baiknya.
Sebagai
pemimpin pendidikan, kepala sekolah perlu memiliki kompetensi dasar kepemimpinan
yaitu : (1) Ketrampilan Teknis (Technical Skill)
Ketrampilan
yang berhubungan dengan pengetahuan, metode dan teknik
tertentu
dalam menyelesaikan suatu tugas-tugas tertentu. Dalam prakteknya,
keterlibatan
seorang pemimpin dalam setiap bentuk technical skill disesuaikan
dengan
status/tingkatan pemimpin itu sendiri. Ketrampilan
teknis ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin mempunyai
kemampuan
untuk menggunakan pengetahuan, metode, teknik-teknik tertentu dalam
menyelesaikan
tugas secara spesifik. Ketrampilan yang dimaksud misalnya : menulis
satuan
pelajaran, mengembangkan pengajaran unit, melengkapi sarana pusat sumber
belajar,
menyusun jadwal supervisi klinis, menyiapkan agenda pertemuan, mengetik.
Kegiatan
teknis ini selalu hadir dalam setiap situasi administratif dan supervisi.
Namun
keterlibatan seorang pemimpin dalam bentuk .technical
skill. ini
semestinya disesuaikan
dengan status/tingkatan pemimpin. Dalam arti semakin tinggi kedudukan
seseorang
dalam struktur organisasi maka secara proporsional ketrampilan teknisnya
menjadi
kurang penting. (2) Ketrampilan manusiawi (Human Skill). Ketrampilan ini
menunjukkan kemampuan seorang pemimpin di dalam bekerja dengan orang lain
secara efektif untuk membina kerjasama. Untuk mencapai kemampuan ini pemimpin
harus dapat mengenal dirinya sendiri .akseptansi diri. Dan
sesama
orang lain. Ketrampilan manusiawi sangat strategis untuk dapat memperoleh
produkvitas
organisasi yang tinggi, karena dalam implementasinya terwujud pada
upaya
bagaimana seorang pemimpin mampu memotivasi bawahan.
Pengetahuannya
didasarkan pada bagaimana membangun kepemimpinan yang
efektif
itu, memotivasi bawahan, pengembangan sumber daya manusia. Kunci
keberhasilan
pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya dilihat dari kemampuan
dalam
melaksanakan ketrampilan yang berhubungan dengan manusia. Ketrampilan manusiawi
ternyata sangat menentukan pola hubungan antara
kepala
sekolah selaku pemimpin dengan guru sebagai bawahan. Kepala sekolah yang
mampu
menggunakan ketrampilan ini akan dapat memahami perbedaan kematangan
bawahan,
yang berarti pula memahami tingkat kesiapan setiap guru dalam menerima
dan
menjalankan tugas yang akan diberikan. Hal ini sangat berguna bagi kepala
sekolah
dalam rangka pengembangan profesionalisme guru, karena pemahaman
tingkat
kematangan bawahan menjadikan dasar dalam memutuskan kegiatan
pengembangan
seperti apa yang paling sesuai. (3)
Ketrampilan konseptual (Conseptual Skill)
Ketrampilan
ini menunjukkan kemampuan dalam berfikir, seperti menganalisa
suatu
masalah, memutuskan dan memecahkan masalah dengan baik. Untuk dapat
menerapkan
ketrampilan ini pemimpin dituntut memiliki pemahaman yang utuh
terhadap
organisasinya. Tujuannya agar ia dapat bertindak secara selaras dengan
tujuan
organisasi secara menyeluruh atas dasar tujuan dan kebutuhan kelompoknya
sendiri.
Kepala
sekolah sebagai pemimpin dituntut pula kemampuannya dalam
memandang
organisasi sekolahnya sebagai suatu totalitas, sebagai suatu sistem yang
terdiri
dari komponen-komponen maupun program pendidikan di sekolahnya sebagai
suatu
sistem pengajaran. Semakin tinggi kedudukan orang di organisasi, maka
ketrampilan
tersebut semakin penting pula.
C.
EFEKTIVITAS MENGAJAR
Sebelum
menguraikan definisi efektivitas mengajar, ada baiknya kita menguraikan
definisi dari efektif, mengajar dan efektivitas mengajar. Efektivitas
sering diartikan sebagai keberhasilan di dalam mencapai sesuatu. Dalam memaknai
efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda, sesuai dengan sudut pandang
dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut diakui oleh Chung dan Maginson
(1981),.Efectivenes
means different to different people..29
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:219)
dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan),
manjur, mujarab, dapat membawa hasil.30 Jadi
efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas
dengan sasaran yang dituju. Efektivitas
adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber
daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.
Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya
partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat
dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah
disusun sebelumnya atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang
direncanakan. Dalam pengajaran yang efektif, guru dapat mengajar bagaimana
seharusnya siswa belajar dan menginternalisasikan nilai-nilai agar siswa mau
belajar terusmenerus sepanjang hayatnya. Kesadaran belajar sepanjang hidupnya
demikian sangat diperlukan, mengingat perkembangan dan tuntutan dunia yang
berkembang melesat seperti sekarang ini, hanya dapat diikuti oleh orang yang
sepanjang waktu mau belajar. Dalam efektivitas terdiri atas 3 kriteria waktu
yang meliputi : (1) Jangka pendek untuk menunjukkan hasil kegiatan dalam kurun
waktu sekitar satu tahun, dengan kriteria kepuasan, efisiensi dan produksi.
(2)Jangka menengah, dalam waktu 5 tahun dengan kriteria perkembangan serta
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan organisasi. (3)Jangka panjang,
waktu ini digunakan untuk menilai waktu yang akan datang, menggunakan kriteria
kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kemampuan membuat
perencanaan strategis bagi kegiatan di masa depan.
Sedangkan
pengertian mengajar adalah : (1) Mengajar adalah menyuruh anak menghafal. (2) Me-ngajar
adalah menyampaikan pengetahuan. (3)Mengajar adalah menggunakan satu metode
mengajar tertentu. Pengertian
mengajar dalam arti luas yaitu : (1) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan
pada anak. Pada definisi ini tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh
anak. Anak dianggap pasif. Pengajaran bersifat teacher centered, karena
gurulah yang memegang peranan utama. Sering ilmu pengetahuan kebanyakan diambil
dari buku pelajaran yang tidak
dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran serupa ini
disebut intelektualitas sebab menekankan dari segi pengetahuan. (2) Mengajar
adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. Menyampaikan kebudayaan pada anak
berarti mengenalkan kebudayaan bangsanya dan kebudayaan dunia. Bukan saja hanya
mengenalkan akan tetapi ada pula yang mengharapkan agar anak-anak tidak hanya
menguasai kebudayaan yang ada, tetapi agar mereka juga turut membantu
memperkaya kebudayaan itu dengan mencipatakan kebudayaan baru menurut zaman
yang senantiasa berubah itu. (3) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar mengajar. Dalam hal ini mengajar itu suatu
usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suatu
suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar, yang belajar adalah anak
itu sendiri berkat kegiatannya sendiri, guru hanya dapat membimbing anak. Oleh
karena itu dimanfaatkannya segala faktor dalam lingkungan, termasuk dirinya,
buku-buku, alat peraga lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Dalam hal ini
pengajaran lebih bersifat pupil centered, guru berperan sebagai .manager
of learning.
Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tahapan
sebelum memulai tugas pengajaran. Adapun tahapan tersebut terdiri dari 3 tahap
yaitu : (1) Tahap persiapan atau perencanaan. Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa
komponen yang penting dalam penyusunan program pengajaran adalah sebagai
berikut : (a) Penguasaan materi pelajaran (b) Analisis materi pelajaran (c)
Program satuan pelajaran (d) Rencana pengajaran
Guru
diharapkan mampu membuat persiapan mengajar secara teratur dan tertulis di
samping penguasaan bahan yang di perlukan, dan persiapan yang telah dibuat
sebaiknya dikaji kembali sebelum dilaksanakan di depan kelas, jika ada hal-hal yang
perlu direvisi atau disempurnakan. (2) Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini
berlangsung pada saat guru memimpin kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini
guru harus senantiasa mengupayakan dan menjaga agar siswa terlibat secara aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Agar kegiatan proses belajar mengajar berjalan
dengan baik maka guru harus menguasai bahan pengajaran yang akan diberikan,
memilih metode yang tepat, menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang
menunjang, mengetahui sistematika bahan yag akan diberikan serta mengatur tugas
siswa. (3) Tahap penilaian atau evaluasi Pada tahap ini guru melakukan
penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar yang baru saja berlangsung.
Penilaian tersebut ada yang berkaitan dengan materi dan juga proses bagaimana
murid memperoleh materi tersebut. Untuk mengetahui apakah materi yang diberikan
dipahami atau tidak, dapat dilakukan dengan jalan membuat rangkuman intii
pelajaran yang dilakukan murid. Sedangkan untuk menilai terhadap proses bagaimana
murid memahami bahan pelajaran yang diberikan, dapat dilakukan dengan jalan
memberikan soal-soal yang berkaitan dengan pelajaran yang telah berlangsung. Berdasarkan
definisi mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar pada hakikatnya
adalah suatu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitarnya
sehingga siswa dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar
mengajar. Serta adanya proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa
dalam melakukan belajar mengajar.
Sedangkan
definisi dari efektivitas mengajar adalah suatu aktivitas guru di dalam proses
pengajaran yang mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas mengajar dapat
dilihat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran,
di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang
besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Selain itu efektivitas mengajar sama
juga dikatakan proses pengajaran dan pembelajaran yang berhasil yang dilihat dari
cara guru menyampaikan proses pengajaran dengan berbagai strategi pengajaran kepada
siswa dengan melihat dari kualitas peserta didik. Dengan demikian efektivitas
mengajar adalah tolok ukur sampai sejauh mana keberhasilan antara hasil yang
dicapai siswa dalam kaitannya dengan tahapan pelaksanaan pengajaran.
D.
KERANGKA BERFIKIR
Kepemimpinan
merupakan suatu kemampuan yang berasal dari sifat-sifat yang dibawa sejak lahir
yang terdapat pada diri seorang pemimpin. Menurut konsep ini kepemimpinan
diartikan sebagai .traits
within the individual leader..
Seorang pemimpin dapat menjadi pemimpin karena
memang dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk
itu (leaders were born not made). Akan tetapi konsep tersebut berubah
sesuai dengan perkembangan zaman. Kini konsep kepemimpinan banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor dengan upaya untuk dapat mewujudkan tujuan organisasi.
Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut sangatlah berkaitan dengan kepemimpinan
yang diterapkan. Konsep kepemimpinan berkaitan dengan kompetensi dan gaya yang
diterapkan oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan menunjukkan bahwa kita berurusan
dengan kombinasi bahasa dan tindakan. Pola bahasa dan tindakan yang bagaimana
yang dapat digunakan kepala sekolah untuk membantu guru mencapai tujuan
pengajaran yang diinginkan. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan
efektivitas kinerja guru. Sehingga dengan kepemimpinan yang diterapkan kepala
sekolah akan mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pengajaran
dengan baik yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Gaya kepemimpinan
meliputi : Otokratis, Laissez-Faire dan Demokratis.
Kepala
sekolah menerapkan gaya kepemimpinan otokratis dengan cara tidak memberikan
kebebasan kepada guru untuk turut ambil bagian dalam memutuskan persoalan dan
tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat pada waktu musyawarah.
Sehingga guru harus mengikuti peraturan yang dibuat sendiri oleh kepala
sekolah. Dalam hal ini tentu saja efektivitas mengajar guru tergantung kepada kepala
sekolah. Gaya kepemimpinan Laissez-Faire, kepala sekolah tidak memberikan arahan
kepada guru dalam melakukan pekerjaan. Guru diberikan kebebasan tanpa adanya
dukungan dan arahan dari kepala sekolah. Sehingga pekerjaan guru menjadi tidak
terarah dan kacau. Sedangkan gaya kepemimpinan Demokratis, kepala sekolah memberikan
kebebasan kepada guru untuk membuat program rencana pengajaran dengan cara
mengadakan konsultasi dan musyawarah dengan tujuan supaya perencanan pengajaran
yang dibuat guru dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
E.
HIPOTESIS
Sesuai
dengan masalah yang akan diteliti, dalam uraian teori dan kerangka berfikir
yang dikembangkan maka hipotesis dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai
berikut : Ho = Tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas
mengajar guru.
Ha
=
Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
efektivitas mengajar guru.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
diadakan penelitian ini antara lain untuk Mengetahui tingkat hubungan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan tingkat efektivitas mengajar guru di Smk
Teladan Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.
B.
POPULASI
Populasi
Penelitian. Populasi yang dimaksud adalah seluruh guru yang ada di SMK Teladan
Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 50
orang.
C.
VARIABEL PENELITIAN
Variabel
dalam penelitian ini penulis bagi menjadi : (1)Independent Variabel : Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Variabel X). (2) Dependent Variabel : Efektivitas
Mengajar Guru ( Variabel Y)
D.
INSTRUMEN PENGUMPULAN
DATA
(1) Definisi
Konseptual. Definisi konseptual kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki
seorang pemimpin untuk membimbing, mengarahkan dan menggerakkan bawahannya
untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi konseptual efektivitas mengajar
adalah tolok ukur sampai sejauh mana keberhasilan kelompok orang berinteraksi
dalam suatu sistem, untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya, dan merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dengan
menggunakan bahan pengajaran yang dapat menimbulkan proses belajar mengajar
sehingga kualitas pendidikan akan efektif dan efisien.
(2) Definisi
Operasional. Definisi operasional kepemimpinan adalah kompetensi yang dimiliki
kepala sekolah yang berkaitan dengan mengelola seluruh kegiatan proses belajar
mengajar terhadap guru dan lainnya untuk bekerjasama dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan.
(3) Definisi
operasional efektivitas mengajar adalah ukuran yang dijadikan oleh guru untuk
mencapai tingkat perubahan yang diperoleh oleh siswa dalam proses belajar dan
keberhasilan guru dalam mengajar yang berkaitan dengan alokasi waktu yang
digunakan sehingga mengarah kepada tujuan instruksional.
E.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode
yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu menggunakan rumus
korelasi product moment dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas mengajar guru.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis menggunakan : (1)Penelitian
lapangan (Field Research) yaitu dengan cara penulis mengadakan
penelitian secara langsung ke lokasi, penelitian ini dimaksud guna mengumpulkan
data yang diperlukan dalam penyusunan laporan proposal penelitian ini. Untuk
mengidentifikasi seberapa pentingnya hubungan antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan efektivitas mengajar guru, akan diberikan angket yang berbentuk
skala sikap. Selain itu penulis akan melakukan wawancara dengan kepala Smk
Teladan Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.
Adapun
teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk pengumpulan meliputi yaitu
(1)Angket. Angket adalah pengumpulan data dengan cara menyebarkan beberapa
pernyataan kepada guru-guru untuk diisi, hasilnya akan dianalisis. Angket ini
bertujuan untuk menyaring data mengenai hubungan antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan efektivitas mengajar guru. Angket yang penulis sebar akan diolah
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Editing ; maksudnya
meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulis, dalam tahap
ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian dan
kejelasan penulisannya. (2)Tabulasi ; maksudnya bertujuan mendapatkan gambaran
frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu
tabel yang mempunyai kolom setiap kuisioner, sehingga jawaban yang diisi dengan
jelas dan saling berhubungan. (2) Wawancara. Wawancara adalah suatu alat dalam
pengumpulan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan yang
telah disiapkan oleh peneliti dan dijawab secara lisan pula oleh terwawancara.
Wawancara ini dimaksudkan untuk menambah data yang diperlukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DESKRIPSI
DATA
Salah satu
teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penyusunan
proposal penelitian ini adalah melalui
angket. Penulis menyebarkan angket yang berjumlah
50 item pernyataan terdiri dari 25 item pernyataan variabel X kepemimpinan kepala sekolah dan 25 item pernyataan
variabel Y efektivitas mengajar guru dan
disebarkan kepada 50 orang guru yang menjadi responden di SMK Teladan Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu,
Provinsi Sumatera Utara. Untuk pengelolaan data
ini penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1) Memeriksa setiap
lembar jawaban angket. (2)Memberi nomor
lembaran jawaban angket (3) Memberi skor nilai
pada setiap item dalam dua komponen.
Adapun skor
nilai variabel X dan Y dapat dilihat melalui lampiran. Tabulasi nilai angket dari kedua komponen tersebut yang
diperoleh dari 50 responden akan digabungkan
menjadi satu, sehingga dapat terlihat dengan jelas perbedaan setiap skor nilai dari kedua komponen yang ada pada setiap
itemnya.
Untuk mengetahui
nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah yang akan memberikan gambaran umum
dari suatu pengamatan maka penulis menggunakan rumus Mx = S X = 4282 = N 50 Dengan demikian
diketahui nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah adalah sedangkan nilai
tertingginya dan nilai terendahnya . Data tingkat efektivitas mengajar guru
bila dikelompokkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah rata-ratanya
dapat diketahui dengan menggunakan rumus : My = S Y = 4406 = N 50. Dengan demikian nilai
rata-rata efektivitas mengajar guru adalah , dengan nilai tertinggi dan nilai
terendah .
B. ANALISA
DAN INTERPRETASI DATA
Dalam melakukan
uji hipotesa, skripsi ini menggunakan rumus korelasi product
moment seperti yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu tujuan penggunaan rumus ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat
atau kekuatan korelasi antara variabel X dan
variabel Y. Selanjutnya akan dilakukan penghitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi (rxy)
dengan terlebih dahulu menyiapkan tabel kerja
atau tabel penghitungannya.
Dari perhitungan
di atas dapat diperoleh nilai koefisien korelasi antara skor kepemimpinan
kepala sekolah dengan efektivitas mengajar guru adalah 0,74. Dari angka
tersebut dapat dikatakan bahwa nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari
penelitian mengenai hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas
mengajar guru adalah 0,74. Angka tersebut terdapat diantara 0,70-0,90, yang
menunjukkan bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
tinggi.
Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan korelasi tingkat
tinggi antara kepemimpinan kepala sekolah dan efektivitas mengajar guru di SMK
Teladan Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.
Pernyataan
tentang adanya hubungan antara dua variabel yang diteliti tersebut perlu
diadakan pengujian lagi untuk membuktikan apakah hubungan antara kedua variabel
itu merupakan hubungan yang sebenarnya atau bukan hubungan yang sebenarnya.
Pengujian ini bisa dilakukan dengan melihat tabel minimum yang diperlukan bagi
suatu koefisien korelasi pada taraf signifikan tertentu. Bila ro
lebih
besar dari rt berarti hubungan
tersebut signifikan. Sebaliknya bila ro lebih
kecil dari rt baik pada taraf
signifikan 5 % maupun taraf signifikan 1 % berarti tidak signifikan, dengan
terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degrees of freedom (df)
Diketahui r hitung (ro)
yang diperoleh di atas adalah 0,74 sedangkan untuk menentukan r tabel (rt)
terlebih dahulu dicari db/df = N-nr, yaitu 50-2 = 48. Dengan df 48, dikonsultasikan
dengan tabel nilai r baik pada taraf signifikan 5 % maupun taraf signifikan 1
%, diperoleh r pada tabel rt sebagai
berikut : (1) Pada taraf signifikan 5 % r tabel = 0,273 (2) Pada taraf
signifikan 1 % r tabel = 0,354.
Ternyata rxy
atau
ro
pada
taraf signifikan 5 % dan pada taraf 1 % lebih besar dari rt
(
0,74 > 0,273 dan 0,354), maka pada taraf signifikan 5 % dan 1 % hipotesa nol
(Ho) ditolak karena tidak
teruji kebenarannya, maka hipotesa alternatif (Ha)
diterima dan ini berarti pada taraf signifikan 5 % dan 1 % memang terdapat
korelasi yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Selanjutnya untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi (sumbangan) variabel X dalam menunjang
keberhasilan variabel Y, maka harus dihitung terlebih dahulu suatu koefisien
yang disebut coefisien of determination (koefisien penentuan) dengan
rumus sebagai berikut : KD = r²
x
100 % = 0,74 x 100 % = 0,547 x 100 % = 54,7 % Dari hasil penelitian di atas
dapat diketahui bahwa kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi
efektivitas mengajar guru sebesar 54,7 % maka dibulatkan menjadi 55 %.
Berdasarkan
hasil penelitian di atas, menyatakan bahwa .terdapat hubungan antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan efektivitas mengajar guru.. Dan mempunyai pengaruh sebesar 55 %
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas mengajar guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,
Dr. .Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan..
Jakarta : Bumi Aksara. Cet .XIII.1997
Bahri, Djamarah,
Syaiful, Drs. .Strategi Belajar
Mengajar.. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2002. Cet. II.
Burhanuddin. .Analisis Administrasi Manajemen dan
Kepemimpin Pendidikan.. Jakarta : Bumi Aksara . 1994. Cet. I.
Chabib, Thoha, M, Drs,
M.A. .Teknik Evaluasi Pendidikan.. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada. 1994. Cet.II
Dunne, Richard. .Pembelajaran Efektif.. Jakarta : PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia. 1996.
Hani, Handoko, T. .Pengantar Manajemen.. Jogyakarta :
BPFE. Edisi ke-2. 1986
Margono, S, Drs. .Metodologi Penelitian Pendidikan.. Jakarta
: Rineka Cipta. 2004. Cet. IV.
McMahon, Walter, W. .Sistem Informasi Manajemen Berbasis
Efisiensi.. Jakarta : Logos. 2003. Cet.I
Mulyasa, E, DR, M.Pd. .Manajemen Berbasis Sekolah.. Bandung
: Rosdakarya. 2004. Cet. VII.
Idochi, Anwar, Moch,
Prof, Dr, M.Pd. .Administrasi
Pendidikan dan Biaya Pendidikan.. Bandung : Alfabeta. Cet.II. 2004
Nasution, S, Prof, Dr,
M.A. .Didaktik Asas-asas Mengajar.. Jakarta
: Bumi Aksara. 2004. Cet III
Nazir, Muhammad, Ph. D.
.Metode Penelitian.. Jakarta :
PT Ghalia Indonesia. 1999. Cet. IV
Poerwanto, Ngalim, M,
Drs, MP. .Administrasi dan Supervisi
Pendidikan.. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2003. Cet.XII
Rahman, Saleh, Abdul,
Drs. .Psikologi Organisasi.. Ciputat
: Out Line Mata Diklat
Robbin, Stephen. .Perilaku Organisasi.. Jakarta : PT
Prehallindo. 2002. Jilid 2. Edisi VIII
Sudjana, Nana. .Teknologi Pengajaran.. Bandung : PT
Sinar Baru Algensindo. 2001.Cet. III
Sudijono, Anas, Prof,
Drs. .Pengantar Statistik Pendidikan.. Jakarta
: Raja Grafindo Persada. 2003. Cet. XIII
Sunyoto, Munandar,
Ashar. .Psikologi Industri dan
Organisasi.. Jakarta : Universitas Indonesia. 2001
Uzer, Usman, M. .Menjadi Guru Profesional.. Bandung :
Rosdakarya. 1992. Cet IV
Wayne, Pace, R. .Komunikasi Organisasi.. Bandung :
Remaja Rosdakarya. 2002. Cet. IV
0 komentar:
Posting Komentar